Mencari

Kamis, 09 Desember 2010

Takwa Sampe Akhir


Semoga kamu pernah dengar ayat ini: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS al-Hasyr [59]: 18)

Nah yang menjadi pertanyaan, udah belum ya kita semua bertakwa kepada Allah? Terus gimana caranya supaya bisa bertakwa? Sampe akhir lagi! Ibarat film, kan kagak afdol tuh kalo nggak tahu ending-nya. Nggak tahu jagoannya mati or tetep idup. Gitu juga dengan bertakwa kepada Allah, pastinya nggak afdol dong kalo nggak ampe kelar. Cuma setengah-setengah, eh berakhir di tengah jalan. Akhirnya nggak ketahuan jelas tuh kita tetap bertakwa kepada Allah atau nggak hingga akhir hayat. Idih, serem banget dah!

Oya, ngomongin soal takwa, berdasarkan yang gue pahami, takwa itu adalah menjalankan perintahNya en menjauhi laranganNya. Tapi, ya gitu deh..sayang seribu sayang, cuma tahu artinya tapi nggak nahan ama konsekuensinya. Alesan sih macem-macem. Misalnya: “Secara, kan masih muda. Masa’ sih kudu ngejalanin semua perintahNya, kayaknya nggak fun banget dah!” Eits, emang bertakwa ada umurnya gitu? Sembarangan! Cuma ya gitu, remaja biasanya identik dengan hal-hal yang fun. Tapi, fun yang gimana dulu tuh? Cos, fun juga tergantung ama apa yang kita pahami. Bisa jadi menurut temen-temen kamu seharian nongkrongin pensi, maen skateboard di taman kota, ML ama pacar itu fun (Naudzubillah!).

Tapi bagi kita yang udah ngeh banget ama takwallah alias takwa kepada Allah, malah bilangnya ngaji, tahajjud, nggak ninggalin shalat wajib, nggak pacaran, nggak berzina twrus ikutan aksi damai menentang kapitalisme di jalanan itu adalah fun!

Bro en Sis, kadang ada temen kita yang mikirnya buat ngejalanin ketakwaan justru baru muncul begitu usia menjelang underground alias udah uzur. Padahal ketakwaan adalah konsekuensi dari keimanan kita kepada Allah, Rasulullah, malaikat-malaikat Allah, al-Qur’an dan as-Sunnah plus Qadha dan Qadar. Nggak kebayang deh baru semangat ber-Islam begitu usia dah tua. Terus waktu mudanya tu ngapain aja ya? Ya, untung juga masih dikasih umur sama Allah, coba kalo ternyata di waktu muda udah duluan dipanggil. Ngeri, apalagi bekal amalnya kagak ada.

Inget lho, iman Islam bukanlah iman yang menjadikan orang bagaikan orang yang tua renta. Menjadi serba terbatas karena usia yang udah uzur. Justru dengan iman Islam sebenarnya bikin insan muda menjadi smart, shalih-shalehah en militan! Wow!

Jangan setengah-setengah

Kok bisa sih makna ketakwaan nggak meresap dalam diri? Padahal, ketakwaan adalah bukti dari keimanan. Kalo takwanya setengah-setengah, atau malah nggak sama sekali, bisa gawat tuh. Apalagi kalo nyari-nyari dalil cuma buat pembenaran dari perbuatan yang sebenarnya nggak mencerminkan ketakwaan kepada Allah. Contohnya aja Allah udah memerintahkan untuk tolong-menolong dalam kebaikan. Eh, kita malah nekat berbaik hati ngasih contekan ke temen berhubung temen udah buntu banget ngejawab soal-soal ujian. Ngelesnya pake dalil lagi di al-Quran surat al-Maidah ayat 2: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan..” Padahal, masih ada sambungannya tuh! “..dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”)

Bro, al-Quran dan as-Sunnah adalah sumber hukum Islam yang isinya adalah kebenaran, bukan buat pembenaran. Catet tuh!

Ati-ati lho! Kalo semakin sering ngeles pake dalil untuk ngedukung pembenaran entar malah jadi kebiasaan. Apalagi kalo ke depannya sampe diiming-imingi harta dan jabatan. Pada tahu Islam Liberal? Nah, kerjaan mereka kayak gitu tuh. Kucuran dolar dari berbagai lembaga asing, salah satunya The Asia Foundation, sebagai imbalan buat nge-golin sekulerisasi global.

