Berteman adalah kebutuhan mutlak bagi kita yang merupakan makhluk sosial. Sebagai sarana untuk berinteraksi dan bersosialisasi. Perlu disadari, lingkungan pergaulan yang heterogen sangat signifikan dalam membentuk karakter dan akhlak seseorang. Demikian pentingnya hal di atas, tercermin dalam sabda Rasulullah SAW:
"Seseorang itu tergantung agama temannya, maka hendaknya salah seorang dari kalian melihat siapa temannya.” (HR Ahmad dan Tirmidzi).
Di dalam menjalin hubungan pertemanan ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, agar mendapat ridho dari Allah SWT. Pertama, saling menasehati ke arah kebaikan dan saling mengingatkan jika ada kesalahan atau kekhilafan. Kedua, tidak meremehkan atau memandang rendah pada teman. Ketiga, tidak iri atau dengki atas karunia yang diberikan kepada teman oleh Allah SWT. Keempat, tidak berprasangka buruk kepada teman. Kelima, tidak membicarakan aib teman. Keenam, menjaga rahasia yang diamanahkan oleh teman.
Pertemanan yang dijalin semata-mata untuk mendapatkan keuntungan duniawi bersifat sementara. Sekarang menjadi teman, mungkin besok atau pada kemudian hari akan menjadi lawan. Sedangkan pertemanan yang paling mulia adalah yang dijalin karena Allah SWT. Tidak ada tujuan apa pun dalam pertemanan mereka, selain untuk mendapatkan ridha-Nya.
''Dan ingatlah hari ketika itu orang yang zholim menggigit kedua tangannya seraya berkata, aduhai kiranya dulu aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku dulu tidak menjadikan si fulan itu teman akrabku. Sesungguhnya, dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur’an ketika Al-Qur’an itu datang kepadaku. Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia.'' (QS Al-Furqaan [25]: 27-29).
Ayat di atas menggambarkan betapa besar penyesalan di hari akhir, karena pertemanan akrab yang telah menyesatkan dari jalan-Nya. Suatu penyesalan yang terlambat, dan merupakan resiko yang diakibatkan oleh kelalaian dalam berteman.
Persahabatan dan berteman amat besar pengaruhnya dalam mendatangkan kebaikan dan manfaat bagi seseorang, ataupun sebaliknya, kemaksiatan dan mudarat. Hal ini bergantung pada siapa yang diajak berteman, bergaul, dan berkawan. Apakah dengan orang-orang saleh dan baik-baik ataukah dengan orang-orang fasik dan jahat. Pengaruh
tersebut tidak tampak seketika, tetapi sedikit demi sedikit dan sesuai dengan lamanya persahabatan dan pergaulan, dengan orang-orang baik-baik atau dengan yang jahat tadi. Nabi Saw. pernah bersabda:
"Seseorang akan dikumpulkan bersama kawan karibnya (atau seseorang akan dikumpulkan bersama siapa yang dicintainya) ." (Hadis sahih dari Ibn Mas& rsquo;ud)& ldquo;Keadaan hidup seseorang sesuai dengan sahabat karibnya, maka hendaknya setiap orang memerhatikan siapa yang dijadikan sahabat.” (HR Bukhari)
"Perumpamaan teman berbincang yang baik, ibarat seorang penjual wewangian. Adakalanya engkau diberinya atau membeli darinya atau beroleh bau wanginya. Dan, perumpamaan sahabat yang jahat ibarat peniup puputan', adakalanya engkau terbakar percikan apinya atau terkena bau busuknya." (HR Muslim)