Kehidupan sukar dijangka walau ia direncana, namun kita harus terus bangun dan mencuba, kerana CINTA dan KASIH Ilahi sentiasa ada, hidup bukanlah percuma..kadang ujian datang menerpa tanpa kita pinta,sekadar menguji jiwa..melihat diri dimanakah kita...RENUNGAN DIRI..
Mencari
Rabu, 30 Juni 2010
Hidup Yang Berarti
25 tahun, 35 tahun, 45 tahun atau bahkan 60 tahun...
Berapa lama anda telah melalui kehidupan anda ?
Berapa lama lagi sisa waktu anda untuk menjalani kehidupan ?
Tidak ada seorang pun yang tahu kapan kita mengakhiri hidup ini.
Matahari terbit dan kokok ayam menandakan pagi telah tiba.
Waktu untuk kita bersiap melakukan aktivitas, sebagai karyawan, sebagai pelajar, sebagai seorang profesional, dll.
Kita memulai hari yang baru. Macetnya jalan membuat kita semakin tegang menjalani hidup. Terlambat sampai di kantor, itu hal biasa. Pekerjaan menumpuk, tugas dari boss yang membuat kepala pusing, sikap anak buah yang tidak memuaskan, dan banyak problematika harus kita hadapi di kantor.
Tak terasa, siang menjemput... "Waktunya istirahat..makan-makan.." Perut lapar, membuat manusia sulit berpikir. Otak serasa buntu. Pekerjaan menjadi semakin berat untuk diselesaikan. Matahari sudah berada tepat di atas kepala. Panas betul hari ini...
Akhirnya jam istirahat selesai, waktunya kembali kerja... Perut kenyang, bisa jadi kita bukannya semangat bekerja malah ngantuk. Aduh tapi pekerjaan kok masih banyak yang belum selesai. Mulai lagi kita kerja, kerja dan terus bekerja sampai akhirnya terlihat di sebelah barat.
Matahari telah tersenyum seraya mengucapkan selamat berpisah. Gelap mulai menjemput. Lelah sekali hari ini. Sekarang jalanan macet. Kapan saya sampai di rumah. Badan pegal sekali, dan badan rasanya lengket. Nikmatnya air hangat saat mandi nanti. Segar segar...
Ada yang memacu kendaraan dengan cepat supaya sampai di rumah segera, dan ada yang berlarian mengejar bis kota bergegas ingin sampai di rumah.
Dinamis sekali kehidupan ini.
Waktunya makan malam tiba. Sang istri atau mungkin Ibu kita telah menyiapkan makanan kesukaan kita. "Ohh..ada sop ayam". "Wah soto daging buatan Ibu memang enak sekali". Suami memuji masakan istrinya, atau anak memuji masakan Ibunya. Itu juga kan yang sering kita lakukan.
Selesai makan, bersantai sambil nonton TV. Tak terasa heningnya malam telah tiba. Lelah menjalankan aktivitas hari ini, membuat kita tidur dengan lelap. Terlelap sampai akhirnya pagi kembali menjemput dan mulailah hari yang baru lagi.
Kehidupan..ya seperti itu lah kehidupan di mata sebagian besar orang.
Bangun, mandi, bekerja, makan, dan tidur adalah kehidupan.
Jika pandangan kita tentang arti kehidupan sebatas itu, mungkin kita tidak ada bedanya dengan hewan yang puas dengan bisa bernafas, makan, minum, melakukan kegiatan rutin, tidur. Siang atau malam adalah sama. Hanya rutinitas..sampai akhirnya maut menjemput.
Memang itu adalah kehidupan tetapi bukan kehidupan dalam arti yang luas.
Sebagai manusia jelas kita memiliki perbedaan dalam menjalankan kehidupan.
Kehidupan bukanlah sekedar rutinitas.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita mencurahkan potensi kita untuk orang lain.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita berbagi suka dan duka dengan orang yang kita sayangi.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita bisa mengenal orang lain.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita melayani setiap umat manusia.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita mencintai pasangan kita, orang tua kita, saudara, serta mengasihi sesama kita.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita belajar dan terus belajar tentang arti kehidupan.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita selalu mengucap syukur kepada Yang Maha Kuasa... Kehidupan adalah... dll.
Begitu banyak Kehidupan yang bisa kita jalani.
Berapa tahun anda telah melalui kehidupan anda ?
Berapa tahun anda telah menjalani kehidupan rutinitas anda ?
Akankah sisa waktu anda sebelum ajal menjemput hanya anda korbankan untuk sebuah rutinitas belaka ?
Kita tidak tahu kapan ajal akan menjemput, mungkin 5 tahun lagi, mungkin 1 tahun lagi, mungkin sebulan lagi, mungkin besok, atau mungkin 1 menit lagi.
Hanya Tuhanlah yang tahu...
Pandanglah di sekeliling kita..ada segelintir orang yang membutuhkan kita.
Mereka menanti kehadiran kita. Mereka menanti dukungan kita. Orang tua, saudara, pasangan, anak, sahabat dan sesama..
Serta Tuhan yang setia menanti ucapan syukur dari bibir kita.
Bersyukulah pada-NYA setiap saat bahwa kita masih dipercayakan untuk menjalani kehidupan ini.
Buatlah hidup ini menjadi suatu ibadah. Dengan belajar, sharing, peduli dan memikirkan nasib sesama yang kurang beruntung dan masih banyak yang bisa dikerjakan oleh anda semua.
Lakukan yang terbaik (dan bermanfaat) selagi kita bisa
Untuk Para Wanita
Ucapkan kata-kata kebaikan.
Untuk mendapatkan mata yang indah,
Carilah kebaikan pada setiap orang yang anda jumpai.
Untuk mendapatkan bentuk badan yang langsing,
Berbagilah makanan dengan mereka yang kelaparan.
Untuk mendapatkan rambut yang indah
Mintalah seorang anak kecil untuk menyisirnya dengan jemarinya setiap hari.
Untuk mendapatkan sikap tubuh yang indah,
Berjalanlah dengan segala ilmu pengetahuan, dan anda tidak akan pernah berjalan sendirian.
Manusia, jauh melebihi segala ciptaan lain,
Perlu senantiasa berubah, diperbaharui, dibentuk kembali, dan diampuni.
Jadi, jangan pernah kucilkan seseorang dari hati anda.
Apabila anda sudah melakukan semuanya itu,
Ingatlah senantiasa, jika suatu ketika anda
membutuhkan pertolongan, akan senantiasa ada tangan terulur.
Dan dengan bertambahnya usia anda,
Anda akan semakin mensyukuri telah diberi dua tangan.
Satu untuk menolong diri anda sendiri,
dan satu lagi untuk menolong orang lain.
Kadangkala Allah mempertemukan kita dengan orang yang sedang kesusahan,
itu pertanda Allah memberi kesempatan kepada kita untuk berbuat kebaikan.
Kecantikan wanita bukan terletak pada pakaian yang dikenakannya.
Bukan pada bentuk tubuhnya, atau cara dia menyisir rambutnya.
Kecantikan wanita terdapat pada matanya, cara dia memandang dunia
karena di matanyalah terletak gerbang menuju ke setiap hati manusia.
Dimana cinta dapat berkembang.
Kecantikan wanita, bukan pada kehalusan wajahnya,
tetapi kecantikan yang murni, terpancar pada jiwanya.
Yang dengan penuh kasih memberikan perhatian dan
cinta yang dia berikan.
Dan kecantikan itu akan tumbuh sepanjang waktu.
Hidup Bahagia
1. Bebaskan dirimu dari kebencian
2, Bebaskan pikiranmu dari kesusahan
3. Hiduplah secara sederhana
4. Berilah lebih
5. Kurangilah harapan
Tiada seorangpun yang bisa kembali dan mulai dari awal.
Setiap orang dapat mulai saat ini dan melakukan akhir yang baru.
Tuhan tidak menjanjikan hari-hari tanpa sakit,
tertawa tanpa kesedihan,
matahari tanpa hujan,
tetapi Dia menjanjikan kekuatan untuk hari itu,
kebahagiaan untuk air mata,
dan terang dalam perjalanan.
Kekecewaan bagai "polisi tidur",
ini akan memperlambatmu sedikit
tetapi kau selanjutnya akan menikmati jalan rata.
Jangan tinggal terlalu lama saat ada "polisi tidur".
Berjalanlah terus!
Ketika kau kecewa karena tidak memperoleh apa yang kaukehendaki,
terimalah dan bergembiralah,
karena Tuhan sedang memikirkan sesuatu yang lebih baik untuk dirimu.
Saat terjadi sesuatu padamu, baik atau buruk, pertimbangkanlah
artinya.....
Ada suatu maksud untuk setiap kejadian dalam kehidupan, mengajarmu
bagaimana lebih seringkali tertawa atau tidak terlalu keras menangis.
Kau tidak dapat memaksa seseorang mencintaimu,
apa yang dapat kau perbuat hanyalah membiarkan dirimu untuk dicintai,
selebihnya ada pada orang itu untuk menilai dirimu.
Ukuran cinta adalah saat kau mencintai tanpa batas.
Dalam kehidupan jarang akan kau temui seseorang yang kau cintai
dan orang itu mencintaimu juga.
Jadi sekali kau memperoleh cinta jangan lepaskan,
ada kemungkinan cinta itu tidak datang kembali.
Lebih baik kehilangan harga dirimu kepada orang yang mencintaimu,
daripada kehilangan orang yang kau cintai karena harga dirimu.
Kita selalu membuang-buang waktu untuk mencari-cari orang yang sesuai
untuk dicintai atau melihat kesalahan2 pada orang yang telah kita cintai,
daripada malah seharusnya kita menyempurnakan cinta yang kita berikan.
Jika kau sungguh2 peduli pada seseorang,
janganlah kau mencari2 kekurangan2nya,
kau jangan mencari2 alasan,
kau jangan mencari2 kesalahan2nya.
Malahan, kau atasi kesalahan2 itu,
kau terima kekurangan2 itu,
dan jangan kau hiraukan alasan2 itu.
Jangan pernah meninggalkan rekan lama.
Kau tidak akan pernah mendapat penggantinya.
Persahabatan adalah bagai anggur,
tambah lama akan tambah baik
Menyikapi Gundah Hati
Hai jiwa yang muthmainnah (tenang),
kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya
Qs. Al-fajr [ 89 ]:27-28)
Mukaddimah
Alhamdulillah, segala puji hanya untuk Allah. Kepada-Nyalah bermuara segala pujian, sebab Dialah yang memang pantas mendapat pujian, karena segala sesuatu di dunia ini adalah milik-Nya. Sholawat dan salam tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, dialah Nabi akhir zaman yang kehadirannya ketengah-tengah ummat membawa kesejukan dan perginya meninggalkan kesan kebaikan. Bahkan terutusnya beliau mampu merubah keraguan menjadi keyakinan dan kegelisahan menjadi ketenangan, sehingga jelasnya arah kehidupan yang sebelumnya diselimuti awan kejahiliyahan.
Setiap kita selalu memahami bahwa hidup tidak selamanya diselimuti kebahagiaan. Ada saat kebahagian itu begitu indah kita rasakan, tetapi pada saat yang lain kesedihanpun datang menghampiri. Ada saat hati kita di selimuti kesenangan yang dalam, tetapi pada saat lain kesedihanpun datang mengunjungi diri. Itulah dua keadaan hidup yang datang silih berganti.
Sahabat, gelisah terkadang datang menyelimuti hati, betapapun kita berusaha menepisnya. Tetapi semakin kita tepis justru semakin berat kegelisahan. Sesungguhnya tidak ada obat yang paling mujarab ketika penyakit itu datang. Kecuali kita harus terus mencari apa yang menyebabkan kita gelisah. Karena hadirnya setiap perasaan yang gelisah tidaklah mungkin datang dengan sendirinya kecuali ada sesuatu sebab yang mengawalinya. Gelisah adalah satu bentuk dari persoalan bahtin yang pasti akan datang. Dan tidak bisa tidak, siapapun pasti merasakannya.
Kenapa kita gelisah, dan bagaimana meredam gelisah hati, ikuti terus goresan pena sederhana ini. Mudah-mudahan dapat menemukan jawab dari pertanyaan bathin. Insya Allah.
Pertama:
Kenapa kita Gelisah ?
Saudara yang muliakan Allah
Gelisah kerap hadir melanda hati, dan bila perasaaan ini datang hari-hari dicekam perasaan sepi, kekhawatiran terus datang menemani kesunyian diri, dan terkadang hidup merasa tidak berarti. Bila gelisah bertambah resah, terasa hidup semakin susah, beraktivitaspun selalu serba salah, terkadang bingung kemana harus melangkah.
Itulah kenyataan hidup yang sering kita temui pada sebagian orang, atau mungkin kita sendirilah orangnya. Sering kali jika kegelisahan datang, ia harus dibayar dengan harga yang mahal, karena ia sangat menyita banyak waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Hasilnya; wajah terlihat menjadi kusut dan hidup menjadi semraut.
Memang sulit di mengerti, kenapa gelisah terkadang datang menyelimuti hati. Betapapun kita berusaha menepisnya, tetapi semakin kita tepis justru semakin berat kegelisahan.
Tidak ada obat yang paling mujarab ketika penyakit itu datang. Kecuali kita harus terus mencari apa yang menyebabkan kita gelisah. Karena hadirnya setiap perasaan tidaklah mungkin datang dengan sendirinya kecuali ada sesuatu sebab yang mengawalinya.
Beberapa psikolog mengatakan: gelisah dan cemas adalah wajar dan di miliki setiap orang. Bukankah setiap hari kita selalu dihadapkan pada masalah-masalah hidup?. Memang, hidup tak bisa lari dari permasalahan. Karena semakin lari dari masalah, hidup semakin bermasalah.
Cara terbaik menyelesaikan masalah adalah dengan jalan mencari tahu akar masalah. Sehingga kegelisahan tidak mendatangkan banyak masalah.
Kedua:
Penyebab Kegelisahan
Banyak faktor yang menyebabkan hadirnya kegelisahan. Ada gelisah karena hadirnya kesadaran yang dalam tentang prilaku diri, sadar banyak melakukan kesalahan. Dan kegelisahan seperti ini menandai sedang menguatnya keimanan. Hasilnya, perasaan khawatir datang saat ia merasakan begitu banyak melalaikan kewajiban. Dan kekhawatiran ini adalah kekhawatiran yang positif.
Ada juga gelisah karena faktor kekhawatiran yang berlebihan tentang kehidupan, yang di tandai dengan adanya ketakutan dalam beberapa hal. Seperti takut miskin, takut kehilangan harta, takut di tinggal oleh orang yang di cinta, takut kerjanya di PHK, takut tidak dapat jodoh atau takut tiba-tiba kematian datang menjemputnya.
Gelisah yang kedua ini biasanya disebabkan karena keyakinan yang lemah tentang kebenaran yang datang dari Allah. Dan ini menandakan sedang melemahnya keimanan. Dan yang ketiga ada gelisah karena di kejar rasa bersalah, entah salah kepada diri sendiri, kepada orang lain, lebih-lebih kepada Allah. Hal ini disebabkan karena kita pernah melakukan dosa dan kemaksiatan atau prilaku yang kurang pantas, sehingga menyebabkan jiwa tidak tentram, hidup tidak nyaman karena di kejar rasa bersalah yang terus menghantui.
a. Gelisah Karena Menguatnya Keimanan
Kegelisahan yang seperti ini bisa disebut kegelisahan yang positif, karena itu didorong oleh keinginan untuk selalu menyempurnakan kebaikan. Beberapa hal yang menandakan gelisah karena menguatnya keimanan, yaitu: hadirnya rasa takut kepada Allah. Kegelisahan jenis ini hadir karena kita menyadari begitu sering melakukan kesalahan.
Kesalahan itulah yang meyebabkan hati kita bertambah resah. Perasaan takut (khauf) dan harap (Raja’) bercampur menjadi satu. Takut jika kesalahan (dosa) tidak terampuni dan harap agar dosa dan kesalahannya dapat terampuni.
Bagi pribadi muslim perasaan khauf (takut) adalah ungkapan derita hati dan kegundahan terhadap apa yang dihadapinya. Dan khauf (takut) inilah yang mencegah diri dari perbuatan maksiat dan mengikatnya dengan bentuk-bentuk ketaatan.
Semakin ia mengetahui aib dirinya dan mengetahui keagungan Allah, kemahamulyaan-Nya dan hadirnya kesadaran bahwa setiap perbuatannya kelak akan dipertanggungjawabkan, maka kegelisahannya akan semakin kuat, rasa takutnya akan semakin meningkat.
Buah dari perasaan khauf ini adalah, ia akan mampu menguasai segala kegundahan dan tahu bahayanya. Hasilnya; Tiada lagi kesibukannya selain usaha untuk mendekatkan diri, muhasabah, mujahadah. Bahkan ia selalu waspada terhadap segala pikiran, langkah dan kalimat yang keluar dari dirinya.
“Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut kepada Rabb mereka. Dan orang-orang beriman kepada Rabb mereka. Dan orang-orang yang tidak menyekutukan Rabb mereka (dengan sesuatupun). Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka. Mereka itulah orang-orang yang bersegara berbuat kebaikan, dan merekalah orang-orang yang pertama-tama memperolehnya.â€
Yahya bin Muazd berkata: “jika seorang mukmin melakukan kemaksiatan, ia pasti menindaklanjutinya dengan salah satu dari dua hal yang akan menghantarkannya kesurga; takut akan siksa dan harapan akan ampunanâ€.
b. Gelisah Karena Lemahnya Iman
Untuk kegelisahan jenis ini, ada dua motif yang menghadirkannya. Pertama, motif yang keluar dari dorongan syahwat seksual, kedua motif karena dorongan cinta yang berlebihan pada harta, atau yang selalu terkait dengan keduniaan.
Kegelisahan yang disebabkan dua hal ini cenderung menguat, dan ketika tidak mampu meraih apa yang di inginkan nafsunya, gelisah akan semakin bertambah resah. Kegelisahan yang seperti ini menandai lemahnya daya tahan keimanan,
Dalam pandangan psikologi, dua hal yang melatar belakangi hadirnya kegelisahan adalah karena lemahnya rasa percaya diri. Tetapi jika rasa percaya diri kita kuat tidak akan menimbulkan kegelisahan. Selain itu, kegelisahan hadir karena angan-angan yang tidak realistis, atau terlalu berlebihan mengharapkan sesuatu tetapi tidak di imbangi dengan kemampuan. Tetapi yang lebih pasti adalah kegelisahan hadir karena keyakinannya akan taqdir tidak sempurna.
*****
Kegelisahan yang hadir karena menyadari
betapa banyak dosa dan kesalahan,
adalah wujud dari kesadaran iman.
Sebab orang orang-orang yang beriman
akan senantiasa resah jika ketaatannya berkurang.
*****
Ketiga:
Kegelisahan orang beriman
Seperti telah diungkapkan diatas, bahwa kegelisahan orang-orang beriman hadir manakala dia merasa begitu banyak dosa dan kesalahan atau merasa bahwa ibadahnya belum sempurna.
Dan kesadaran itu membuat ia terus berusaha untuk menyempurnakannya. Sebab baginya hidup adalah untuk mempersembahkan yang terbaik untuk kehidupan yang kekal (akhirat). Dunia bukanlah tujuannya, tetapi hanya perantara untuk menggapai keridhoan. Mereka selalu menyadari bahwa kehidupan dunia hanyalah persinggahan sebentar dalam perjalanan panjang menuju keabadian.
Kebahagiaan bagi orang-orang yang beriman adalah ketika dapat melakukan ketaatan, dan kegelisahan mereka adalah ketika semakin berkurangnya kebaikan. Ketika mereka menghadapi musibah, selalu di sikapi dengan tabah. Ketika kesulitan datang menghampiri, ia tidak berkecil hati.
Dan hadirnya sikap seperti itu tidak lain karena ia mampu menjadikan Allah sebagai sumber kekuatan. Sebab dengan menjadikan Allah sebagai satu-satunya inspirasi dalam kehidupan, akan menghadirkan sikap optimisme dan kebesaran jiwa yang mantap.
Imam Syafi’I rahimahullah bertutur: :Gelisah, berkeluh kesah, tidak sabar adalah tanda jiwa yang fakir. Kemiskinan lebih baik dari kekayaan yang berlaku aniaya pada si fakir. Sungguh jiwa yang selalu puas, itulah jiwa yang kaya, walaupun melelahkan, karena segala yang ada di alam raya ini tak pernah memberikan kepuasanâ€
Itulah kekuatan iman, yang selalu menyadari bahwa jika Allah menghendaki segala sesuatu, maka tidak ada kemampuan bagi kita untuk mengelaknya. Dengan kesadaran dan keyakinan ini, seorang mukmin akan terbebas dari ketakutan, kelemahan dan keresahan disamping terhiasi dirinya dengan kesabaran, kekuatan dan keberanian.
“Katakanlah: “sekali-kali tidak akan menimpa kami kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk kami.ialah pelindung kami, dan hanya Allah-lah orang-orang beriman harus bertawakkalâ€.
(Qs. At-Taubah [9]:51).
Saudaraku yang budiman
Bila kita serahkan hidup ini dengan berbagai persoalannya kepada Allah yang didasarkan atas keyakinan yang mutlak kepada-Nya., akan membuat hati dan jiwa tegar dan teguh dalam menghadapi berbagai problem dan tantangan kehidupan. Karena itu, mengimani Allah dengan berbagai atribut-Nya, baik sifat maupun perbuatan-Nya, adalah suatu keharusan mutlak. Sebab itulah kunci membuka tirai kebahagiaan.
Allah, tidak ada Tuhan selain Dia Yang Maha Hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya, tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang dihadapan mereka dan dibelakang mereka, mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki -Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar†(Qs. Al-Baqarah [2]:255)
****
Tiada rumah sakit yang teduh untuk bernaung kecuali berlindung di bawah kekuasan-Nya.Karena hanya Dialah tempat kita berlindung
dari semua keadaan diri kita.
Kebahagiaan bagi orang-orang yang beriman adalah;ketika dapat melakukan ketaatan, dan kegelisahan mereka adalah; ketika semakin berkurangnya kebaikan.
*****
Keempat
Meredam Gelisah Hati
Saudara yang budiman
Sahabat, Sejak dulu hingga hari ini, berbagai pergulatan dan hidup terus kita lakukan demi sebuah kebahagiaan, bila perlu nyawapun kita pertaruhan. padahal, sejauh apapun kita melangkah untuk mengejar kebahagiaan tak akan pernah kita dapatkan, kalau tolak ukurnya adalah keduniaan. Sebab sifat dunia tak pernah memberi kepuasaan.
Dan ketidak puasan itulah faktor utama penyebab ketidak bahagiaan, dan akhirnya perasaan gelisah selalu datang. Selain ketidakpuasan menerima kenyataan, ketidaksabaran juga merupakan pintu masuk kegelisahan. Sebab orang yang tidak sabar menantikan sesuatu hidupnya selalu gelisah.
Akhirnya, hanya satu kiat yang dapat meredam gelisah hati dan mendatangkan kebahagiaan yang hakiki, yaitu hadirkan sifat qona’ah (menerima) apa yang telah Allah berikan. Sebab orang yang qona’ah terhadap apapun yang diberikan jiwanya akan tenang. Hatinya tidak menuntut mencapai sesuatu yang tidak ditakdirkan baginya dan tidak melirik kepada orang yang berada diatasnya. Tentu saja sifat ini tidaklah hadir dengan sendirinya tanpa faktor utama yang mendorongnya. Dan faktor itu adalah keimanan yang benar dan amal sholeh yang ikhlas.
Ketenangan bathin (muthmainnah qalbu) selalu menghiasi orang-orang yang selalu qonaah. Ekspresi dan perbuatan lahirnya senantiasa terkendali. Maka yang nampak dari luar adalah pribadi yang benar-benar tenang, mantap dan penuh wibawa. Rasulullah menasehati kita agar dalam menjalani hidup jangan tergesa-gesa, sebab sikap itulah yang menyebabkan kegelisahan selalu datang. Beliau bersabda: “Wahai manusia, bersikap tenanglah kalian, karena kebaikan itu tak pernah ada dalam ketergesa-gesaan1†(Hr. Bukhari dan Muslim)
Orang yang qonaah selain memiliki ketenangan juga memilki pendirian yang kuat, ia sadar akan segala kelemahan yang ada padanya dan beersandar hanya kepada Allah semata.
Kelima ;
Kunci Agar Tidak Gelisah
Selanjutnya, apa yang menyebabkan orang-orang beriman tetap bertahan dalam gelombang cobaan dan ujian, sehingga ia tidak gelisah, khawatir bahkan tidak di hantui rasa takut yang berkepanjangan. Beberap faktor yang tetap memperkuatnya adalah:
a. Mempercayakan urusan hanya kepada Allah
Perjalanan dan prilaku kita dalam hidup keseharian merupakan cerminan dari akidah yang ada dalam hati kita. apabila aqidah yang tersimpan dalam hati kita baik, maka jalan yang di tempuhpun akan baik lagi lurus. Tetapi bila aqidah telah rusak, jalanpun menjadi bengkok. Hidup akan semakin gelisah, di liputi kebimbangan, sempit dan penuh kejenuhan. Tetapi tidak akan terputus karunia jika kita memohon kepada Tuhan, dan akan muncul persoalan yang menyusahkan jika kamu meminta kepada dirimu sendiriâ€.
Itulah ungkapan ahli hikmah yang sarat makna. Betul, bahwa mempercayakan segala sesuatu hanya kepada Allah adalah sikap bijak seorang hamba. Allah, Dialah yang maha tahu segala apapun yang kita inginkan, sebab karena Dialah yang menciptakan kita. Percaya sepenuhnya tanpa keraguan sedikitpun adalah unsur positif yang akan melahirkan tindakan yang positif. Karena sifat ragu terhadap kebenaran adalah cerminan dari seorang yang lemah, hilang harapan dan rapuhnya keyakinan.
b. Ikhlas berbuat hanya karena Allah
Ikhlas artinya memurnikan tujuan bertaqarrub hanya kepada Allah semata. Dan sikap ini hanya akan datang dari seseorang yang mencintai Allah dan menggantungkan seluruh harapannya kepada Allah. Ketika ikhlas telah menyelimuti diri kita maka akan lahir sifat rela terhadap semua yang Allah berikan, hatta itu adalah sesuatu yang tidak menyenangkan.
Biasanya kegelisahan yang datang kepada kita, karena kecenderungan kita kepada hal-hal yang bersifat duniawi. Maka resep untuk menghadirkan ikhlas adalah dengan memupus kesenangan-kesenangan hawa nafsu, ketamakan terhadap dunia dan mengusahakan hati agar selalu terfokus kepada kepentingan akhirat.
Dr. Yusuf al-Qaradhawi mengatakan: bahwa ikhlas mampu melahirkan ketenangan jiwa dan ketentraman hati. Dan ikhlas juga mampu membebaskan manusia dari segala bentuk ketidakstabilan dan kegoncangan jiwa karena orientasi dan keinginan manusia yang berbeda-beda.
Berhias diri dengan sifat ikhlas dan jujur akan mengantarkan setiap individu mencapai keselamatan dan keberhasilan. Keikhlasan merupakan senjata penyelamat yang paling ampuh bagi seseorang dalam menghadapi setiap cobaan, sehingga tidak timbul kegelisahan yang membebani. Orang yang ikhlas karena Allah, selalu memahami bahwa hidup dan kehidupan tidaklah ada tanpa Allah yang menghidupkan. Maka ketenangan selalu menghiasi hidupnya.
c. Tidak menyandarkan diri kepada kekuatan manusia
Kenapa manusia yang miskin meminta kepada sesama manusia yang juga miskin serupa dirinya?. Mengapa manusia yang lemah meminta pertolongan kepada sesamanya yang juga lemah?. Apa alasan kita mengharap dari seseorang , sementara ia sendiri tidak bisa menepis lalat yang menerjangnya?. Bakteri yang lebih kecil dari lalat, mampu merenggut kesehatan orang-orang yang “gagah†dan iapun kelabakan mengembalikan kesehatannya akibat serangan bakteri-bakteri itu.
“Wahai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walau mereka bersatu untuk menciptakannya, dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang meyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.â€. (Qs. al-Hajj [22]:73)
Betapa banyak diantara kita yang dihempaskan dan dihinakan oleh ketamakan dan harapan-harapannya kepada makhluk sesamanya. Tidak sedikit hak-hak yang terbengkalai, kemaslahatan yang terabaikan, dan keadaan-keadaan menjadi tidak lurus karena ketamakan jiwa. Sehingga kegelisahanpun tidak bisa di redam.
Kemudian, solusi terbaik agar jiwa tidak cepat rapuh dan gelisah adalah; sandarkan hidup kita kepada Dia yang maha hidup. Lalu cukupkan diri dengan selalu mengharap karunia-Nya. Jangan berharap berlebihan kepada manusia, melebihi harapan kita kepada Allah. Sebab terkadang hanya kekecewaan yang kita dapatkan. Tetapi ketika setiap harap hanya tertuju kepada Allah, akan kita dapatkan Dialah sebaik-sebaik pemberi.
d. Selalu mengakui kekurangan diri
Bagi orang yang lemah percaya dirinya, tetapi besar gengsinya. Ia akan berusaha menutupi kekurangan yang ada pada dirinya. Rasa takut dan malu jika kekurangannya diketahui orang akan menambah kegelisahannya semakin dalam. Dan sering kali ketidak percayaan diri ini bukan saja mendatangkan gelisah, tetapi juga stress. Semuanya ini akibat ketidak mampuan menerima kenyataan hidup.
Allah, Dialah yang menciptakan kita dari tidak ada menjadi ada. Kesempurnaan hanya milik Allah. Menyadari bahwa kita hanya sebagai hamba, mengharuskan kita untuk menerima segala takdir yang telah ditetapkan-Nya. Oleh karenanya, seorang muslim sangat menyadari tentang segala kekurangan yang dimilikinya.
e. Selalu Berhati-hati terhadap nafsu
Rasulullah Muhammad Saw memasukan hawa nafsu kedalam hal yang dapat membinasakan, beliau bersabda: “Ada tiga hal yang dapat membinasakan; kekikiran di yang patuhi, hawa nafsu yang ikuti dan kesombongan seseorang terhadap dirinya sendiriâ€.
Muhammad bin Abdul Qawi Al-Mardawi dalam Mandhumatul Adab mengatakan; “Kala hawa nafshu itu di tekan, akan lahir kemuliaan; dan saat keinginannya di penuhi disitulah ada kehinaan yang abadiâ€.
Pernah disebutkan; Hawa nafsu itu pembohong yang tidak bisa di percaya, melepasnya akan mendorong untuk mencari kenikmatan berikutnya tanpa memikirkan dampak negatifnya. Ia pun memotivasi untuk mendapatkan syahwat yang lebih cepat. Maka berhati-hati terhadap dorongan nafsu, karena tidak ada seorangpun yang dapat masuk dan sampai kepada Allah kecuali jika sudah memenangkan pertarungan atasnya. Nafsu itu selalu menyeru kepada sikap durhaka dan mendahulukan kehidupan dunia. Sedangkan Allah menyeru hamba-Nya agar takut kepada-Nya dan menahan diri dari hawa nafsunya.
“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang beri rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyayangâ€.
(Qs. Yusuf [12]:53).
f. Selalu berbaik sangka kepada Allah
Salah satu sifat yang selalu mendatangkan ketenangan adalah berbaik sangka kepada Allah. Sifat ini akan membentengi kita dari rasa takut dari apapun yang terjadi. Terutama terkait dengan hal-hal yang terasa memberatkan diri, seperti saat menyikapi setiap kegagalan misalnya.
Orang yang selalu berprasangka baik kepada Allah tidak langsung memponis keburukan ketika ia datang kepadanya. Tetapai selalu meyakini bahwa ada hikmah dibalik semuanya, karena tidaklah Allah ketika memberikan ujian, kecuali Allah mengetahui bahwa kita mampu untuk menyelesaikannya.
“…Boleh jadi kalian membenci sesuatu, padahal sesuatu itu amat baik bagi kalian, dan boleh jadi (pula) kalian menyukai sesuatu, padahal sesuatu itu amat buruk bagi kalian. Allah mengetahui, sedangkan kalian tidak mengetahui (segala akibatnya secara pasti)â€. (Qs. Al-Baqarah [2]:216)
Ketahuilah, segala sesuatu yang kita lakukan adalah reaksi langsung dari apa yang ada dalam pikiran kita. jika pikiran kita selalu diselimuti baik sangka terhadap sesuatu, niscaya kehidupan kita pun anak selalu nampak baik.
Ibnu Taimiyah – seorang mujtahid besar- ketika dalam tekanan yang menyakitkan, beliau berkata:
“Apa yang di lakukan musuh-musuhku?, tamanku dan surgaku berada dalam dadaku. Membunuhku sama dengan mati syahid, mengasingkanku sama halnya dengan bertamasya, memenjarakanku sama halnya dengan berkhalwat (menyendiri dari keramaian).
Itulah sikap dari seorang alim yang dalam keadaan apapun selalu berbaik sangka. Sehingga hidupnya selalu diselimuti kebahagiaan, dan tidak ada kegelisahan.
******
“Kala hawa nafshu itu di tekan, akan lahir kemuliaan;
dan saat keinginannya di penuhi disitulah ada kehinaan
yang abadiâ€.
*****
Ketujuh
Sejumput Renungan
Iman, kunci ketenangan
Orang yang beriman diibaratkan sebuah gunung yang tegar. Sekalipun dunia disekeliling gocang, angin topan menerjang, petir bergemuruh, sungai meluap banjir, dan gelombang lauatan menggunung, tetepi ia tetap tegar tidak bergeming, kokoh tidak tergoyahkan. Ia menancapkan kakinya dihamparan pintu kekuasaan Allah, meletakkan tangannya dalam naungan kasih sayang Allah, serta mempertautkan kehidupannya dengan Allah.
Dan selogan yang selalu di pegang oleh orang beriman adalah apa yang telah di firmankan Allah kepada Rasul-Nya:
“Katakanlah: “sekali-kali tiak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allaha orang-orang yang beriman harus bertawakkalâ€. (Qs. At-Taubah [ 9 ]:51).
Orang yang tidak mempunyai keimanan yang benar akan selalu menderita kehampaan rohani dan selalu merasakan kesempitan diri. Tetapi orang yang beriman dengan benar hidupnya selalu diselimuti rasa aman dan kedamaian pikiran.
Apabila hati di penuhi oleh iman, maka seluruh indra, perasaan dan anggota tubuh tergerak untuk melakukan kebaikan dan amal sholeh. Dan setiap iman bertambah dalam hati, maka kekuatan kebaikanpun akan bertambah, lalu hati seorang mukminpun akan terasa lapang. Kelapangan dada adalah buah sifat qona’ah. Lebih dari iti, iman merupakan kekuatan yang mampu menanamkan ketenangan dalam jiwa , rasa aman dan damai dalam hati.
“Dialah yang telah menurunkan ketenangan kedalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah disamping keimanana mereka ( yang telah adaâ€.
Qs. al-fath [48 ]:4).
Dr. Yusuf Al-Qaradhawi mengatakan, Iman adalah kekuatan pendorong yang memberikan stimulus kepada manusia untuk memberi dan membangun, mengerjakan kebajikan serta berlomba-lomba menuju kebaikan. Ibnu Khaldun menambahkan; bahwa bahagia dan tidaknya seseorang berangkat dari mampu dan tidaknya seseorang memenuhi kebutuhan keinginannya ( dalam bentuk positif).
Dan orang bahagia adalah mereka yang bisa menerima (qonaah) kenyataan hidupnya, bisa menerima segala yang ada pada dirinya. Akan tetapi percaya bahwa di balik kepahitan pasti ada kesejahteraan yang lebih lama. Seperti orang yang minum obat, pahit dikala meminumnya, tetapi setelah di minum hadir kesehatan yang lebih lama dari pahitnya rasa. Hidup dalam kesadaran akan betapa dekatnya Tuhan terhadap diri kita, bisa menghalau awan kegelisahan dan akan menghadirkan semangat hidup yang menggelora. Kita tidak dapat hidup dalam kesadaran akan dekatnya Allah dan pergi kemana-mana dalam kemurungan dan kegelisahan. Bila kita yakin bahwa Allah selalu bersama kita.
Nasihat Rosululoh
1.Tiga perkara yang mesti dijauhi:
Telah bersabda Nabi Muhammad saw yang artinya:
” Barang siapa yang bangun di waktu pagi sambil ber sungut2 karena kesusahan hidup, maka seolah olah ia bersungut karena perbuatan Tuhannya. Barang siapa menjadi sedih karena perkara perkara dunia berarti ia telah marah kepada Allah. Dan barang siapa merendahkan dirinya kepada orang kaya karena kekayaanya maka telah hilang dua pertiga agamanya.
2. Empat perkara yang berharga dalam diri manusia:
Telah bersabda Nabi Muhammad saw yang artinya:
“Ada empat macam yang berharga dalam diri manusia dan ia bisa hilang dengan empat sebab. Adapun yang berharga itu ialah akal, agama, malu dan amal soleh. Maka akal bisa hilang disebabkan marah. Agama bisa hilang disebabkan dengki.
Malu bisa hilang disebabkan tamak dan amal soleh bisa terhapus disebabkan suka menceritakan keburukan orang lain.”
3. Lima macam yang dicintai dan lima perkara yang dilupakan:
Nabi Muhammad saw telah bersabda yang artinya:
“Akan datang satu masa pd umatku, ketika itu mereka mencintai lima macam dan melupakan lima perkara yaitu:
1. Mereka mencintai dunia dan lupa akhirat.
2. Mereka mencintai kehidupan dan lupa pada kematian.
3. Mereka cinta pada istana dan lupa pada kuburan.
4. Mereka cinta harta dan lupa pada perhitungan di akhirat.
5. Dan mereka cinta kepada makhluk dan lupa kepada Allah.”
4. Cantiknya iman dan amal soleh:
Pernah diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad saw bersabda yang artinya:
“Ada dua macam yang tiada sesuatu yang lebih baik dari keduanya:
1. Beriman kepada Allah.
2. Memberi manfaat kepada muslimin.
Dan ada dua macam yang tiada sesuatu yang lebih buruk dari keduanya:
1. Mensyirikkan Allah.
2. Menyakiti kaum muslimin.”
Smg Bermnfaat :)
Senin, 21 Juni 2010
Ulangtahun Mamahku 22 June 2010
Maah..
Suara Hati Wanita Suci
Wanita suci,
Mungkin aku memang tak romantis tapi siapa peduli?
Karena toh kau tak mengenalku dan memang tak perlu mengenalku.
Bagiku kau bunga, tak mampu aku samakanmu dengan bunga terindah sekalipun.
Bagiku manusia adalah makhluk yang terindah, tersempurna dan tertinggi.
Bagiku dirimu salah satu dari semua itu, karenanya kau tak membutuhkan persamaan.
Wanita suci,
Jangan pernah biarkan aku manatapmu penuh, karena akan membuatku mengingatmu.
Berarti memenuhi kepalaku dengan inginkanmu.
Berimbas pada tersusunnya gambarmu dalam tiap dinding khayalku.
Membuatku inginkanmu sepenuh hati, seluruh jiwa, sesemangat mentari.
Kasihanilah dirimu jika harus hadir dalam khayalku yang masih penuh Lumpur.
Karena sesungguhnya dirimu terlalu suci.
Wanita suci,
Berdua menghabiskan waktu denganmu bagaikan mimpi tak berujung.
Ada ingin tapi tak ada henti.
Menyentuhmu merupakan ingin diri, berkelebat selalu, meski ujung penutupmu pun tak berani kusentuh.
Jangan pernah kalah dengan mimpi dan inginku karena sucimu kaupertaruhkan.
Mungkin kau tak peduli
Tapi kau hanya menjadi wanita biasa di hadapanku bila kau kalah.
Dan tak lebih dari wanita biasa.
Wanita suci,
Jangan pernah kautatapku penuh
Bahkan tak perlu kaulirikkan matamu untuk melihatku.
Bukan karena aku terlalu indah, tapi karena aku seorang yang masih kotor.
Aku biasa memakai topeng keindahan pada wajah burukku, mengenakan pakaian sutra emas.
Meniru laku para rahib, meski hatiku lebih kotor dari Lumpur.
Kau memang suci, tapi masih sangat mungkin kau termanipulasi.
Karena kau toh hanya manusia-hanya wanita.
Wanita suci,
Beri sepenuh diri pada dia sang lelaki suci yang dengan sepenuh hati membawamu kehadapan Tuhanmu.
Untuknya dirimu ada, itu kata otakku, terukir dalam kitab suci, tak perlu dipikir lagi.
Tunggu sang lelaki itu menjemputmu, dalam rangkaian khitbah dan akad yang indah.
Atau kejar sang lelaki suci itu, karena itu adalah hakmu, seperti dicontohkan ibunda Khadijah.
Jangan ada ragu, jangan ada malu, semua terukir dalam kitab suci.
Wanita suci
Bariskan harapanmu pada istikharah sepenuh hati ikhlas.
Relakan Allah pilihkan lelaki suci untukmu, mungkin sekarang atau nanti, bahkan mungkin tak ada sampai kau mati.
Mungkin itu berarti dirimu terlalu suci untuk semua lelaki di fana saat ini.
Mungkin lelaki suci itu menanti di istana kekalmu, yang kaubangun dengan segala kekhusyu’an tangis do’amu.
Wanita suci
Pilihan Allah tak selalu seindah inginmu, tapi itu pilihan-Nya.
Tak ada yang lebih baik dari pilihan Allah.
Mungkin kebaikan itu bukan pada lelaki yang terpilih itu, melainkan pada jalan yang kaupilih,
seperti kisah seorang wanita sudi di masa lalu yang meminta ke-Islam-an sebagai mahar pernikahannya.
Atau mungkin kebaikan itu terletak pada keikhlasanmu menerima keputusan Sang Kekasih Tertinggi.
Kekasih tempat kita memberi semua cinta dan menerima cinta
dalam setiap denyut nadi kita.
Sumber: www.ksai-aluswah.org
Oleh: Bangfad
Sapa itu wanita modheren?
iapa itu wanita modern? Kalau pertanyaan ini diajukan di jalan-jalan, ke kalangan orang-orang yang tidak terpelajar atau mengenyam bangku pendidikan hanya setingkat SLTA atau bahkan universitas dan tidak terdidik secara benar, maka kita akan mendengar jawaban-jawaban sebagai berikut:
“Wanita yang berpakaian serba mini dan transparan, memakai tanktop, bercelana jeans ketat dan bersepatu hak tinggi.”
“Wanita yang pakai gincu dan bedak tebal dan rambutnya dicat warna-warni.”
“Wanita yang rajin memelihara kuku dan mengecatnya.”
“Perempuan yang bajunya dan seluruh aksesoris di badannya selalu mengikuti model terbaru dan mahal.”
Benarkah? Fareed Zakaria seorang pemikir Muslim warga negara Amerika dalam bukunya The Future of Freedom (Masa Depan Kebebasan) mengatakan bahwa pandangan atas wanita modern semacam itu dipengaruhi oleh kekeliruan kita dalam memandang komodernan atau modernitas dan unsur-unsur yang ada di dalamnya. Antara substansi pembawa modernitas dan sisi-sisi negatif darinya.
Modern berkonotasi pada cara berfikir dan berperilaku secara rasional dan berdasar akal sehat. Sikap dan perilaku modern semacam ini tidak dapat dilakukan tanpa melalui pembelajaran dan pendidikan yang tepat. Akal sehat tidak akan dapat berfungsi maksimal kalau kita selalu ketinggalan informasi keilmuan. Transfer keilmuan hanya dapat dilakukan dengan banyak membaca apa saja termasuk membaca kitab yang rutin diajarkan, buku, majalah dan berdiskusi serta berkonsultasi dengan kalangan yang dianggap mengetahui akan suatu bidang keilmuan tertentu.
Karena modern itu identik dengan akal sehat, maka wanita modern adalah wanita yang berakal sehat yang memiliki logika, cara berfikir dan berperilaku yang baik. Dalam kitab Mushkilatul Faqr wa kaifa Alajaha al Islam Syekh Yusuf Qardhawi menegaskan bahwa Islam tidak pernah bertentangan dengan akal sehat. Artinya, wanita muslimah yang dalam berfikir dan berperilaku sesuai dengan syariah Islam adalah dapat dikatakan sebagai wanita modern yang sejati. Sementara istilah “wanita modern” sebagaimana yang selama ini banyak disalahpahami orang—seperti dikutip di awal tulisan ini—adalah pemahaman kalangan yang kurang rasional, kurang terdidik, kurang wawasan dan kurang berakal-sehat. Allah selalu menganjurkan kita agar selalu membaca, menulis dan berwawasan serta berilmu (Al Alaq 96:1-5) supaya kita tidak terjebak dalam pemahaman yang salah kaprah dan menyesatkan yang justru akan membuat kita dinilai sebagai wanita yang ndeso dan kampungan; bukan dianggap sebagai wanita modern seperti yang kita bayangkan dan harapkan. http://afatih.wordpress.co
Wanita Moderen...??
Siapa itu wanita modern? Kalau pertanyaan ini diajukan di jalan-jalan, ke kalangan orang-orang yang tidak terpelajar atau mengenyam bangku pendidikan hanya setingkat SLTA atau bahkan universitas dan tidak terdidik secara benar, maka kita akan mendengar jawaban-jawaban sebagai berikut:
“Wanita yang berpakaian serba mini dan transparan, memakai tanktop, bercelana jeans ketat dan bersepatu hak tinggi.”
“Wanita yang pakai gincu dan bedak tebal dan rambutnya dicat warna-warni.”
“Wanita yang rajin memelihara kuku dan mengecatnya.”
“Perempuan yang bajunya dan seluruh aksesoris di badannya selalu mengikuti model terbaru dan mahal.”
Benarkah? Fareed Zakaria seorang pemikir Muslim warga negara Amerika dalam bukunya The Future of Freedom (Masa Depan Kebebasan) mengatakan bahwa pandangan atas wanita modern semacam itu dipengaruhi oleh kekeliruan kita dalam memandang komodernan atau modernitas dan unsur-unsur yang ada di dalamnya. Antara substansi pembawa modernitas dan sisi-sisi negatif darinya.
Modern berkonotasi pada cara berfikir dan berperilaku secara rasional dan berdasar akal sehat. Sikap dan perilaku modern semacam ini tidak dapat dilakukan tanpa melalui pembelajaran dan pendidikan yang tepat. Akal sehat tidak akan dapat berfungsi maksimal kalau kita selalu ketinggalan informasi keilmuan. Transfer keilmuan hanya dapat dilakukan dengan banyak membaca apa saja termasuk membaca kitab yang rutin diajarkan, buku, majalah dan berdiskusi serta berkonsultasi dengan kalangan yang dianggap mengetahui akan suatu bidang keilmuan tertentu.
Karena modern itu identik dengan akal sehat, maka wanita modern adalah wanita yang berakal sehat yang memiliki logika, cara berfikir dan berperilaku yang baik. Dalam kitab Mushkilatul Faqr wa kaifa Alajaha al Islam Syekh Yusuf Qardhawi menegaskan bahwa Islam tidak pernah bertentangan dengan akal sehat. Artinya, wanita muslimah yang dalam berfikir dan berperilaku sesuai dengan syariah Islam adalah dapat dikatakan sebagai wanita modern yang sejati. Sementara istilah “wanita modern” sebagaimana yang selama ini banyak disalahpahami orang—seperti dikutip di awal tulisan ini—adalah pemahaman kalangan yang kurang rasional, kurang terdidik, kurang wawasan dan kurang berakal-sehat. Allah selalu menganjurkan kita agar selalu membaca, menulis dan berwawasan serta berilmu (Al Alaq 96:1-5) supaya kita tidak terjebak dalam pemahaman yang salah kaprah dan menyesatkan yang justru akan membuat kita dinilai sebagai wanita yang ndeso dan kampungan; bukan dianggap sebagai wanita modern seperti yang kita bayangkan dan harapkan. http://afatih.wordpress.com/2008/04/10/w…)
Kamis, 17 Juni 2010
Jangan Ceroboh Memilih Jodoh
Hidayatullah.com—“Kapan kalian menikah, kapan punya anak, kapan punya adik?” Demikian salah satu bunyi iklan KB di TV. Sudah menjadi fitrah, jika manusia memiliki rasa mencintai terhadap lawan jenisnya. Laki-laki mencintai wanita, begitu pula sebaliknya, wanita mencintai laki-laki.
Yang tidak fitrah, jika ia mencintai sesama jenis. Karena hal ini telah menjadi naluri, mau-tidak mau, ia pun harus memenuhi kebutuhannya. Kalau tidak, justru akan berdampak buruk pada diri sendiri, dan tentu saja terhadap keeksistensian manusia. Karena itu, biasanya, pertanyaan-pertanyaan seperti iklan itu selalu hadir pada setiap orang, mana-kala ia telah mengalami cukup umur untuk itu.
Ada juga, SMS jodoh. Tinggal ketik “REG (spasi) Jodoh dan kirim ke ….” Maka secara spontanitas, ciri/tipe pasangan yang cocok bagi pemirsa yang sedang berkelana mencari pasangan, akan muncul. Gaung bersambut, acara sejenis ini, banyak digandrungi oleh masyarakat Indonesia.
Pertanyaannya, benarkah cara-cara demikian akan menghasilkan pasangan yang akan memberi kebahagiaan seperti yang didamba-dambakan? Lalu, bagaimana sebenarnya tipe pasangan yang bisa menghantarkan kepada kebahagiaan hakiki itu?
Nikah Sebagai Ibadah
Islam adalah agama yang sempurna, yang mengatur kehidupan manusia secara proporsional, sehingga tidak satu pun ajaran yang telah ditetapkannya, kecuali membawa kemaslahatan bagi manusia itu sendiri. Sebagai makhluk biologis, sudah barangtentu mereka (manusia) membutuhkan pasangan hidup, untuk melampiaskan hasrat birahinya.
Dan demi kebaikan tatanan manusia, baik secara individu ataupun jama’ah, syari’ah atau sosial, Islam menganjurkan kepada bani Adam untuk menikah, sebagai sarana yang suci, yang diberkahi, dalam menyalurkan naluri biologisnya tersebut. Selain itu, ia juga menjadi sarana yang akan menjauhkan manusia dari perbuatan zina, yang mana tindakan tersebut telah diharamkan oleh Allah. "Janganlah kalian mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah perbuatan keji dan jalan yang paling buruk" (QS. Al-Israa':32). Demikianlah ketegasan Allah, mengenai hubungan di luar nikah.
Anjuran untuk menikah, secara langsung difirmankan oleh Allah dalam Al-Quran, surat An-Nisa’ ayat 2, ”Maka nikahilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi....”
Sedangkan dalam hadits, Rasulullah bersanda: “Hai para pemuda! Barangsiapa di antara kamu sudah mampu kawin, maka kawinlah; karena hal itu dapat menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan.” (HR. Bukhari)
Karena menikah adalah ibadah, oleh sebab itu proses menuju ke sana juga harus berlandaskan syari’at (silakan dibuka semua kitab fikih yang membahas tentang syarat dan rukun nikah). Tidak itu saja, untuk memastikan bahwa calon pasangan kita itu merupakan tipe orang yang akan membawa keselamatan bagi keluarga di dunia dan akhirat, maka kita harus memperhatikan, kemudian malaksanakan pesan Nabi mengenai kriteria calon pasangan hidup, yang dapat membawa angin keselamatan.
Sabda beliau, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Jabir, ”Sesungguhnya Nabi Shalallahu ’alaihi wassallama, bersabda ”sesungguhnya perempuan itu dinikahi orang karena agamanya, hartanya, dan kecantikannya; maka pilihlah yang beragama.” (Riwayat Muslim dan Tirmidzi)
Melalui sabdanya ini, beliau, Rasulullah, menjelaskan secara transparan bahwa dalam memilih calon pendamping hidup, siapapun dia, tiga alasan yang menjadi standar acuan seseorang mencari pendamping hidup; kecantikan/ketampanan, kekayaan, nasab (keturunan), dan agama.
Bagi mereka yang normal, tentu sangat mengharapkan kalau calon pasangannya itu, merupakan perpaduan dari tiga unsur ini. Siapa yang tidak bangga memiliki pendamping yang shaleh/shalehah, tampan/cantik, lagi tajir. Akan tergambar begitu indahnya mahligai rumah tangga masa depan, yang dibangun dengan berpondasikan keimanan, serta dihiasai oleh kecantikan dan kemewahan. Terbayang jelas di pelupuk mata, betapa indahnya surga dunia yang akan mereka lalui berdua bersama anak-anak keturunan mereka mendatang.
Masalahnya, manakah yang harus diprioritaskan, ketika kita ditemukan dengan mereka yang tidak memenuhi tiga standart di atas? Karena bukan sesuatu yang mudah, untuk menemukan tipe macam ini. Jawabannya, perhatikanlah kalimat terakhir dari sabda Nabi di atas, ”Maka pilihlah yang beragama”.
”Wanita itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya, karena kecantikannya, karena nasabnya, karena agamanya. Maka pilihlah alasan menikahinya karena agamanya. Kalau tidak maka rugilah engkau,” demikian sabda Nabi.
Jelas sudah, seberapapun elok, cantik, tampan, paras calon pasangan kita, dan setinggi apapun gundukan permata dan berlian yang menumpuk di rumahnya, tetapi ketika nilai-nilai keagamaan tidak terpancar dari jiwanya, maka tetap agama menjadi prioritas utama.
Model pilihan macam ini harus kita hindari, sebab bisa jadi, wajah nan cantik/tampan bak sinar rembulan di tengah gelapnya malam, harta yang berlimpah ruah hingga tak terhitung jumlahnya, justru menjadi momok penghancur mahligai rumah tangga, karena kesombongan diri terhadap apa yang mereka miliki. Sungguh hamba sahaya yang hitam kelam lagi beriman, takut kepada Allah dan Rosul-Nya, lebih baik dari mereka tersebut.
Rasulullah mengingatkan kita melalui sabdanya:
”Janganlah kamu menikahi perempuan karena kecantikannya, mungkin kecantikan itu akan membawa kerusakan bagi diri mereka sendiri. Dan janganlah kamu menikahi karena mengharap harta mereka, mungkin hartanya itu menyebabkan mereka sombong, tetapi nikahilah mereka atas dasar agama. Dan sesungguhnya hamba sahaya yang hitam lebih baik, asal ia beragama,” (Riwayat Baihaqi)
Lebih tegas lagi, dalam sabdanya yang lain Rasulullah menjelaskan, ”Barang siapa yang menikahi seorang perempuan karena hartanya, niscaya Allah akan melenyapkan harta dan kecantikannya. Dan barang siapa yang menikahi karena agamanya, niscaya Allah akan memberi karunia kepadanya dengan harta dan kecantikannya.”(Al- Hadits)
Mereka Perhiasan Dunia
Kasus perceraian artis karena skandal perselingkuhan, sudah menjadi rahasia umum. Betapa sakitnya perasaan salah satu pihak, mengetahui kalau istri/suaminya, bergandengan mesra dengan orang lain. Hal tersebut tidak mungkin terjadi, sekiranya kedua belah pihak benar-benar faqih fiddien (faham agama).
Si suami, misalnya, tidak mungkin berselingkuh ketika ia bertugas di luar rumah, karena dia faham akan syari’at. Lebih-lebih, ketika ia mengingat, bagaimana si istri melayaninya dengan begitu baik, mendidik anak tanpa kenal lelah, menjaga harta dengan amanah, mengingatkan ketika dia lalai, memberi motivasi ketika semangat turun, dan sebagainya, dan sebagainya.
Pria/wanita yang menjadikan syariat sebagai landasan hidupnya, menjadi pegangan dalam bekerja di manapun berada. Selain itu, akan lebih mudah baginya, mendepak godaan dari luar. Bayangkan, sekiranya ada suami tak tunduk syariat, juga ada istrinya tidak bisa menjaga hijabnya, istri tidak taat kepada suami? Pasti kesempatan buruk sangat terbuka lebar. Dan contoh yang demikian itu, bisa kita ambil sampelnya dari kasus perceraian para selebritis.
Suami yang saleh --yang taat kepada Allah dan Rosul-Nya-- ia akan senantiasa menenangkan hati dan menentramkan jiwa istrinya. Begitu sebaliknya. Istri yang beriman, ia senantiasa menjaga harta dan dirinya di kala suami tak ada di rumah. Hal ini sejalan lurus dengan sabda Rosulullah, ”Sebaik-baik perempuan yang apabila engkau memandangnya, ia menyenangkanmu; dan jika engkau menyuruhnya, diturutnya perintahmu; dan jika engkau bepergian, dipeliharanya hartamu dan dijaganya kehormatanya.”
Betapa banyak artis yang lebih memilih “kembali ke panggung” untuk mencari ketenaran dibanding menjaga rumah-tangganya di rumah? Tak sedikit di antara mereka bahkan rela memilih cerai daripada kehilangan ketenaran yang pernah diraihnya. Apakah tipe seperti ini yang sedang Anda cari? Tentu tidak. Lantas wanita yang bagaimanakah yang mampu mencerminkan sosok di atas ini? Tidak lain, hanya mereka yang faham akan agama, karena dengan faham agama, mereka akan mengerti akan tugas-tugas sebagai istri terhadap suami.
”Sebab itu maka wanita yang salehah ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri sepeninggal suaminya karena Allah telah memelihara,” terang Allah dalam surat An-Nisa’, ayat 34, mengenai keutamaan wanita salehah.
Trik Syar’i
Islam adalah agama yang memberi solusi. Begitu pula dengan permasalahan di atas. Al-Quran telah menyodorkan rahasianya kepada kaum muslimin, sehingga mampu mendapatkan pasangan, yang sesuai dengan kriteria di atas, tanpa harus melanggar syari’at, seperti, berkhalwat, dan sejenisnya. Lalu apa rahasianya?
Allah menerangkan dalam Al-Quran :
”Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji, untuk perempuan-perempuan yang keji pula (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik, untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untu perempuan-perempuan yang baik (pula)..........” (An-Nur 26).
Mustahil akan ditemukan yang saleh/salehah, jika seseorang mencarinya di tempat-tempat yang tidak baik dan dengan cara yang tidak diridai Allah dan Rasul-Nya. Pasangan yang mulia tak mungkin didapatkan dengan ramalan dukun, atau mengikuti anjuran TV dengan ikut reg_spasi. Akan lebih mudah dengan memperbaiki diri dengan sempurna mungkin, maka jodoh yang sempurna itu akan tiba. Dalam kata lain, jodohnya tergantung kepada kepribadiannya. Ketika kepribadiannya baik, maka, ia pun akan mendapatkan yang terbaik, ketika kepribadiannya buruk, ia pun akan mendapatkan yang setimpal.
Kesimpulannya, mencari pasangan hidup, bukan seperti seseorang yang membeli kucing di dalam karung. Sebab, indah suaranya, belum tentu elok rupanya. Semakin tinggi gelarnya, juga belum tentu tinggi ilmu agama atau akhlaknya. Sekali lagi, “Jangan ceroboh dalam mencari jodoh, sebab ia merupakan salah satu penentu dari kebahagiaan Anda!” Wallahu 'alam bis-shawab. [Robin Sah/www.hidayatullah.com]
Menjadi Kaya karena Menikah
Pada hari-hari pertama pernikahan kami, suami bertanya, “Ke mana saja uangmu selama ini?” Pertanyaan itu sungguh menggedor dadaku. Ya, ke mana saja uangku selama ini? Buku tabunganku tak pernah berisi angka belasan hingga puluhan juta. Selalu hanya satu digit. Itu pun biasanya selalu habis lagi untuk kepentingan yang agak besar seperti untuk bayar kuliah (ketika aku kuliah) dan untuk kepentingan keluarga besarku di kampung. Padahal, kalau dihitung-hitung, gajiku tidaklah terlalu kecil-kecil amat. Belum lagi pendapatan lain-lain yang kudapat sebagai penulis, instruktur pelatihan menulis, pembicara di berbagai acara, guru privat, honor anggota tim audit ataupun tim studi. Lalu, ke mana saja uangku selama ini? Kepada suamiku, waktu itu aku membeberkan bahwa biaya operasional untuk keaktifanku cukup besar. Ongkos jalan, pulsa telepon, nombok biaya kegiatan, makan dan traktiran. Intinya, aku mencari apologi atas aliran uangku yang tidak jelas.
Namun diam-diam aku malu padanya. Sesaat sebelum pernikahan kami, dia berkata, “Gajiku jauh di bawah gajimu...”. Kata-kata suamiku -ketika masih calon- itu membuatku terperangah. “Yang benar saja?” sambutku heran. Dengan panjang kali lebar kemudian dia menjelaskan kondisi perusahaan plat merah tempatnya bekerja serta bagaimana tingkat numerasinya. Yang membuatku lebih malu lagi adalah karena dengan gajinya yang kecil itu, setelah empat tahun hidup di Jakarta, ia telah mampu membeli sebuah sepeda motor baru dan sebuah rumah –walaupun bertipe RSS- di dalam kota Jakarta. Padahal, ia tidak memiliki sumber penghasilan lain, dan dikantornya dikenal sebagai seorang yang bersih, bahkan “tak kenal kompromi untuk urusan uang tak jelas.” Fakta bahwa gajinya kecil membuatku tahu bahwa suamiku adalah seorang yang hemat dan pandai mengatur penghasilan. Sedang aku?
***
Hari-hari pertama kami pindahan.
Aku menata baju-baju kami di lemari. “Mana lagi baju, Mas?” tanyaku pada suami yang tengah berbenah. “Udah, itu aja!” Aku mengernyit. “Itu aja? Katanya kemarin baju Mas banyak?” tanyaku lebih lanjut. “Iya, banyak kan?” tegasnya lagi tanpa menoleh. Aku kemudian menghitung dengan suara keras. Tiga kemeja lengan pendek, satu baju koko, satu celana panjang baru, tiga pasang baju seragam. Itu untuk baju yang dipakai keluar rumah. Sedang untuk baju rumah, tiga potong kaos oblong dengan gambar sablon sebuah pesantren, dua celana pendek sedengkul dan tiga pasang pakaian dalam. Ketika kuletakkan dalam lemari, semua itu tak sampai memenuhi satu sisi pintu sebuah lemari. Namun dua lemari besar itu penuh. Itu artinya pakaianku lebih dari tiga kali lipat lebih banyak dibanding jumlah baju suamiku. Kata orang, kaum wanita biasanya memang memiliki baju lebih banyak dibanding kaum laki-laki. Tapi isi lemari baju itu memberikan jawaban atas banyak hal padaku. Terutama, pertanyaannya di hari-hari pertama pernikahan kami tentang ke mana saja uangku. Isi lemari itu memberi petunjuk bahwa selain untuk keluarga dan organisasi, ternyata aku menghabiskan cukup banyak uang untuk belanja pakaian. Oo!
Pekan-pekan pertama aku hidup bersamanya.
Aku mencoba mencatat semua pengeluaran kami. Dan aku sudah mulai memasak untuk makan sehari-hari. Cukup pusing memang. Apalagi jika melihat harga-harga yang terus melonjak. Tapi coba lihat...! Untuk makan seminggu, pengeluaran belanjaku tak pernah lebih dari seratus ribu. Padahal menu makanan kami tidaklah terlalu sederhana: dalam seminggu selalu terselip ikan, daging atau ayam meski tidak tiap hari. Buah–makanan -kesukaanku- dan susu –minuman favorit suamiku- selalu tersedia di kulkas. Itu artinya, dalam sebulan kami berdua hanya menghabiskan kurang dari lima ratus ribu untuk makan dan belanja bulanan. Aku jadi berhitung, berapa besar uang yang kuhabiskan untuk makan ketika melajang? Aku tak ingat, karena dulu aku tak pernah mencatat pengeluaranku dan aku tidak memasak. Tapi yang pasti, makan siang dan malamku rata-rata seharga sepuluh hingga belasan ribu. Belum lagi jika aku jalan-jalan atau makan di luar bersama teman. Bisa dipastikan puluhan ribu melayang. Itu artinya, dulu aku menghabiskan lebih dari 500ribu sebulan hanya untuk makan? Ups!
Baru sebulan menikah.
“De, kulihat pembelian pulsamu cukup banyak? Bisa lebih diatur lagi?”
“Mas, untuk pulsa, sepertinya aku tidak bisa menekan. Karena itu adalah saranaku mengerjakan amanah di organisasi.” Si mas pun mengangguk. Tapi ternyata, kuhitung dalam sebulan ini, pengeluaran pulsaku hanya 300 ribu, itu pun sudah termasuk pulsa untuk hp si Mas, lumayan berkurang dibanding dulu yang nyaris selalu di atas 500 ribu rupiah.
Masih bulan awal perkawinan kami.
Seminggu pertama, aku diantar jemput untuk berangkat ke kantor. Tapi berikutnya, untuk berangkat aku nebeng motor suamiku hingga ke jalan raya dan meneruskan perjalanan dengan angkutan umum sekali jalan. Dua ribu rupiah saja. Pulangnya, aku naik angkutan umum. Dua kali, masing-masing dua ribu rupiah. Sebelum menikah, tempat tinggalku hanya berjarak tiga kiloan dari kantor. Bisa ditempuh dengan sekali naik angkot plus jalan kaki lima belas menit. Ongkosnya dua ribu rupiah saja sekali jalan. Tapi dulu aku malas jalan kaki. Kuingat-ingat, karena waktu mepet, aku sering naik bajaj. Sekali naik enam ribu rupiah. Kadang-kadang aku naik dua kali angkot, tujuh ribu rupiah pulang pergi. Hei, besar juga ya ternyata ongkos jalanku dulu? Belum lagi jika hari Sabtu Ahad. Kegiatanku yang banyak membuat pengeluaran ongkos dan makan Sabtu Ahadku berlipat.
Belum lagi tiga bulan menikah.
“Ke ITC, yuk, Mas?” Kataku suatu hari. Sejak menikah, rasanya aku belum lagi menginjak ITC, mall, dan sejenisnya. Paling pasar tradisional. “Oke, tapi buat daftar belanja, ya?” kata Masku. Aku mengangguk. Di ITC, aku melihat ke sana ke mari. Dan tiap kali melihat yang menarik, aku berhenti. Tapi si Mas selalu langsung menarik tanganku dan berkata,”Kita selesaikan yang ada dalam daftar dulu?” Aku mengangguk malu. Dan aku kembali teringat, dulu nyaris setiap ada kesempatan atau pas lewat, aku mampir ke ITC, mall dan sejenisnya. Sekalipun tanpa rencana, pasti ada sesuatu yang kubeli. Berapa ya dulu kuhabiskan untuk belanja tak terduga itu?
Masih tiga bulan pernikahan “Kita beli oleh-oleh sebentar ya, untuk Bude?” Masku meminggirkan motor. Kios-kios buah berjejer di pinggir jalan. Kami dalam perjalanan silaturahmi ke rumah salah satu kerabat. Dan membawakan oleh-oleh adalah bagian dari tradisi itu.
“Sekalian, Mas. Ambil uang ke ATM itu...” Aku ingat, tadi pagi seorang tetangga ke rumah untuk meminjam uang. Ini adalah kesekian kali, ada tetangga meminjam kepada kami dengan berbagai alasan. Dan selama masih ada si Mas selalu mengizinkanku untuk memberi pinzaman(meski tidak langsung saat itu juga). Semua itu membuatku tahu, meskipun hemat, si Mas tidaklah pelit. Bersikaplah pertengahan, begitu katanya. Jangan menghambur-hamburkan uang untuk sesuatu yang tidak jelas, tapi jangan lantas menjadi pelit!
***
Semester pertama pernikahan.
Mengkilat. Elegan. Kokoh. Masih baru. Gress. Begitu sedap dipandang mata. Benda itu, sudah sekian lama kuinginkan. Sebuah laptop baru kelas menengah (meski masih termasuk kategori low end). Namun selama ini, setiap kali melihatnya di pameran atau di toko-toko komputer, aku hanya bisa memandanginya dan bermimpi. Tak pernah berani merencanakan, mengingat duitku yang tak pernah cukup. Tapi rasanya, dalam waktu dekat benda di etalase itu akan kumiliki. Rasanya sungguh indah, memiliki sebuah benda berharga yang kubeli dengan uangku sendiri, uang yang kukumpulkan dari gajiku.
Sejak menikah, aku tak pernah lagi membeli baju untuk diriku sendiri. Pakaian dan jilbabku masih dapat di-rolling untuk sebulan. Sejak menikah, aku memilih membawa makan siang dari rumah ke kantor. Aku juga jarang ke mall lagi. Dan kini, setiap kali akan membeli sesuatu, aku selalu bertanya: perlukah aku membeli barang itu? Indahnya, aku menikmati semua itu. Dan kini, aku bisa menggunakan tabunganku untuk sesuatu yang lebih berharga dan tentu saja bermanfaat bagi aktifitasku saat ini, lingkunganku dan masa depanku nanti.
Aku bersyukur kepada Allah. Semua ini, bisa dikatakan sebagai berkah pernikahan. Bukan berkah yang datang tiba-tiba begitu saja dari langit. Tapi berkah yang dikaruniakan Allah melalui pelajaran berhemat yang dicontohkan oleh suamiku. Rabb, terima kasih atas berkahMu...
Selasa, 15 Juni 2010
Kunci Diri Dengan " Cinta"
Minggu, 13 Juni 2010
Bentuk-bentuk Berbakti kepada Orang Tua
1.Bergaul dengan keduanya dengan cara yang baik. Di dalam hadits Nabi saw disebutkan bahwa memberi kegembiraan kepada seseorang mukmin termasuk shodaqoh, lebih utama lagi kalau memberi kegembiraan kepada orang tua kita.
2.Berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut. Hendaknya dibedakan berbicara kepada kedua orang tua dengan kepada anak, teman atau dengan yang lain. Berbicaralah dengan perkataan yang mulia kepada kedua orang tua.
3.Tawadhu' (rendah diri). Tidak boleh kibr (sombong) apabila sudah meraih sukses atau memenuhi jabatan di dunia, karena sewaktu lahir kita berada dalam keadaan hina dan membutuhkan pertolongan dengan memberi makan, minum, pakaian dan semuanya.
4.Memberi infaq (shodaqoh) kepada kedua orang tua. Semua harta kita adalah milik orang tua.
5.Mendoakan kedua orang tua. Sebagaimana ayat: (artinya) "Wahai robb-ku, kasihilah keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidikku sewaktu kecil". Seandainya orang tua masih berbuat syirik serta bid'ah, kita tetap harus berlaku lemah lembut kepada keduanya.
Apabila kedua orang tua telah meninggal, maka yang pertama kita lakukan adalah meminta ampun kepada ALLAH dengan taubat nasuha (benar) bila kita pernah berbuat durhaka kepada keduanya di waktu mereka masih hidup, yang kedua adalah menshalatkannya, ketiga adalah selalu meminta ampunan untuk keduanya, yang keempat membayarkan hutang-hutangnya, yang kelima melaksanakan wasiat sesuai dengan syari'at dan yang keenam menyambung tali silaturrohim kepada orang yang keduanya juga pernah menyambungnya (diringkas dari beberapa hadits yang shohih).
Bentuk dan Akibat Durhaka kepada Kedua Orang Tua
1.Menimbulkan gangguan terhadap orang tua, baik berupa perkataan (ucapan) ataupun perbuatan yang membuat orang tua sedih atau sakit hati.
2.Berkata 'ah' dan tidak memenuhi panggilan orang tua.
3.Membentak atau menghardik orang tua.
4.Bakhil, tidak mengurusi orang tuanya, bahkan lebih mementingkan yang lain daripada mengurusi
orang tuanya, padahal orang tuanya sangat membutuhkan. Seandainya memberi nafkah pun,
dilakukan dengan penuh perhitungan.
5.Bermuka masam dan cemberut di hadapan orang tua, merendahkan orang tua, mengatakan bodoh, 'kolot', dan lain-lain.
6.Menyuruh orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan. Pekerjaan tersebut sangat tidak pantas bagi orang tua, terutama jika mereka sudah tua dan lemah. Tetapi, jika si ibu melakukan pekerjaan tersebut dengan kemauannya sendiri, maka tidak mengapa, dan karena itu anak harus berterima kasih.
7.Menyebut kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau mencemarkan nama baik orang tua.
8.Mendahului taat kepada istri daripada kepada orang tua. Bahkan ada sebagian orang dengan teganya mengusir ibunya demi menuruti kemauan istrinya. Sebagian orang yang telah menikah tidak menafkahkan hartanya lagi kepada orang tuanya karena takut kepada istrinya, hal ini tidak dibenarkan... Harus dijelaskan kepada istri bahwa kewajiban yang utama bagi anak laki-laki adalah berbakti kepada ibunya (kedua orang tuanya) setelah Allah dan RasulNya. Sedangkan kewajiban yang utama bagi wanita yang telah bersuami setelah kepada Allah dan Rasul Nya adalah kepada suaminya. Ketaatan kepada suami akan membawanya ke surga. Namun demikian suami hendaknya tetap memberi kesempatan atau ijin agar istrinya dapat berinfaq dan berbuat kebaikan lainnya kepada orang tuanya.
9. Malu mengakui orang tuanya. Sebagian orang merasa malu dengan keberadaan orang tua dan tempat tinggal ketika status sosialnya meningkat. Tidak diragukan lagi, sikap semacam itu adalah sikap yang sangat tercela, bahkan termasuk kedurhakaan yang keji dan nista.
MENGGAPAI RIDHO ALLOH SWT MELALUI ORANGTUA
Kenanglah wajah ibu kita yang kian menua, padahal kita dulu 9 bulan di perutnya, merasakan mual, muntah, berjalan terasa berat, dan berbaring pun terasa sulit tapi orang tua kita tetap ridho…
Kenanglah ayah kita yang membanting tulang mencari nafkah agar kita tumbuh menjadi janin yang sehat.
Ketika ibu melahirkan kita, bersimbah darah dan air mata.. Ingatlah, ibu kita meregang nyawa antara hidup dan mati, itulah saat kelahiran kita, tapi ibu tetap bahagia Ditatapnya diri kita dan didekapnya, padahal hampir-hampir saja nyawanya sirna. Dua tahun kita menyusui. Malam kita kotori dan kencingi pakaiannya. Tetapi ibu tetap sabar, sampai tiada rela seekor nyamukpun menggigit kita.
Ya Allah Yang Maha Agung Ampuni jika hati kami penuh dengan kebencian dan kedendaman kepada ibu bapak kami, Ampuni jika hati ini kotor kepada keduanya, Ampuni jika perilaku kami menyakiti hatinya.
Hati-hatilah saudaraku, sering kita dengar orang yang mati dalam keadaan penuh dosa, dikutuk dan dilaknat oleh orang tua karena kedurhakaannya. Alangkah pedihnya bagi orang tua yang memiliki anak durhaka jauh dari agama tidak tahu bagaimana mengurus mayat bapak ibunya, yang tahu hanyalah berebut warisan dan saling menyakiti…
Duhai Allah Yang Maha Mengetahui Yang Maha Agung Golongkan orang tua kami menjadi orang tua yang Engkau ampuni seluruh dosanya, Muliakanlah dengan ketaatan sepanjang hayatnya, Jadikan akhir hayatnya menjadi khusnul khatimah Jadikan mereka ahli surga.
Bapak-bapak, Ibu-ibu, saudara-saudaraku.. Jalan yang haq dalam menggapai Ridho ALLAH melalui orang tua adalah birrul walidain. Birrul walidain (berbakti kepada orang tua) merupakan salah satu masalah penting dalam Islam. Di dalam Al-Quran, setelah memerintahkan manusia untuk bertauhid, ALLAH memerintahkan untuk berbakti kepada orang tua.
Dalam surat Al-Isra' ayat 23-24, ALLAH berfirman: "Dan Robb-mu telah memerintahkan kepada manusia, janganlah ia beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut di sisimu, maka janganlah katakan kepada keduanya 'ah' dan janganlah kamu membentak kedua-nya. Dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasing sayang. Dan katakanlah, 'Wahai Rabb-ku sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu kecil'
Perintah birrul walidain juga tercantum dalam surat An-Nisa:36, ALLAH berfirman:
"Dan sembahlah ALLAH dan janganlah menyekutukan-Nya dengan sesuatu, dan berbuat baiklah kepada kedua ibu bapak, kepada kaum kerabat, kepada anak-anak yatim, kepada orang-orang miskin, kepada tetangga yang dekat, tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya, sesungguhnya ALLAH tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri"
Dalam surat Al-Ankabut:8, tercantum larangan mematuhi orang tua yang kafir kalau mereka mengajak kepada kekafiran.
"Dan Kami wajibkan kepada manusia (berbuat) kebajikan kepada orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku lah kem-balimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan"
Keutamaan Berbakti kepada Orang Tua dan Pahalanya
1.Adalah amal yang paling utama, sesuai sabda Rosululloh:"Aku bertanya kepada Nabi tentang amal-amal yang paling utama dan dicintai ALLAH. Nabi menjawab, 'pertama sholat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan sholat di awal waktunya), kedua berbakti kepada kedua orang tua, ketiga jihad di jalan ALLAH" (HR. Bukhori I/134, Muslim no 85)
2.Ridho ALLAH tergantung kepada ridho orang tua, sesuai sabda Rosululloh: "Ridho ALLAH tergantung kepada keridhoan orang tua dan murka ALLAH tergantung kepada kemurkaan orang tua" (HR Bukhori, Ibnu Hibban, Tirmidzi, Hakim)
3.Berbakti kepada orang tua dapat menghilangkan kesulitan yang sedang dialami, yaitu dengan cara bertawasul dengan amal sholeh tsb. Dalilnya adalah hadits riwayat dari Ibnu 'Umar mengenai kisah tiga orang yang terjebak dalam gua, dan salah seorang-nya bertawasul dengan bakti kepada ibu bapaknya. (HR Bukhori dalam Fathul Bari 4/449 no 2272, Muslim (2473)(100))
4.Akan diluaskan rizki dan dipanjangkan umur kita, sesuai sabda Nabi: "Barangsiapa yang suka diluaskan rizki dan dipanjangkan umur-nya maka hendaklah ia menyambung tali silaturrohmi" (HR Bukhori 7/7, Musilim 2557, Abu Dawud 1693) Dalam silaturrohmi, yang harus didahulukan adalah silaturrohmi kepada orang tua sebelum kepada yang lain. Banyak di antara saudara-saudara kita yang sering ziarah kepada teman-temannya, tetapi kepada orang tuanya sendiri jarang, bahkan tidak pernah. Padahal ketika masih kecil, dia selalu bersama orang tuanya. Sesulit apapun harus tetap diusahakan untuk bersilaturrohmi kepada kedua orang tua, karena dekat kepada keduanya insya' ALLAH akan dimudahkan rizki dan dipanjangkan umurnya.
5.Akan dimasukkan surga (jannah) oleh ALLAH. Dosa-dosa yang ALLAH segerakan adzabnya di dunia diantaranya adalah berbuat zalim dan durhaka kepada orang tua. Dengan demikian, jika seorang anak berbuat baik kepada orang tuanya, ALLAH akan menghindarkannya dari berbagai malapetaka, dengan izin ALLAH.
Pabriknya Anak Shaleh dan Shalehah
Berikut ini diantara tuntunan syar’i dalam pendidikan anak yang dibawakan oleh seorang ‘alim Syaikh Abu ishaq Al-Huwainy :
1.Anak kecil adalah manusia kecil yang selalu membutuhkan kelembutan, cinta yang dalam dan kasih sayang yang murni.
Bermain dan bercanda dengan mereka merupakan bentuk kasih sayang dan menunjukkan kepahaman seseorang terhadap dien ini. .
Dalam sebuah hadits shahih riwayat Bukhari:
“Bahwa Nabi Shallahu’alaihi wasallam mencium Hasan bin Ali, dan disamping beliau ada Aqro’ bin Habis at-Tamimy, maka berkatalah Aqro’: Sesungguhnya aku punya 10 orang anak tetapi tidak seorangpun yang pernah kucium. Lalu Rasulullah Shallahu’alaihi wasallam melihat kepadanya seraya berkata : Barangsiapa yang tidak mau menyayangi maka ia tidak akan disayangi”.
Dari ‘Aisyah Radhiyallahu’anha, ia berkata:
“Telah datang seorang badui kepada Nabi Shallahu’alaihi wasallam dan ia berkata: kalian menciumi anak-anak kecil, tapi kami tidak pernah menciumi meraka. Berkatalah Nabi Shallahu’alaihi wasallam: Aku tak kuasa (memberi kasih saying di hati kalian) jika Allah telah mencabut kasih saying itu dari hati kalian.
2. Mengajarkan adab yang baik.
Mencandai anak kecil tidak berarti meniadakan pendidikan dan pengajaran kebaikan kepada mereka. Maka tidak ada kebaikan yang diberikan orang tua kepada anaknya yang lebih baik selain adab yang baik. Kebaikan yang pertama kali yang harus dipelajari adalah tentang pelaksanaan sholat wajib.
Berdasarkan sabda Nabi Shallahu’alaihi wasallam :
“Perintahkanlah anak-anakmu shalat ketika mereka berumur 7 tahun, dan pukullah mereka jika berumur 10 tahun. Dan pisahkanlah mereka di tempat tidur” ( Hadits shahih dikeluarkan Abu Daud, Tirmidzi, Ad-Darimi, Ahmad, Ibnu Abu Syaibah, Ibnu Khuzaimah, Thahawy)
3. Hendaklah ditanamkan pada jiwa anak untuk cinta Allah dan Rasul-Nya dan hendaklah pula ditanamkan sifat dan sikap untuk mengutamakan Allah dan Rasul-Nya daripada yang selainNya.
Berdasarkan sabda Rasulullah Shallahu’alaihi wasallam:
“Tidak sempurna iman seseorang diantara kalian hingga aku lebih dicintai dari orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia”.(Hadits Shahih dikeluarkan Bukhari, Muslim, Abu’Awanah, Nasa’i, Ibnu Majah)
4. Hendaknya anak diajari Al-Qur’an dengan logat-logat Arab. Menjadikan anak hafal Al-Qur’an serta mengajarkan Al-Qur’an kepada mereka.
Terdapat keutamaan yang banyak dan tak terhitung.
Berdasarkan sabda Nabi Shallahu’alaihi wasallam:
“ Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya”.(Hadits Shahih dikeluarkan Bukhari, Abu Daud, Nasa’i)
Dan dalam sabda Beliau yang lain:
“Barangsiapa membaca 1 huruf dari kitabullah maka ia mendapatkan satu kebaikan. Dan satu kebaikan itu akan dilipatkan menjadi 10 kali lipat. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf”.(Hadits Shahih dikeluarkan tirmidzi, Darimi, Abu Nu’aim dll)
5. Hendaknya anak dijadikan cinta kepada sunnah.
Dan hendaknya sunnah tersebut dihiaskan pada diri anak sehingga sunnah tersebut meresap ke dalam hatinya.
Berdasarkan sabda Rasulullah Shallahu’alaihi wasallam:
“Barangsiapa yang diberi umur panjang diantara kalian, maka ia akan melihat perpecahan yang banyak. Maka hendaklah kalian berpegang pada sunnahku dan Khulafa’ur rasyidun yang mendapat petunjuk. Gigitlah sunnah tersebut dengan gigi gerahammu”.(Hadits Shahih dikeluarkan Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ad-Darimi,Ahmad, Ibnu Hibban)
6. Hendaklah anak dibuat tidak suka terhadap bid’ah dan segala perkara yang mengantarkan kepada bid’ah.
Tidak akan berkumpul sunnah dan bid’ah di hati seorang mukmin selamanya! Dan tidak ada yang dinamakan bid’ah hasanah (bid’ah yang baik).
Sabda Nabi Shallahu’alaihi wasallam dalam sebuah hadits shahih yang merupakan potongan dari khutbatul hajah yang masyhur: “Setiap perkara baru dalam agama adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat, dan setiap kesesatan di neraka”.
7. Hendaklah anak dijadikan cinta kepada ilmu dan ahlinya.
Juga diajarkan kepada anak tentang sabar ketika sedang mencarinya terlebih ilmu-ilmu syar’i. Karena sesungguhnya itu merupakan ilmu yang mulia.
Berdasarkan hadits Zirr bin Hubaisy, ia berkata:
“Aku mendatangi Shofwan bin ‘Assal al-Murady, maka ia berkata: Apa yang mendorongmu datang kemari? Aku menjawab: Karena untuk mencari ilmu. Ia berkata: Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayapnya kepada pencari ilmu syar’i karena ridha atas apa yang sedang ia cari”.
8. Berlaku adil kepada setiap anak.
Hal ini merupakan kewajiban bagi orang tua. Sedangkan membeda-bedakan sesama mereka merupakan keberanian melawan batas-batas (hukum-hukum) Allah dan pelanggaran kehormatan dienNya.
Bersabda Nabi Shallahu’alaihi wasallam:
“Berlaku adillah diantara anak-anakmu. Berlaku adillah terhadap anak-anakmu. Berlaku adillah terhadap anak-anakmu”.
Itulah diantara kiat-kiat syar’i yang harus diperhatikan pendidik untuk mencetak anak yang shalih. Generasi terakhir ummat ini tidak mungkin menjadi baik kecuali dengan apa yang telah menjadikan baik generasi awalnya.
Wallahu a’lam bishowab.
Pembaharu...
Tapi apa???
Dengan berani melangkah itulah, sejarah hidup akan dimuali dengan cerita baru.Yang membuat perjalanan kita semakin seru.Kitalah yang mau ikuti jalan itu dinamakan "PEMBAHARU"
Jumat, 11 Juni 2010
Bacaan bila tertimpa hal yg tidak disenangi
Qaddarallahu wa maa syaa a fa'ala
" ALLAH sudah mentakdirkan segala sesuatu dan DIA berbuat menurut apa yang DIA kehendaki "
Rasulullah bersabda :
" Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai ALLAH..daripada yang lemah. Masing-masing ada kebaikannya...Berusahalah meraih apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada ALLAH dan jangan bersikap lemah. Jika engkau tertimpa satu musibah..janganlah mengatakan : "Seandainya aku berbuat begini dan begini..niscaya hasilnya akan lain." akan tetapi katakanlah : " ALLAH sudah mentakdirkan segala sesuatu dan DIA berbuat menurut apa yang DIA kehendaki.." sebab.. mengandai-andai itu membuka pintu syaitan. " (HR. Muslim .)
Minggu, 06 Juni 2010
Jembatan Neraka Lebih Tipis Dari Rambut Lebih Tajam Dari Pedang
Salah satu peristiwa dahsyat yang bakal dialami oleh setiap orang yang telah mengucapkan ikrar syahadat Tauhid ialah keharusan menyeberangi suatu jembatan yang dibentangkan di atas kedua punggung neraka jahannam. Ia tidak saja dialami oleh ummat Islam dari kalangan ummat Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam, melainkan semua orang beriman dari ummat para Nabi sebelumnya juga wajib mengalaminya. Peristiwa ini akan dialami oleh setiap orang beriman, baik mereka yang imannya sejati maupun yang berbuat banyak maksiat termasuk kaum munafik. Menurut sebagian ahli tafsir peristiwa menyeberangi jembatan di atas neraka telah diisyaratkan Allah di dalam Al-Qur’anul Karim.
”Dan tidak ada seorangpun daripadamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.”
(QS Maryam ayat 71)
Maksud dari kata ”mendatangi” ialah melintas di atas Neraka Jahannam dengan menyeberangi jembatan tersebut. Semua orang beriman –bagaimanapun kualitas imannya- pasti mengalaminya. Hanya saja Allah jamin keselamatan bagi mereka yang imannya sejati (orang-orang bertaqwa). Dan adapun mereka yang imannya bermasalah (orang-orang zalim/kaum munafik) akan jatuh tergelincir ke dalam Neraka Jahannam saat melintasinya.
Dalam sebuah hadits bahkan secara lebih detail Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menggambarkan keadaan jembatan dimaksud. Jembatan itu lebih tipis dari sehelai rambut dan lebih tajam dari sebilah pedang. Laa haula wa laa quwwata illa billah...! Betapa sulitnya bagi kita untuk berjalan menyeberang di atasnya. Tetapi Allah Maha Perkasa sekaligus Maha Bijaksana. Allah akan berikan bekal bagi orang-orang yang imannya sejati untuk sanggup melintas di atas jembatan tersebut. Beginilah gambaran Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam mengenai jembatan tersebut dengan kejiadian-kejadian yang menyertainya:
“Dan Neraka Jahannam itu memiliki jembatan yang lebih tipis dari rambut dan lebih tajam dari pedang. Di atasnya ada besi-besi yang berpengait dan duri-duri yang mengambil siapa saja yang dikehendaki Allah. Dan manusia di atas jembatan itu ada yang (melintas) laksana kedipan mata, ada yang laksana kilat dan ada yang laksana angin, ada yang laksana kuda yang berlari kencang dan ada yang laksana onta berjalan. Dan para malaikat berkata: ”Ya Allah, selamatkanlah. Selamatkanlah.” Maka ada yang selamat, ada yang tercabik-cabik lalu diselamatkan dan juga ada yang digulung dalam neraka di atas wajahnya.” (HR Ahmad 23649)
Jadi, menurut hadits di atas ada mereka yang bakal menyeberanginya dengan selamat dan ada yang menyeberanginya dengan selamat namun harus mengalami luka-luka dikarenakan terkena sabetan duri-duri yang mencabik-cabik tubuhnya. Lalu ada pula mereka yang gagal menyeberanginya hingga ujung. Mereka terpeleset, tergelincir sehingga terjatuh dan terjerembab dengan wajahnya ke dalam neraka yang menyala-nyala di bawah jembatan. Na’udzubillahi min dzaalika...!
Lalu bagaimana seseorang dapat menyeberanginya dengan selamat? Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menjelaskan bahwa pada saat peristiwa menegangkan itu sedang berlangsung para Nabi dan para malaikat sibuk mendoakan keselamatan bagi orang-orang beriman. Mereka berdoa: ”Rabbi sallim. Rabbi sallim. (Ya Rabbi, selamatkanlah. Ya Rabbi, selamatkanlah).” Selanjutnya Allah akan memberikan cahaya bagi setiap orang. Baik mereka yang beriman sejati, mereka yang banyak berbuat dosa, maupun yang munafik sama-sama memperolehnya. Namun ketika sedang melintasi jembatan tersebut orang-orang yang imannya emas akan terus ditemani dan diterangi oleh cahaya tersebut hingga selamat sampai ke ujung penyeberangan. Sedangkan orang-orang munafik hanya sampai setengah perjalanan melintas jembatan tersebut tiba-tiba Allah mencabut cahaya yang tadinya menerangi mereka sehingga mereka berada dalam kegelapan lalu terjatuhlah mereka dari atas jembatan shirath ke dalam api menyala-nyala Neraka Jahannam. Na’udzubillahi min dzaalika...!
“Allah akan memanggil umat manusia di akhirat nanti dengan nama-nama mereka ada tirai penghalang dari-Nya. Adapun di atas jembatan Allah memberikan cahaya kepada setiap orang beriman dan orang munafiq. Bila mereka telah berada ditengah jembatan, Allah-pun segera merampas cahaya orang-orang munafiq. Mereka menyeru kepada orang-orang beriman: ”Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebagian dari cahaya kamu.” (QS Al-Hadid ayat 13) Dan berdoalah orang-orang beriman: ”Ya Rabb kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami.”(QS At-Tahrim ayat 8) Ketika itulah setiap orang tidak akan ingat orang lain.” (HR Thabrani 11079)
Saudaraku, sungguh pemandangan yang sangat mendebarkan. Pantaslah bila Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menyatakan bahwa saat peristiwa menyeberangi jembatan di atas Neraka Jahannam sedang berlangsung setiap orang tidak akan ingat kepada orang lainnya. Sebab semua orang sibuk memikirkan keselamatannya masing-masing.
“Allah akan memanggil umat manusia di akhirat nanti dengan nama-nama mereka ada tirai penghalang dari-Nya. Adapun di atas jembatan Allah memberikan cahaya kepada setiap orang beriman dan orang munafiq. Bila mereka telah berada ditengah jembatan, Allah-pun segera merampas cahaya orang-orang munafiq. Mereka menyeru kepada orang-orang beriman: ”Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebagian dari cahaya kamu.” (QS Al-Hadid ayat 13) Dan berdoalah orang-orang beriman: ”Ya Rabb kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami.”(QS At-Tahrim ayat 8) Ketika itulah setiap orang tidak akan ingat orang lain.” (HR Thabrani 11079)
Saudaraku, sungguh pemandangan yang sangat mendebarkan. Pantaslah bila Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menyatakan bahwa saat peristiwa menyeberangi jembatan di atas Neraka Jahannam sedang berlangsung setiap orang tidak akan ingat kepada orang lainnya. Sebab semua orang sibuk memikirkan keselamatannya masing-masing.