Terus, ada lagi nih cermin ketakwaan yang retak. Udah tau gimana sepak terjang negara adidaya, Amrik? Biarpun diganti ama siapa pun kepala negaranya tapi criminal state-nya tetep dilanjutkan. Coz, ideologi Amrik tetep kapitalisme sekuler. Penjajahan di negeri-negeri muslim seperti Irak, Afghanistan, nggak berhenti juga. Udah jelas-jelas status AS adalah negara kafir harbi fi’lan (kafir yang statusnya memerangi muslim) seperti itu, masih aja dianggap baik, berhubung Obama sempet tinggal di Indonesia, keluarganya keturunan Muslim (yeee.. itu kan keluarganya, belum tentu Obamanya), apalagi Obama nggak keliatan jahat-jahat amat kayak George W.Bush, jadi jangan su’udzon. Kali aja dengan Obama datang ke Indonesia bisa memperbaiki keretakan antara Islam dan Barat, memperkuat hubungan Amerika dan Indonesia. Gubrak!

Yang bener aja, Cuy! Artinya ente udah kena perangkap soft powernya Amrik. Sebab, waktu Bush dulu, dia konsen ke hard power. Bagi seorang muslim yang takwallah, dia jelas jeli banget merhatiin kondisi politik negeri Islam dan hubungan bilateral– multilateral dengan negara asing kafir. Jadi nggak sembarangan nerima baek-baek kunjungan ‘tamu’ luar yang mau maen. Apalagi ‘tamu’ yang buang omong kosong bakal membina hubungan baik dengan umat Islam tapi ‘tamu’ itu merestui lahir batin agresi Israel di bumi al-Quds Palestina. Dan udah berapa lama Freeport di bumi Papua dikeruk habis-habisan oleh Amrik? Belum lagi sumber daya alam lainnya, minyak bumi en gas di negeri-negeri muslim termasuk Indonesia, lewat perpanjangan tangan multinational corporation (MNC) perlahan-lahan tapi pasti dieksploitasi. The real terrorist! That is it!

Jadi mulai sekarang latihan deh baca buku-buku non fiksi kayak The Economic Hitman-nya John Perkins, trus terjemah dari buku American Visions of The Netherlands East Indies/Indonesia ; US Foreign Policy and Indonesian Nationalism-nya Frances Goude dan Thijs Brocades Zaalberg (penerima beasiswa Fullbright Foundation), dll. So, jangan dikira orang yang takwallah itu jadul!

Nah, sekarang apa yang salah ya kok jadi sering terjebak dalam pemikiran yang nyeleneh, pemikiran yang bertolak-belakang ama perintah Allah Swt.? Yup! Nggak salah lagi! IMAN. Itu dia! Umumnya iman kita terhadap Islam cuma iman keturunan, bukan Iman yang lahir dari proses berpikir, yang membuat kita bener-bener akhirnya yakin kebenaran Islam. Kalo itu yang kamu alami juga, berarti kudu direfresh lagi tuh keimanannya. Gimana tho nge-refreshnya?

Ya, dengan berpikir berpijak pada dalil al-Quran dan as-Sunnah. Refresh iman artinya kudu ngerti kenapa manusia, alam semesta, kehidupan itu ada dan sifatnya serba terbatas. Sementara Allah Swt. adalah yang maha atas segalanya. So, jangan sampe deh Iman Islamnya di-delete trus di-empty recycle bin! Itu mah ngilangin akidah namanya! Yang jelas, pembinaan keimananlah yang sebenernya bermasalah. Nggak membekas dalam benak dan menjadi pemahaman, cuma sekedar transfer pemikiran. Pelajaran agama cuma 2 jam di sekolahan dalam sepekan, dan parahnya ortu juga cuek-cuek aja ama pembinaan keimanan keluarga. Selain itu, negara juga nyerahin balik pembinaan keimanan ini ke keluarga tanpa ada aktivitas keren buat memelihara dan melindungi akidah rakyatnya. Kalo udah kayak itu, akhirnya iman pun jadi nggak imun, Pren!

Sekelumit potret militansi remaja

Yap! Takwallah akan mencetak pribadi muslim yang tangguh en militan. Nggak cuma muncul sosok takwallah dimana orang-orang yang uzur, lanjut usia dan menghabiskan sisa hidup di atas sajadah dengan shalat dan zikir melulu. Tetapi justru yang terlihat adalah insan-insan tua maupun muda yang enerjik sebarkan energi positif, nggak lalai ama kewajibannya kepada Allah swt., sabar dan tabah terhadap ujian dari Allah Swt. serta mandiri karena ia yakin Allah Ta’ala sajalah yang menjadi penolongnya.

Pernah nemu orang-orang kayak demikian? Ada banyak kok. Misalnya, teman kamu yang selama ini dianggap pelit kasih contekan, sok alim coz sering negur jangan pacaran karena ngedeketin zina, suka absen dari kegiatan pensi yang dia anggap momen khalwat dan ikhtilat, terus dia lebih banyak ngehabisin waktu buat diskusi, nyebar-nyebar selebaran islami. Kalo pun FB-an juga suka pasang status dan kirim note yang memotivasi semangat, terus ngumpulnya juga suka di mushola sekolah. Tetep sabar dengan nunjukin akhlakul karimah-nya walaupun suka dituduh dan dicurigai sebagai sel dari teroris baek ama pihak sekolah maupun temen-temen. Ckckck..Aneh juga ya, yang baik-baik dianggap berbahaya?

Ada kisah nyata yang lebih keren lagi. Ane ambil dari sebuah tabloid Islam yang menuliskan feature seorang pemuda Islam asal Palestina. Nama pemuda itu adalah Muhammad, masih berumur 16 tahun. Kejadiannya tanggal 25 Januari 2010. Ia tiba-tiba diculik oleh pihak Pemerintah Palestina untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Lha, apa sebab? Jadi bandar narkoba? Nyebar video mesum? Pelaku pencabulan? Idiiiih! Ngawur.

Doi ditangkep karena nyebar selebaran ke orang-orang tentang otoritas Palestina yang tunduk kepada Yahudi. Dia bersikeras dan menyatakan di depan Jaksa Militer, “Karena Otoritas ini dibentuk berdasarkan kesepakatan Oslo, sementara kesepakatan Oslo batal demi hukum syariah. Sebab, berdasarkan kesepakatan itu, justru Otoritas telah menyerahkan Palestina kepada Yahudi, dan ini merupakan perbuatan haram. Sehinga setiap yang dibangun di atas sesuatu yang haram, maka ia juga haram, dan tidak sesuai syariah. Oleh karena itu bagaimana mungkin saya mengakui legitimasi sesuatu, sementara Allah tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang sah dan bagaimana mungkin saya menentang perintah Allah?” Subhanallah! Keren banget, kan?

Apalagi Otoritas Palestina malah menjaga Yahudi dan di satu sisi menyiksa dan membunuh warga Palestina yang ikhlas ingin merdeka dari penjajahan Yahudi. Setelah 15 hari dipenjara, dipaksa menandatangani lembar pernyataan untuk tunduk pada otoritas Palestina yang pro Yahudi, juga diinterogasi habis-habisan, akhirnya, buah takwallah pun didapat oleh pemuda tersebut. Muhammad akhirnya dibawa ke sebuah kota yang nggak dikenal sama dia, lalu ia dilepas begitu saja oleh petugas. Cengo abis deh! Uang nggak ada, pengen balik ke rumah juga nggak tahu arah, naek angkot juga kudu bayar (emang ada angkot di Palestina, Neng?). Akhir cerita, dia ketemu orang baek yang mau nganter dia balik ke rumahnya (wilayahnya sengaja nggak disebutin, sori).

Nah, kira-kira kita bisa nggak bakal setangguh pemuda Palestina itu? Kalo ketakwaan dia dijadikan indikator ketakwaan kita, dan ternyata kita masih dibawah dia… beuh, kalah tangguh tuh kita, Bro! Padahal dia dan kita sama-sama manusia, ciptaan Allah Swt., bukan makhluk tanpa dosa dan dilengkapi hawa nafsu pula.

Finally…

Iman adalah senjata kekuatan bagi Islam. Jadi, kalo cuma ngakunya Islam tapi kekuatan imannya nggak ada penampakan, percaya deh, ketakwaan kita berada pada level paling bawah, krisis lagi! Susahnya, kalo pengen beriman yang nggak setengah-setengah juga kudu siap dengan konsekuensinya. Siap ama segala tanggung jawab sebagai hamba Allah, siap melaksanakan kewajiban, siap dicibir jadi sok alim dll, dst. So, biarlah anjing menggonggong kafilah tetep berlalu! Just think about: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu.” (QS adz-Dzaariyaat [51]: 56)

Ketangguhan Muhammad, pemuda Palestina yang Ane ceritain tadi cukup menjadi contoh bukti ketakwaan seorang manusia kepada Allah. Jauh banget ama kita-kita yang kali aja pas UN ampe nekat berani beli soal dan lembar jawaban biar lulus, gengsi nutup aurat dengan sempurna biar nggak dituduh jadi teroris. Apalagi yang mikirnya fine-fine aja nggak ngerjain perintah Allah karena merasa masih muda, umur panjang, dan merasa belum saatnya buat jadi alim. Ckckck… Jauh banget dah. So, cepetan dah introspeksi diri. Siapa tahu besok ente dipanggil Allah, nah lho!

Bro en Sis, kalo sekarang kamu merasa kurang banget ngedapetin pembinaan keimanan, jangan gengsi dah! Panggil aja kru gaulislam ke sekolahmu (loh?). Iya, bisa kok. Kayak beberapa sekolah udah kerjasama dengan gaulislam. Atau kamu bisa dengerin siaran [klinik] gaulislam yang setiap pekan sekali ba’da shalat Shubuh (kalo di kota Bogor sih, pantengin aja di Radio KISI 93.4 FM).

Pren, kalo mo berubah memang perlu proses. Bisa cepet bisa lambat. Tergantung kamunya juga. Kalo udah berubah, dipertahankan perubahannya dan jangan lupa untuk tetep fastabiqul khairat alias berlomba-lomba dalam kebaikan Kadang ane bête juga nih, gara-gara isu teroris yang dituduhkan berasal dari Islam, orang-orang yang lagi proses berubah dan yang udah berubah jadi dipengaruhin macem-macem ama orang-orang di sekitarnya. Akhirnya mereka pun jadi mundur satu-persatu dan berguguran. Ane juga punya temen yang mempertahankan jilbab (baju jubah)nya untuk keluar rumah terus diplorotin ama nyokapnya gara-gara isu teroris ini. Bahkan ada yang ampe digebukin bokapnya gara-gara cuma mo ikut pengajian. Sebel banget dah! Tapi teteplah bertahan. Inilah ujian bagi orang-orang yang bertakwa. Doakan para ortu kita, keluarga juga guru-guru kita semoga mereka dibukakan hatinya oleh Allah agar nggak dibutakan oleh syaithan dan dimudahkan oleh Allah untuk memahamkan mereka akan syariat-Nya. Amin ya rabbal’alamin.

Buat pihak sekolah juga ortu, semoga sadar bahwa selama ini negara nggak menjaga dan melindungi akidah rakyatnya dengan menyeluruh. Kita semua kan pengen masuk surga. So, Ane menyarankan untuk benar-benar berdiskusi dengan orang-orang yang Aanda percaya untuk membina keimanan dan ketakwaan remaja agar pembinaan yang dijalankan nggak bertentangan dengan al-Quran dan as-Sunnah. Bebas dari paham kufur seperti sekularisme, pluralisme dan liberalisme. Ngobrol dulu, jangan maen percaya aja ama media massa, lagian tuh orang yang ditembak mati belum tentu teroris. Gimana bisa kita yakin mereka teroris, wong langsung ditembak mati. Harusnya tangkep dulu, adili, dan tanya kenapa berbuat begitu, dari mana sejantaranya, dan siapa dalangnya. Ssst.. jangan-jangan kalo digituin ketahuan deh dalang sesungguhnya, karena isu terorisme yang selama ini dihembuskan memang demi kepentingan negara penjajah, yakni Amerika. Weleh-weleh!

Yup, bertakwalah sampe akhir. Til the end of ur life! Allahu Akbar!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar