Mencari

Senin, 27 Desember 2010

Apakah Hati Mengalahkan Perintah Berjilbab???

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Ini, aku dapet artikel yang cukup menarik (khususnya buat akhwat) dari situs jilbab.or.id.

Ah, yang Penting kan Hatinya!

Banyak syubhat di lontarkan kepada kaum muslimah yang ingin berjilbab. Syubhat yang 'ngetrend' dan biasa kita dengar adalah

"Buat apa berjilbab kalau hati kita belum siap, belum bersih, masih suka 'ngerumpi' berbuat maksiat dan dosa-dosa lainnya, percuma dong pake jilbab! Yang penting kan hatinya!"lalu tercenunglah saudari kita ini membenarkan pendapat kawannya tadi.

Syubhat lainnya lagi adalah

"Liat tuh, kan ada hadits yang berbunyi: Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk(rupa) kalian tapi Allah melihat pada hati kalian..!. Jadi yang wajib adalah hati, menghijabi hati kalau hati kita baik maka baik pula keislaman kita walau kita tidak berkerudung!"Benarkah demikian ya ukhti,, ?? (Tidddaaaaaaakkkk....!!!!!)

Saudariku muslimah, semoga Allah merahmatimu, siapapun yang berfikiran dan berpendapat demikian maka wajiblah baginya untuk bertaubat kepada Allah Ta'ala memohon ampun atas kejahilannya dalam memahami syariat yang mulia ini. Jika agama hanya berlandaskan pada akal dan perasaan maka rusaklah agama ini. Bila agama hanya didasarkan kepada orang-orang yang hatinya baik dan suci, maka lihatlah di sekitar kita ada orang-orang yang beragama Nasrani, Hindu atau Budha dan orang kafir lainnya,

Liatlah dengan seksama ada di antara mereka yang sangat baik hatinya, lemah lembut, dermawan, bijaksana. Apakah Anda setuju untuk mengatakan mereka adalah muslim? Tentu akal Anda akan mengatakan " Tentu tidak! Karena mereka tidak mengucapkan syahadatain, mereka tidak memeluk islam, perbuatan mereka menunjukkan mereka bukan orang islam." Tentu Anda akan sependapat dengan saya bahwa kita menghukumi seseorang berdasarkan perbuatan yang nampak(zahir) dalam diri orang itu.

Lalu bagaimana pendapat Anda ketika Anda melihat seorang wanita di jalan berjalan tanpa jilbab, apakah Anda bisa menebak wanita itu muslimah ataukah tidak? Sulit untuk menduga jawabannya karena secara lahir (dzahir) ia sama dengan wanita non muslimah lainnya. Ada kaidah ushul fiqih yang mengatakan "alhukmu ala dzawahir amma al bawathin fahukmuhu ala llah' "artinya hukum itu dilandaskan atas sesuatu yang nampak adapun yang batin hukumnya adalah terserah Allah.

Rasanya tidak ada yang bisa menyangsikan kesucian hati ummahatul mukminin (istri-istri Rasulullah shalallahu alaihi wassalam) begitupula istri-istri sahabat nabi yang mulia (shahabiyaat). Mereka adalah wanita yang paling baik hatinya, paling bersih, paling suci dan mulia.

Tapi mengapa ketika ayat hijab turun agar mereka berjilbab dengan sempurna (lihatQS: 24 ayat 31 dan QS: 33 ayat 59) tak ada satupun riwayat termaktub mereka menolak perintah Allah Ta'ala. Justru yang kita dapati mereka merobek tirai mereka lalu mereka jadikan kerudung sebagai bukti ketaatan mereka. Apa yang ingin Anda katakan? Sedangkan mengenai hadits di atas, banyak diantara saudara kita yang tidak mengetahui bahwa hadits di atas ada sambungannya. Lengkapnya adalah sebagai berikut:

Dari Abu Hurairah, Abdurrahman bin Sakhr radhiyallahu anhu dia berkata, Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk tubuh-tubuh kalian dan tidak juga kepada bentuk rupa-rupa kalian, tetapi Dia melihat hati-hati kalian(HR. Muslim 2564/33).

Hadits diatas ada sambungannya yaitu pada nomor hadits 34 sebagai berikut:

"Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk rupa kalian dan juga harta kalian, tetapi Dia melihat hati dan perbuatan kalian. "(HR.Muslim 2564/34).

Semua adalah seiring dan sejalan, hati dan amal. Apabila hanya hati yang diutamakan niscaya akan hilanglah sebagian syariat yang mulia ini.

Tentu kaum muslimin tidak perlu bersusah payah menunaikan shalat 5 waktu, berpuasa dibulan Ramadhan, membayar zakat dan sedekah atau bersusah payah menghabiskan harta dan tenaga untuk menunaikan ibadah haji ketanah suci Mekah atau amal ibadah lainnya. Tentu para sahabat tidak akan berlomba-lomba dalam beramal (beribadah) cukup mengandalkan hati saja, toh mereka adalah sebaik-baik manusia di atas muka bumi ini. Akan tetapi justru sebaliknya, mereka adalah orang yang sangat giat beramal.

Lihatlah satu kisah indah diantara kisah-kisah indah lainnya.Urwah bin Zubair Radhiyallahu anhu misalnya, Ayahnya adalah Zubair bin Awwam, Ibunya adalah Asma binti Abu Bakar, Kakeknya Urwah adalah Abu Bakar Ash-Shidik, bibinya adalah Aisyah Radhiyallahu anha istri Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam. Urwah lahir dari nasab dan keturunan yang mulia jangan ditanya tentang hatinya, ia adalah orang yang paling lembut hatinya toh masih bersusah payah giat beramal, bersedekah dan ketika shalat ia bagaikan sebatang pohon yang tegak tidak bergeming karena lamanya ia berdiri ketika shalat. Aduhai,..betapa lalainya kita ini,..banyak memanjangkan angan-angan dan harapan padahal hati kita tentu sangat jauh suci dan mulianya dibandingkan dengan generasi pendahulu kita. Wallahu'alam bish-shawwab.

Makna Kecantikan Dalam Islam

Tidak cantik = Minder dan jarang disukai orang.

Cantik = Percaya diri, terkenal dan banyak yang suka.

AH MASA SIH??

Itulah sekelumit rumus yang ada dalam fikiran wanita atau bisa juga akhwat. Sebuah rumus simple namun amat berbahaya. Darimanakah asal muasal rumus ini? Bisa jadi dari media ataupun oleh opini masyarakat yang juga telah teracuni oleh media- baik cetak maupun elektronik- bahwa kecantikan hanya sebatas kulit luar saja. Semua warga Indonesia seolah satu kata bahwa yang cantik adalah yang berkulit putih, tinggi semampai, hidung mancung, bibir merah, mata jeli, langsing, dll.

Akibatnya banyak kaum hawa yang ingin memiliki image cantik seperti yang digambarkan khalayak ramai, mereka tergoda untuk membeli kosmetika yang dapat mewujudkan mimpi-mimpi mereka dan mulai melalaikan koridor syari’at yang telah mengatur batasan-batasan untuk tampil cantik. Ada yang harap-harap cemas mengoleskan pemutih kulit, pelurus rambut, mencukur alis, mengeriting bulu mata, mengecat rambut sampai pada usaha memancungkan hidung melalui serangkaian treatment silikon, dll.

Singkat kata, mereka ingin tampil secantik model sampul, bintang iklan ataupun teman pengajian yang qadarullah tampilannya memikat hati. Maka tidak heran setiap saya melewati toko kosmetik terbesar di kota saya, toko tersebut tak pernah sepi oleh riuh rendah kaum hawa yang memilah milih kosmetik dalam deretan etalase dan mematut di depan kaca sambil terus mendengarkan rayuan manis dari si mba SPG. Kata cantik telah direduksi sedemikian rupa oleh media, sehingga banyak yang melalaikan hakikat cantik yang sesungguhnya. Mereka sibuk memoles kulit luar tanpa peduli pada hati mereka yang kian gersang.

Tujuannya? Jelas, untuk menambah deretan fans dan agar kelak bisa lebih mudah mencari pasangan hidup, alangkah naifnya. Faktanya, banyak dari teman-teman pengajian saya yang sukses menikah bukanlah termasuk wanita yang cantik ataupun banyak kasus yang muncul di media massa bahwa si cantik ini dan itu perkawinannya kandas di tengah jalan. Jadi, tidak ada korelasi antara cantik dan kesuksesan hidup!.

Teman-teman saya yang sukses menikah walaupun tidak cantik-cantik amat tapi kepribadiannya amat menyenangkan, mereka tidak terlalu fokus pada rehab kulit luar tapi mereka lebih peduli pada recovery iman yang berkelanjutan sehingga tampak dalam sikap dan prinsip hidup mereka, kokoh tidak rapuh. Pun, jika ada teman yang berwajah elok mereka malah menutupinya dengan cadar supaya kecantikannya tidak menjadi fitnah bagi kaum adam dan hanya dipersembahkan untuk sang suami saja, SubhanAlloh.

Satu kata yang terus bergema dalam hidup mereka yakni bersyukur pada apa-apa yang telah Alloh berikan tanpa menuntut lagi, ridho dengan bentuk tubuh dan lekuk wajah yang dianugerahkan Alloh karena inilah bentuk terbaik menurut-Nya, bukan menurut media ataupun pikiran dangkal kita. Kalau kita boleh memilih, punya wajah dan kepribadian yang cantik itu lebih enak tapi tidak semua orang dianugerahi hal semacam itu, itulah ke maha adilan Alloh, ada kelebihan dan kekurangan pada diri tiap orang.

Dan satu hal yang pasti, semua orang bertingkah laku sesuai pemahaman mereka, jika kita rajin menuntut ilmu agama InsyaAlloh gerak-gerik kita sesuai dengan ilmu yang kita miliki. Demikian pula yang terjadi pada wanita-wanita yang terpaku pada kecantikan fisik semata, menurut asumsi saya, mereka merupakan korban-korban iklan dan kurang tekun menuntut ilmu agama, sehingga lahirlah wanita-wanita yang berpikiran dangkal, mudah tergoda dan menggoda. Mengutip salah satu hadits, Rasulullah Shalallahu ’alaihi wa sallam bersabda :

“Siapa yang Alloh kehendaki kebaikan baginya, Alloh akan pahamkan ia dalam agamanya”(Shahih, Muttafaqun ‘alaihi).

Hadist diatas dijelaskan oleh Syaikh Ibnu Baz bahwa ia menunjukkan keutamaan ilmu. Jika Alloh menginginkan seorang hamba memperoleh kebaikan, Alloh akan memahamkan agama-Nya hingga ia dapat mengetahui mana yang benar dan mana yang bathil, mana petunjuk mana kesesatan. Dengannya pula ia dapat mengenal Rabbnya dengan nama dan sifat-sifat-Nya serta tahu keagungan hak-Nya. Ia pun akan tahu akhir yang akan diperoleh para wali Alloh dan para musuh Alloh.

Syaikh Ibnu Baz lebih lanjut juga mengingatkan betapa urgennya menuntut ilmu syari’at:

“Adapun ilmu syar’i, haruslah dituntut oleh setiap orang (fardhu ‘ain), karena Alloh menciptakan jin dan manusia untuk beribadah dan bertaqwa kepada-Nya. Sementara tidak ada jalan untuk beribadah dan bertaqwa kecuali dengan ilmu syar’i, ilmu Al-Qur’an dan as Sunnah”.

Dus, sadari sejak semula bahwa Alloh menciptakan kita tidak dengan sia-sia. Kita dituntut untuk terus menerus beribadah kepadaNya. Ilmu agama yang harus kita gali adalah ilmu yang Ittibaurrasul (mencontoh Rasulullah) sesuai pemahaman generasi terbaik yang terdahulu (salafusshalih), itu adalah tugas pokok dan wajib. Jika kita berilmu niscaya kita akan mengetahui bahwa mencukur alis (an-namishah), tatto (al-wasyimah), mengikir gigi (al-mutafallijah) ataupun trend zaman sekarang seperti menyambung rambut asli dengan rambut palsu (al-washilah) adalah haram karena perbuatan-perbuatan tersebut termasuk merubah ciptaan Alloh. Aturan-aturan syari’at adalah seperangkat aturan yang lengkap dan universal, sehingga keinginan untuk mempercantik diri seyogyanya dengan tetap berpedoman pada kaidah-kaidah syara’ sehingga kecantikan kita tidak mendatangkan petaka dan dimurkai Alloh.

Apalah gunanya cantik tapi hati tidak tentram atau cantik tapi dilaknat oleh Alloh dan rasul-Nya, toh kecantikan fisik tidak akan bertahan lama, ia semu saja. Ada yang lebih indah dihadapan Alloh, Rabb semesta alam, yaitu kecantikan hati yang nantinya akan berdampak pada mulianya akhlaq dan berbalaskan surga. Banyak-banyaklah introspeksi diri (muhasabah), kenali apa-apa yang masih kurang dan lekas dibenahi. Jangan ikuti langkah-langkah syaitan dengan melalaikan kita pada tugas utama karena memoles kulit luar bukanlah hal yang gratis, ia butuh waktu dan biaya yang tidak sedikit. Bukankah menghambur-hamburkan uang (boros) adalah teman syaitan?. JADI, mari kita ubah sedikit demi sedikit mengenai paradigma kecantikan.

Faham Syari’at = CANTIK

Tidak Faham Syari’at = Tidak CANTIK sama sekali!

Bagaimana? setuju?.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shalallahu ’alaihi Wa sallam bersabda: ”Innallaha la yanzhuru ila ajsamikum wa la ila shuwarikum walakin yanzhuru ila qulubikum” ”Sesungguhnya Allah tidak melihat fisik kalian dan rupa kalian akan tetapi Allah melihat hati dan kalian” (HR. Muslim)

Mari kita simak syair indah dibawah ini:

Banyak lebah mendatangi bunga yang kurang harum

Karena banyaknya madu yang dimiliki bunga

Tidak sedikit lebah meninggalkan bunga yang harum karena sedikitnya madu

Banyak laki-laki tampan yang tertarik dan terpesona oleh wanita yang kurang cantik

Karena memiliki hati yang cantik

Dan tidak sedikit pula wanita cantik ditinggalkan laki-laki karena jelek hatinya

Karena kecantikan yang sejati bukanlah cantiknya wajah tapi apa yang ada didalam dada Maka percantiklah hatimu agar dicintai dan dirindukan semua orang.

Wallahu ‘alam bishshawab

Senin, 13 Desember 2010

Harta Hanyalah Titipan Allah


Allah Ta’ala berfirman,

آَمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَأَنْفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُسْتَخْلَفِينَ فِيهِ فَالَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَأَنْفَقُوا لَهُمْ أَجْرٌ كَبِيرٌ

“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.” (QS. Al Hadiid: 7)

Faedah dari ayat di atas:

Pertama: Perintah untuk beriman pada Allah dan Rasul-Nya.

Kedua: Dorongan untuk berinfak.

Ketiga: Pahala yang besar di balik, iman dan infak.

Keempat: Al Qurthubi rahimahullah menjelaskan, “Ayat ini merupakan dalil bahwa pada hakekatnya harta tersebut milik Allah. Hamba tidaklah memiliki apa-apa melainkan apa yang Allah ridhoi. Siapa saja yang menginfakkan hartanya pada jalan Allah sebagaimana halnya seseorang yang mengeluarkan harta orang lain dengan seizinnya, maka ia akan mendapatkan pahala yang melimpah dan amat banyak. ”

Al Qurtubhi sekali lagi mengatakan, “Hal ini menunjukkan bahwa harta kalian bukanlah miliki kalian pada hakikatnya. Kalian hanyalah bertindak sebagai wakil atau pengganti dari pemilik harta tersebut yang sebenarnya. Oleh karena itu, manfaatkanlah kesempatan yang ada dengan sebaik-baiknya untuk memanfaatkan harta tersebut di jalan yang benar sebelum harta tersebut hilang dan berpindah pada orang-orang setelah kalian. ”

Lantas Al Qurtubhi menutup penjelasan ayat tersebut, “Adapun orang-orang yang beriman dan beramal sholih di antara kalian, lalu mereka menginfakkan harta mereka di jalan Allah, bagi mereka balasan yang besar yaitu SURGA.” (Tafsir Al Qurthubi, 17/238)

Intinya maksud Al Qurthubi, harta hanyalah titipan ilahi. Semua harta Allah izinkan untuk kita manfaatkan di jalan-Nya dalam hal kebaikan dan bukan dalam kejelekan. Jika harta ini pun Allah ambil, maka itu memang milik-Nya. Tidak boleh ada yang protes, tidak boleh ada yang mengeluh, tidak boleh ada yang merasa tidak suka karena manusia memang orang yang fakir yang tidak memiliki harta apa-apa pada hakikatnya.

Renungkanlah hal ini ... !

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Mengingat Kematian

Penulis : Al-Ustadzah Ummu Ishaq Al-Atsariyyah

Hidup di dunia ini tidaklah selamanya. Akan datang masanya kita berpisah dengan dunia berikut isinya. Perpisahan itu terjadi saat kematian menjemput, tanpa ada seorang pun yang dapat menghindar darinya. Karena Ar-Rahman telah berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

“Setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati, dan Kami menguji kalian dengan kejelekan dan kebaikan sebagai satu fitnah (ujian), dan hanya kepada Kami lah kalian akan dikembalikan.” (Al-Anbiya`: 35)

أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ

“Di mana saja kalian berada, kematian pasti akan mendapati kalian, walaupun kalian berada di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (An-Nisa`: 78)

Kematian akan menyapa siapa pun, baik ia seorang yang shalih atau durhaka, seorang yang turun ke medan perang ataupun duduk diam di rumahnya, seorang yang menginginkan negeri akhirat yang kekal ataupun ingin dunia yang fana, seorang yang bersemangat meraih kebaikan ataupun yang lalai dan malas-malasan. Semuanya akan menemui kematian bila telah sampai ajalnya, karena memang:

كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ

“Seluruh yang ada di atas bumi ini fana (tidak kekal).” (Ar-Rahman: 26)

Mengingat mati akan melembutkan hati dan menghancurkan ketamakan terhadap dunia. Karenanya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan hasungan untuk banyak mengingatnya. Beliau bersabda dalam hadits yang disampaikan lewat shahabatnya yang mulia Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:

أَكْثِرُوْا ذِكْرَ هَاذمِ اللَّذَّاتِ


“Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (yakni kematian).” (HR. At-Tirmidzi no. 2307, An-Nasa`i no. 1824, Ibnu Majah no. 4258. Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu berkata tentang hadits ini, “Hasan shahih.”)

Dalam hadits di atas ada beberapa faedah:

- Disunnahkannya setiap muslim yang sehat ataupun yang sedang sakit untuk mengingat mati dengan hati dan lisannya, serta memperbanyak mengingatnya hingga seakan-akan kematian di depan matanya. Karena dengannya akan menghalangi dan menghentikan seseorang dari berbuat maksiat serta dapat mendorong untuk beramal ketaatan.
- Mengingat mati di kala dalam kesempitan akan melapangkan hati seorang hamba. Sebaliknya, ketika dalam kesenangan hidup, ia tidak akan lupa diri dan mabuk kepayang. Dengan begitu ia selalu dalam keadaan bersiap untuk “pergi.” (Bahjatun Nazhirin, 1/634)

Ucapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas adalah ucapan yang singkat dan ringkas, “Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (kematian).” Namun padanya terkumpul peringatan dan sangat mengena sebagai nasihat, karena orang yang benar-benar mengingat mati akan merasa tiada berartinya kelezatan dunia yang sedang dihadapinya, sehingga menghalanginya untuk berangan-angan meraih dunia di masa mendatang. Sebaliknya, ia akan bersikap zuhud terhadap dunia. Namun bagi jiwa-jiwa yang keruh dan hati-hati yang lalai, perlu mendapatkan nasihat panjang lebar dan kata-kata yang panjang, walaupun sebenarnya sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

أَكْثِرُوْا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ

“Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (yakni kematian).”
disertai firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ

“Setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati,” sudah mencukupi bagi orang yang mendengar dan melihat.

Alangkah bagusnya ucapan orang yang berkata:

اذْكُرِ الْمَوْتَ تَجِدُ رَاحَةً، فِي إِذْكَارِ الْمَوْتِ تَقْصِيْرُ اْلأَمَلِ

“Ingatlah mati niscaya kau kan peroleh kelegaan, dengan mengingat mati akan pendeklah angan-angan.”

Adalah Yazid Ar-Raqasyi rahimahullahu berkata kepada dirinya sendiri, “Celaka engkau wahai Yazid! Siapa gerangan yang akan menunaikan shalat untukmu setelah kematianmu? Siapakah yang mempuasakanmu setelah mati? Siapakah yang akan memintakan keridhaan Rabbmu untukmu setelah engkau mati?”

Kemudian ia berkata, “Wahai sekalian manusia, tidakkah kalian menangis dan meratapi diri-diri kalian dalam hidup kalian yang masih tersisa? Duhai orang yang kematian mencarinya, yang kuburan akan menjadi rumahnya, yang tanah akan menjadi permadaninya dan yang ulat-ulat akan menjadi temannya… dalam keadaan ia menanti dibangkitkan pada hari kengerian yang besar. Bagaimanakah keadaan orang ini?” Kemudian Yazid menangis hingga jatuh pingsan. (At-Tadzkirah, hal. 8-9)

Sungguh, hanya orang-orang cerdas cendikialah yang banyak mengingat mati dan menyiapkan bekal untuk mati. Shahabat yang mulia, putra dari shahabat yang mulia, Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma mengabarkan, “Aku sedang duduk bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala datang seorang lelaki dari kalangan Anshar. Ia mengucapkan salam kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu berkata, ‘Ya Rasulullah, mukmin manakah yang paling utama?’ Beliau menjawab, ‘Yang paling baik akhlaknya di antara mereka.’ ‘Mukmin manakah yang paling cerdas?’, tanya lelaki itu lagi. Beliau menjawab:

أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا، أُولَئِكَ أَكْيَاسٌ

“Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas.” (HR. Ibnu Majah no. 4259, dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 1384)

Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu berkata, “Ad-Daqqaq berkata, ‘Siapa yang banyak mengingat mati, ia akan dimuliakan dengan tiga perkara: bersegera untuk bertaubat, hati merasa cukup, dan giat/semangat dalam beribadah. Sebaliknya, siapa yang melupakan mati ia akan dihukum dengan tiga perkara: menunda taubat, tidak ridha dengan perasaan cukup dan malas dalam beribadah. Maka berpikirlah, wahai orang yang tertipu, yang merasa tidak akan dijemput kematian, tidak akan merasa sekaratnya, kepayahan, dan kepahitannya. Cukuplah kematian sebagai pengetuk hati, membuat mata menangis, memupus kelezatan dan menuntaskan angan-angan. Apakah engkau, wahai anak Adam, mau memikirkan dan membayangkan datangnya hari kematianmu dan perpindahanmu dari tempat hidupmu yang sekarang?” (At-Tadzkirah, hal. 9)

Bayangkanlah saat-saat sakaratul maut mendatangimu. Ayah yang penuh cinta berdiri di sisimu. Ibu yang penuh kasih juga hadir. Demikian pula anak-anakmu yang besar maupun yang kecil. Semua ada di sekitarmu. Mereka memandangimu dengan pandangan kasih sayang dan penuh kasihan. Air mata mereka tak henti mengalir membasahi wajah-wajah mereka. Hati mereka pun berselimut duka. Mereka semua berharap dan berangan-angan, andai engkau bisa tetap tinggal bersama mereka. Namun alangkah jauh dan mustahil ada seorang makhluk yang dapat menambah umurmu atau mengembalikan ruhmu. Sesungguhnya Dzat yang memberi kehidupan kepadamu, Dia jugalah yang mencabut kehidupan tersebut. Milik-Nya lah apa yang Dia ambil dan apa yang Dia berikan. Dan segala sesuatu di sisi-Nya memiliki ajal yang telah ditentukan.

Al-Hasan Al-Bashri rahimahullahu berkata, “Tidaklah hati seorang hamba sering mengingat mati melainkan dunia terasa kecil dan tiada berarti baginya. Dan semua yang ada di atas dunia ini hina baginya.”

Adalah ‘Umar bin Abdil ‘Aziz rahimahullahu bila mengingat mati ia gemetar seperti gemetarnya seekor burung. Ia mengumpulkan para ulama, maka mereka saling mengingatkan akan kematian, hari kiamat dan akhirat. Kemudian mereka menangis hingga seakan-akan di hadapan mereka ada jenazah. (At-Tadzkirah, hal. 9)

Tentunya tangis mereka diikuti oleh amal shalih setelahnya, berjihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bersegera kepada kebaikan. Beda halnya dengan keadaan kebanyakan manusia pada hari ini. Mereka yakin adanya surga tapi tidak mau beramal untuk meraihnya. Mereka juga yakin adanya neraka tapi mereka tidak takut. Mereka tahu bahwa mereka akan mati, tapi mereka tidak mempersiapkan bekal. Ibarat ungkapan penyair:
Aku tahu aku kan mati namun aku tak takut
Hatiku keras bak sebongkah batu
Aku mencari dunia seakan-akan hidupku kekal
Seakan lupa kematian mengintai di belakang
Padahal, ketika kematian telah datang, tak ada seorangpun yang dapat mengelak dan menundanya.

فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لاَ يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلاَ يَسْتَقْدِمُونَ

“Maka apabila telah tiba ajal mereka (waktu yang telah ditentukan), tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula mereka dapat mendahulukannya.” (An-Nahl: 61)

وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا

“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan kematian seseorang apabila telah datang ajal/waktunya.” (Al-Munafiqun: 11)

Wahai betapa meruginya seseorang yang berjalan menuju alam keabadian tanpa membawa bekal. Janganlah engkau, wahai jiwa, termasuk yang tak beruntung tersebut. Perhatikanlah peringatan Rabbmu:

وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدْ

“Dan hendaklah setiap jiwa memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).” (Al-Hasyr: 18)

Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullahu menjelaskan ayat di atas dengan menyatakan, “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, dan lihatlah amal shalih apa yang telah kalian tabung untuk diri kalian sebagai bekal di hari kebangkitan dan hari diperhadapkannya kalian kepada Rabb kalian.” (Al-Mishbahul Munir fi Tahdzib Tafsir Ibni Katsir, hal. 1388)

Janganlah engkau menjadi orang yang menyesal kala kematian telah datang karena tiada berbekal, lalu engkau berharap penangguhan.

وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلاَ أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ

“Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepada kalian sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kalian, lalu ia berkata, ‘Wahai Rabbku, mengapa Engkau tidak menangguhkan kematianku sampai waktu yang dekat hingga aku mendapat kesempatan untuk bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shalih?’.” (Al-Munafiqun: 10)

Karenanya, berbekallah! Persiapkan amal shalih dan jauhi kedurhakaan kepada-Nya! Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.

Wanita...." Andai Kau Sadar Betapa MAHALnya dirimu..."


Wanita… Andai Kau Sadar Betapa Mahalnya Dirimu….


Ia adalah laki-laki bejat dan suka bermain-main. Ia mengetahui bahwa tidak jauh dari rumahnya terdapat seorang gadis yang sempurna dari sisi kepemilikan harta, kebahagiaan, kemewahan, dan kesejahteraan hidup. Ia menatap gadis itu dengan pandangan pertama, ia pun terpikat dengannya sehingga ia berkali-kali memandangi dirinya. Maka, pandangannya pun sampai di hati si gadis. Akhirnya, mereka saling berkirim surat, lalu saling bertemu, kemudian berpisah.
Kisah mereka berdua berakhir seperti halnya kisah-kisah asmara lain yang diperankan anak cucu adam di atas pentas dunia ini. Kini, gadis itu menangggung duka nestapa di hati dan janin yang di dalam perutnya. Pada mulanya, ia bisa menyembunyikan kehamilan itu, namun selanjutnya berita kehamilannya tersebar luas. Meski dadanya masih lapang, namun tidak begitu dengan perutnya. Meski hari ini janin itu bisa disembunyikan, namun tidak dengan keesokan harinya.
Saat duka membuatnya sulit tidur di malam hari, ia pun berpikir harus melarikan diri dan menyelamatkan kehidupannya. Ia pun menyusuri malam demi malam yang gelap gulita. Ia lemparkan dirinya ke dalam lautan malam yang hitam. Ombaknya terus mengombang-ambingkan dan melemparnya ke sana ke mari hingga menghempaskannya ke tepian pagi. Akhirnya, ia sampai di sebuah ruangan tidak berpenghuni di salah satu rumah yang sudah rapuh di salah satu perkampungan yang tidak dikenal. Ia seorang diri di ruangan itu tanpa kawan yang menemani selain kedukaannya.
Roda kehidupan pun berputar. Roda yang tidak bisa kita hentikan dengan cara apa pun. Lantas, apa yang terjadi selanjutnya?
Masyarakat memaafkan serigala itu, menerima taubatnya, melupakan kesalahannya, dan ia bekerja sebagai anggota hakim. Sementara wanita yang malang itu melahirkan anaknya di tengah ruangan yang hampir runtuh. Ia menjual seluruh harta yang ia miliki dan yang dikenakan di badannya, seperti perhiasan dan pakaian. Hingga saat malam tiba, wanita itu mengenakan sobekan kain untuk menutupi wajahnya dan memakai sarung, kemudian berkeliling di jalanan kota dan melintasi jalanan tanpa tujuan selain melarikan diri dari duka yang senantiasa menemaninya.
Pada suatu malam, seorang pria melintasinya dan menuduhnya mengambil dompetnya. Wanita itu kemudian dilaporkan ke pengadilan.

Tibalah hari persidangan.
Wanita itu dibawa ke pengadilan dengan menggendong putrinya yang telah berusia tujuh tahun. Hakim mencermati berbagai kasus persidangan dan menjatuhkan putusannya. Lalu, saat giliran wanita itu untuk berbicara tiba, hakim itu tidak melemparkan pandangannya pada si wanita. Wanita itu sendiri yang kaget setelah melihat wajah si hakim. Ia mulai bingung, terlihat tanda risau dan bimbang yang hampir melenyapkan kesadarannya, karena ia mengenal siapa hakim itu. Dialah pemuda yang menyebabkannya menderita.
Wanita itu menatapnya dengan pandangan marah, kemudian berkata lantang yang menggema di ruangan persidangan,
“Tunggu dulu Wahai Hakim! Anda tidak layak menjadi pengadil untuk memutuskan kasus saya karena kita sama-sama pencuri. Kita sama-sama pengkhianat. Pengkhianat tidak bisa menghakimi sesama pengkhianat. Tidak layak seorang pencuri (kehormatan –pen) menjadi hakim yang memutuskan perkara sesama pencuri (harta -pen).”
Hakim dan orang-orang yang hadir kaget karena pandangan aneh itu. Ia lalu memanggil polisi agar mengeluarkan wanita tersebut. Si wanita segera membuka kain penutup mukanya. Setelah itu, Hakim lantas memperhatikannya dengan pandangan yang mengisyaratkan banyak hal.
Gadis itu kembali meneruskan kata-katanya,
“Aku mencuri uang, sedangkan Anda mencuri kehormatan. Padahal, kehormatan itu lebih mahal dari harta. Kejahatan Anda lebih besar dari kejahatan saya dan lebih besar dosanya. Orang yang dicuri hartanya bisa menghibur diri, barangkali uang itu kembali atau mendapat ganti. Sementara gadis yang dicuri kehormatannya tidak ada yang bisa menghibur dirinya. Sebab, kehormatannya telah hilang dan tidak akan kembali lagi. Andai bukan karena Anda, tentu aku tidak mencuri dan tentu aku tidak menjadi seperti ini. Berikan kursi Anda untuk orang lain, dan silakan berdiri di samping saya agar pengadilan menghukumi kita atas kejahatan yang sama. Anda yang merencanakannya, sedangkan saya yang melakukannya. Saat Anda memasuki tempat ini, saya melihat dan mendengar petugas meneriakkan kedatangan Anda, orang-orang pun berdiri untuk Anda. Namun, saat saya memasuki ruangan ini, saya melihat seluruh pasang mata tertuju pada saya dan seluruh hati meremehkan saya.
Saya berkata dalam hati, “Aneh sekali betapa banyaknya lencana berdusta. Betapa banyaknya “gelar” menipu. Anda membawa saya ke sini untuk memenjarakan saya? Apa belum cukup kesengsaraan yang Anda timpakan pada diri saya hingga Anda kembali ingin menimpakan kesengsaraan tanpa alasan yang benar. Bukankah Anda manusia sehingga bisa merasakan kesengsaraan dan derita saya?
Bila saya tidak memiliki hubungan dengan Anda, maka perantara saya dan Anda adalah putri Anda ini. Inilah tali penghubung yang masih tersisa di antara saya dan Anda.”
Saat itulah si serigala –maaf- si hakim mengangkat kepala dan menatap putri kecilnya. Ia mengatakan bahwa wanita itu gila, harus dibawa ke dokter. Para hadirin memercayai kata-katanya. Kemudian, hakim itu pergi meninggalkan persidangan. Ya Allah…

Seekor serigala melolong
Aku merasa senang saat hewan itu melolong
Sedang suara manusia membuatku hampir terbang…

Wahai saudariku, jadilah sosok yang terlalu agung untuk menjadi korban serigala manusia yang gemar merenggut barang paling berharga yang Anda milki, sedangkan Anda tidak mendapatkan apa pun darinya.
Wahai saudariku, tutuplah seluruh pintu fitnah. Tutup rapat-rapat seluruh pintu syubhat dan ingatlah selalu bahwa gadis yang terpercaya sangat mahal harganya. Bila ia berkhianat, akan terhina. Ingatlah selalu, betapa banyak gadis yang gigit jari karena menyesal dan keluarganya pun menyembunyikan diri dari pandangan orang karena harga dirinya tercemar. Namun, kenyataannya jauh sekali, peristiwa itu tetap saja terjadi. Ini dikarenakan ia melupakan akal sehat dan Rabb-nya, tenggelam dalam kisah asmara, puisi cinta, lembaran-lembaran majalah, telepon, televisi, terlena saat melihat serigala lapar atau lelaki bermulut manis[*].
Saudariku, waspadailah lelaki yang menggambarkan kehidupan sebagai cinta di atas cinta, asmara di atas asmara, kerinduan di atas kerinduan. Mereka beranggapan, kehidupan tidak akan berjalan dan tidak sehat tanpa cinta. Dengan dasar inilah mereka berteriak, “Harus ada jalinan cinta suci antara pemuda dan pemudi”. Padahal, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
… Maka, janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya. Dan ucapkanlah perkataan yang baik. Dan,hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliah yang dahulu, dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlil bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.”
(Al-Ahzab: 32-33)

Cinta macam apa yang mereka katakan itu? Kemuliaan macam apa yang mereka teriakkan? Allah ta’ala berfirman,“…. Semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)”
Cinta suci yang mereka katakan itu tidak lain adalah syahwat yang tidak terlampiaskan dan keinginan yang tidak terwujud. Di balik semua itu adalah angan-angan, kesesatan, dusta, dan penipuan jiwa. Cinta antara pemuda dan pemudi hanyalah dusta belaka, pasarnya hanya diramaikan oleh orang-orang gila, para remaja, orang-orang rendah dan liar.
Sebagai penutup, wahai saudariku…
Letakkanlah harga diri dan kemuliaanmu serta kemuliaan keluargamu di antara kedua matamu, niscaya kau akan tahu cara menangkal berbagai jenis setan.
Lelaki paling bejat dan paling berani berbuat keburukan pun, pasti sembunyi bila melihat ada gadis yang berhijab rapat di hadapannya. Sebab, si gadis pandangannya lurus, berjalan dengan langkah pasti, kuat dan mantap, tidak menoleh ke sana ke mari seperti orang takut, dan tidak bergerak seperti pemalu.
Pada saat itulah sang serigala akan melepaskan bulu kebuasannya, kemudian turun dari atas tebing bertaubat dan meminta ampun. Ia akan mendatangi pintu secara halal, menjadi pemuda di tengah-tengah keluarganya. Bahkan, ia akan meminta pertolongan pada orang-orang shalih agar membantunya saat menghadap ayah sang gadis itu supaya mereka memuji agama dan akhlaknya. Cukuplah agama dan akhlak menjadi pujian bagi setiap orang. Dan cukuplah kehinaan dan tipuan sebagai sandaran celaan yang mana harus dihindari oleh setiap orang. Saat itulah saudari bisa menikah dengan mendapat ciuman anggota keluarga, air mata bahagia sang ibu dan kasih sayang ayah, kepala tegak (tidak tertunduk hina) dan Anda pun menjadi mulia, menuju rumah keagungan dan kemuliaan.
Semoga Allah subhanahu wa ta’ala berkenan menjaga kemaluan Anda, membersihkan hati Anda, dan memuliakan Anda dengan menaati-nya, wahaimutiara yang terpelihara dan permata yang tersimpan.
Maha suci Engkau ya Allah dan aku memuji-Mu. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Engkau. Aku memohon ampunan dan bertaubat kepadamu.

Kamis, 09 Desember 2010

Kau Cinta Atau Benci ?


Kau Cinta Atau Benci ?

1. Barangsiapa ingin dicintai Allah dan rasulNya hendaklah dia berbicara benar (jujur), menepati amanat dan tidak mengganggu tetangganya. (HR. Al-Baihaqi)

2. Barangsiapa mengutamakan kecintaan Allah atas kecintaan manusia maka Allah akan melindunginya dari beban gangguan manusia. (HR. Ad-Dailami)

3. Paling kuat tali hubungan keimanan ialah cinta karena Allah dan benci karena Allah. (HR. Ath-Thabrani)

4. Cintamu kepada sesuatu menjadikan kamu buta dan tuli (HR. Abu Dawud dan Ahmad)

5. Cinta berkelanjutan (diwariskan) dan benci berkelanjutan (diwariskan). (HR. Bukhari)

6. Siapa yang ingin mengetahui kedudukannya di sisi Allah hendaklah dia mengamati bagaimana kedudukan Allah dalam dirinya. Sesungguhnya Allah menempatkan hambaNya dalam kedudukan sebagaimana dia menempatkan kedudukan Allah pada dirinya. (HR. Al Hakim)

Sumber: 1100 Hadits Terpilih (Sinar Ajaran Muhammad) - Dr. Muhammad Faiz Almath - Gema Insani Press



Raih Amal Shalih, sebarkan informasi ini

12 Ciri Sahabat Sejati Menurut Imam al-Ghazali

12 Ciri Sahabat Sejati Menurut Imam al-Ghazali

Ingatlah kapan terakhir kali Anda berada dalam kesulitan.
Siapakah yang berada di samping Anda?
Siapakah yang mengasihi Anda ketika Anda merasa tidak dicintai?
Siapakah yang tetap bersama Anda, bahkan ketika Anda tak bisa memberikan apa-apa?
Itulah SAHABAT Anda.
Bagaimanakah kita bisa mengukur persahabatan sejati itu?

Mari kita simak 12 Ciri Sahabat Sejati Menurut Imam al-Ghazali di bawah ini:

  1. Jika kau berbuat baik kepadanya, maka ia juga akan melindungimu;
  2. Jika engkau merapatkan ikatan persahabatan dengannya, maka ia akan membalas balik persahabatanmu itu;
  3. Jika engkau memerlukan pertolongn darinya, maka ia akan berupaya membantu sesuai dengan kemampuannya;
  4. Jika engkau menawarkan berbuat baik kepadanya, maka ia akan menyambut dengan baik;
  5. Jika ia memproleh suatu kebaikan atau bantuan darimu, maka ia akan menghargai kebaikan itu;
  6. Jika ia melihat sesuatu yang tidak baik dari dirimu, maka akan berupaya menutupinya;
  7. Jika engkau meminta sesuatu bantuan darinya, maka ia akan mengusahakannya dengan sungguh-sungguh;
  8. Jika engkau berdiam diri (karena malu untuk meminta), maka ia akan menanyakan kesulitan yang kamu hadapi;
  9. Jika bencana datang menimpa dirimu, maka ia akan berbuat sesuatu untuk meringankan kesusahanmu itu;
  10. Jika engkau berkata benar kepadanya, niscaya ia akan membenarkanmu;
  11. Jika engkau merencanakan sesuatu kebaikan, maka dengan senang hati ia akan membantu rencana itu;
  12. Jika kamu berdua sedang berbeda pendapat atau berselisih paham, niscaya ia akan lebih senang mengalah untuk menjaga.

Ingatlah kapan terakhir kali Anda berada dalam kesulitan.

Siapakah yang berada di samping Anda?

Siapakah yang mengasihi Anda ketika Anda merasa tidak dicintai?

Siapakah yang tetap bersama Anda, bahkan ketika Anda tak bisa memberikan apa-apa?

Itulah SAHABAT Anda.

Apakah kita telah memiliki sahabat sejati seperti itu?

Bukankah lebih baik jika kita introspeksi diri dulu, apakah diri kita sudah layak disebut sebagai sahabat sejati?

Dalam masa kejayaan, teman-teman mengenal kita.

Dalam masa kesulitan, kita mengenal siapa sahabat kita.

Sebagian dikutip dari:

http://www.ramdhan.co.cc/2010/04/sahabat-sejati-adakah.html

Raih amal shalih, sebarkan informasi ini !

Saudaraku, Menjadi PNS bukanlah segalanya.... :-)


Beberapa waktu terakhir ini banyak dibuka lowongan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di berbagai instansi pemerintahan. Penerimaan CPNS tersebut disambut dengan antusias oleh Warga Negara Indonesia, termasuk di antaranya beberapa teman saya, baik yang sudah bekerja maupun belum bekerja.

Mereka tidak hanya mengikuti tes CPNS di satu instansi, tapi hampir semua lowongan CPNS yang ada. Selain memang karena kemauan diri sendiri, ada juga yang disuruh orangtuanya untuk ikut tes CPNS. Berbagai cara dilakukan agar bisa lolos tes. Ada yang memang benar-benar murni usaha sendiri, ada juga yang mengambil 'jalan pintas'.

Ketika saya tanya kenapa begitu antusiasnya mengikuti berbagai tes CPNS, beragam alasan dikemukakan. Dibanding dengan bekerja di instansi swasta, bekerja sebagai PNS merasa lebih tenang, karena PNS itu terjamin, gajinya lumayan, tidak bisa dipecat, mendapat dana pensiun, serta berbagai alasan lainnya.

Dan seminggu yang lalu, saya berdiskusi dengan seorang sahabat mengenai maraknya tes penerimaan CPNS. Ia tidak tertarik untuk mengikutinya. Saat diskusi membahas mengenai alasan-alasan untuk mengikuti tes CPNS, saya mengemukakan alasan tersebut di atas. Dengan santainya ia berkata, "Wah, musyrik dong."

Menurutnya, jika seseorang merasa terjamin hidupnya karena sesuatu hal, dalam hal ini karena menjadi PNS, dan bukan karena Allah SWT, maka ia termasuk musyrik, karena menyandarkan sesuatu bukan pada Allah SWT. PNS bukanlah segalanya. Dengan menjadi PNS, belum tentu akan terjamin hidupnya, karena hanya Allah SWT-lah yang menjamin segalanya.

Katakanlah, "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?" Katakanlah, "Allah!" dan sesungguhnya Kami atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata. (QS. Saba' : 24).

Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh). (QS. Huud : 6).

Maka dari itu, bagi yang berlomba-lomba ikut tes CPNS, luruskanlah niatnya. Jadikan pekerjaan kita sebagai sarana ibadah kepada Allah SWT. Tanamkan dalam diri kita, bahwa dengan menjadi PNS, Kita bekerja sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT !!

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS. Adz-Dzaariyat : 56).

Takwa Sampe Akhir


Semoga kamu pernah dengar ayat ini: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS al-Hasyr [59]: 18)

Nah yang menjadi pertanyaan, udah belum ya kita semua bertakwa kepada Allah? Terus gimana caranya supaya bisa bertakwa? Sampe akhir lagi! Ibarat film, kan kagak afdol tuh kalo nggak tahu ending-nya. Nggak tahu jagoannya mati or tetep idup. Gitu juga dengan bertakwa kepada Allah, pastinya nggak afdol dong kalo nggak ampe kelar. Cuma setengah-setengah, eh berakhir di tengah jalan. Akhirnya nggak ketahuan jelas tuh kita tetap bertakwa kepada Allah atau nggak hingga akhir hayat. Idih, serem banget dah!

Oya, ngomongin soal takwa, berdasarkan yang gue pahami, takwa itu adalah menjalankan perintahNya en menjauhi laranganNya. Tapi, ya gitu deh..sayang seribu sayang, cuma tahu artinya tapi nggak nahan ama konsekuensinya. Alesan sih macem-macem. Misalnya: “Secara, kan masih muda. Masa’ sih kudu ngejalanin semua perintahNya, kayaknya nggak fun banget dah!” Eits, emang bertakwa ada umurnya gitu? Sembarangan! Cuma ya gitu, remaja biasanya identik dengan hal-hal yang fun. Tapi, fun yang gimana dulu tuh? Cos, fun juga tergantung ama apa yang kita pahami. Bisa jadi menurut temen-temen kamu seharian nongkrongin pensi, maen skateboard di taman kota, ML ama pacar itu fun (Naudzubillah!).

Tapi bagi kita yang udah ngeh banget ama takwallah alias takwa kepada Allah, malah bilangnya ngaji, tahajjud, nggak ninggalin shalat wajib, nggak pacaran, nggak berzina twrus ikutan aksi damai menentang kapitalisme di jalanan itu adalah fun!

Bro en Sis, kadang ada temen kita yang mikirnya buat ngejalanin ketakwaan justru baru muncul begitu usia menjelang underground alias udah uzur. Padahal ketakwaan adalah konsekuensi dari keimanan kita kepada Allah, Rasulullah, malaikat-malaikat Allah, al-Qur’an dan as-Sunnah plus Qadha dan Qadar. Nggak kebayang deh baru semangat ber-Islam begitu usia dah tua. Terus waktu mudanya tu ngapain aja ya? Ya, untung juga masih dikasih umur sama Allah, coba kalo ternyata di waktu muda udah duluan dipanggil. Ngeri, apalagi bekal amalnya kagak ada.

Inget lho, iman Islam bukanlah iman yang menjadikan orang bagaikan orang yang tua renta. Menjadi serba terbatas karena usia yang udah uzur. Justru dengan iman Islam sebenarnya bikin insan muda menjadi smart, shalih-shalehah en militan! Wow!

Jangan setengah-setengah

Kok bisa sih makna ketakwaan nggak meresap dalam diri? Padahal, ketakwaan adalah bukti dari keimanan. Kalo takwanya setengah-setengah, atau malah nggak sama sekali, bisa gawat tuh. Apalagi kalo nyari-nyari dalil cuma buat pembenaran dari perbuatan yang sebenarnya nggak mencerminkan ketakwaan kepada Allah. Contohnya aja Allah udah memerintahkan untuk tolong-menolong dalam kebaikan. Eh, kita malah nekat berbaik hati ngasih contekan ke temen berhubung temen udah buntu banget ngejawab soal-soal ujian. Ngelesnya pake dalil lagi di al-Quran surat al-Maidah ayat 2: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan..” Padahal, masih ada sambungannya tuh! “..dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”)

Bro, al-Quran dan as-Sunnah adalah sumber hukum Islam yang isinya adalah kebenaran, bukan buat pembenaran. Catet tuh!

Ati-ati lho! Kalo semakin sering ngeles pake dalil untuk ngedukung pembenaran entar malah jadi kebiasaan. Apalagi kalo ke depannya sampe diiming-imingi harta dan jabatan. Pada tahu Islam Liberal? Nah, kerjaan mereka kayak gitu tuh. Kucuran dolar dari berbagai lembaga asing, salah satunya The Asia Foundation, sebagai imbalan buat nge-golin sekulerisasi global.

Terus, ada lagi nih cermin ketakwaan yang retak. Udah tau gimana sepak terjang negara adidaya, Amrik? Biarpun diganti ama siapa pun kepala negaranya tapi criminal state-nya tetep dilanjutkan. Coz, ideologi Amrik tetep kapitalisme sekuler. Penjajahan di negeri-negeri muslim seperti Irak, Afghanistan, nggak berhenti juga. Udah jelas-jelas status AS adalah negara kafir harbi fi’lan (kafir yang statusnya memerangi muslim) seperti itu, masih aja dianggap baik, berhubung Obama sempet tinggal di Indonesia, keluarganya keturunan Muslim (yeee.. itu kan keluarganya, belum tentu Obamanya), apalagi Obama nggak keliatan jahat-jahat amat kayak George W.Bush, jadi jangan su’udzon. Kali aja dengan Obama datang ke Indonesia bisa memperbaiki keretakan antara Islam dan Barat, memperkuat hubungan Amerika dan Indonesia. Gubrak!

Yang bener aja, Cuy! Artinya ente udah kena perangkap soft powernya Amrik. Sebab, waktu Bush dulu, dia konsen ke hard power. Bagi seorang muslim yang takwallah, dia jelas jeli banget merhatiin kondisi politik negeri Islam dan hubungan bilateral– multilateral dengan negara asing kafir. Jadi nggak sembarangan nerima baek-baek kunjungan ‘tamu’ luar yang mau maen. Apalagi ‘tamu’ yang buang omong kosong bakal membina hubungan baik dengan umat Islam tapi ‘tamu’ itu merestui lahir batin agresi Israel di bumi al-Quds Palestina. Dan udah berapa lama Freeport di bumi Papua dikeruk habis-habisan oleh Amrik? Belum lagi sumber daya alam lainnya, minyak bumi en gas di negeri-negeri muslim termasuk Indonesia, lewat perpanjangan tangan multinational corporation (MNC) perlahan-lahan tapi pasti dieksploitasi. The real terrorist! That is it!

Jadi mulai sekarang latihan deh baca buku-buku non fiksi kayak The Economic Hitman-nya John Perkins, trus terjemah dari buku American Visions of The Netherlands East Indies/Indonesia ; US Foreign Policy and Indonesian Nationalism-nya Frances Goude dan Thijs Brocades Zaalberg (penerima beasiswa Fullbright Foundation), dll. So, jangan dikira orang yang takwallah itu jadul!

Nah, sekarang apa yang salah ya kok jadi sering terjebak dalam pemikiran yang nyeleneh, pemikiran yang bertolak-belakang ama perintah Allah Swt.? Yup! Nggak salah lagi! IMAN. Itu dia! Umumnya iman kita terhadap Islam cuma iman keturunan, bukan Iman yang lahir dari proses berpikir, yang membuat kita bener-bener akhirnya yakin kebenaran Islam. Kalo itu yang kamu alami juga, berarti kudu direfresh lagi tuh keimanannya. Gimana tho nge-refreshnya?

Ya, dengan berpikir berpijak pada dalil al-Quran dan as-Sunnah. Refresh iman artinya kudu ngerti kenapa manusia, alam semesta, kehidupan itu ada dan sifatnya serba terbatas. Sementara Allah Swt. adalah yang maha atas segalanya. So, jangan sampe deh Iman Islamnya di-delete trus di-empty recycle bin! Itu mah ngilangin akidah namanya! Yang jelas, pembinaan keimananlah yang sebenernya bermasalah. Nggak membekas dalam benak dan menjadi pemahaman, cuma sekedar transfer pemikiran. Pelajaran agama cuma 2 jam di sekolahan dalam sepekan, dan parahnya ortu juga cuek-cuek aja ama pembinaan keimanan keluarga. Selain itu, negara juga nyerahin balik pembinaan keimanan ini ke keluarga tanpa ada aktivitas keren buat memelihara dan melindungi akidah rakyatnya. Kalo udah kayak itu, akhirnya iman pun jadi nggak imun, Pren!

Sekelumit potret militansi remaja

Yap! Takwallah akan mencetak pribadi muslim yang tangguh en militan. Nggak cuma muncul sosok takwallah dimana orang-orang yang uzur, lanjut usia dan menghabiskan sisa hidup di atas sajadah dengan shalat dan zikir melulu. Tetapi justru yang terlihat adalah insan-insan tua maupun muda yang enerjik sebarkan energi positif, nggak lalai ama kewajibannya kepada Allah swt., sabar dan tabah terhadap ujian dari Allah Swt. serta mandiri karena ia yakin Allah Ta’ala sajalah yang menjadi penolongnya.

Pernah nemu orang-orang kayak demikian? Ada banyak kok. Misalnya, teman kamu yang selama ini dianggap pelit kasih contekan, sok alim coz sering negur jangan pacaran karena ngedeketin zina, suka absen dari kegiatan pensi yang dia anggap momen khalwat dan ikhtilat, terus dia lebih banyak ngehabisin waktu buat diskusi, nyebar-nyebar selebaran islami. Kalo pun FB-an juga suka pasang status dan kirim note yang memotivasi semangat, terus ngumpulnya juga suka di mushola sekolah. Tetep sabar dengan nunjukin akhlakul karimah-nya walaupun suka dituduh dan dicurigai sebagai sel dari teroris baek ama pihak sekolah maupun temen-temen. Ckckck..Aneh juga ya, yang baik-baik dianggap berbahaya?

Ada kisah nyata yang lebih keren lagi. Ane ambil dari sebuah tabloid Islam yang menuliskan feature seorang pemuda Islam asal Palestina. Nama pemuda itu adalah Muhammad, masih berumur 16 tahun. Kejadiannya tanggal 25 Januari 2010. Ia tiba-tiba diculik oleh pihak Pemerintah Palestina untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Lha, apa sebab? Jadi bandar narkoba? Nyebar video mesum? Pelaku pencabulan? Idiiiih! Ngawur.

Doi ditangkep karena nyebar selebaran ke orang-orang tentang otoritas Palestina yang tunduk kepada Yahudi. Dia bersikeras dan menyatakan di depan Jaksa Militer, “Karena Otoritas ini dibentuk berdasarkan kesepakatan Oslo, sementara kesepakatan Oslo batal demi hukum syariah. Sebab, berdasarkan kesepakatan itu, justru Otoritas telah menyerahkan Palestina kepada Yahudi, dan ini merupakan perbuatan haram. Sehinga setiap yang dibangun di atas sesuatu yang haram, maka ia juga haram, dan tidak sesuai syariah. Oleh karena itu bagaimana mungkin saya mengakui legitimasi sesuatu, sementara Allah tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang sah dan bagaimana mungkin saya menentang perintah Allah?” Subhanallah! Keren banget, kan?

Apalagi Otoritas Palestina malah menjaga Yahudi dan di satu sisi menyiksa dan membunuh warga Palestina yang ikhlas ingin merdeka dari penjajahan Yahudi. Setelah 15 hari dipenjara, dipaksa menandatangani lembar pernyataan untuk tunduk pada otoritas Palestina yang pro Yahudi, juga diinterogasi habis-habisan, akhirnya, buah takwallah pun didapat oleh pemuda tersebut. Muhammad akhirnya dibawa ke sebuah kota yang nggak dikenal sama dia, lalu ia dilepas begitu saja oleh petugas. Cengo abis deh! Uang nggak ada, pengen balik ke rumah juga nggak tahu arah, naek angkot juga kudu bayar (emang ada angkot di Palestina, Neng?). Akhir cerita, dia ketemu orang baek yang mau nganter dia balik ke rumahnya (wilayahnya sengaja nggak disebutin, sori).

Nah, kira-kira kita bisa nggak bakal setangguh pemuda Palestina itu? Kalo ketakwaan dia dijadikan indikator ketakwaan kita, dan ternyata kita masih dibawah dia… beuh, kalah tangguh tuh kita, Bro! Padahal dia dan kita sama-sama manusia, ciptaan Allah Swt., bukan makhluk tanpa dosa dan dilengkapi hawa nafsu pula.

Finally…

Iman adalah senjata kekuatan bagi Islam. Jadi, kalo cuma ngakunya Islam tapi kekuatan imannya nggak ada penampakan, percaya deh, ketakwaan kita berada pada level paling bawah, krisis lagi! Susahnya, kalo pengen beriman yang nggak setengah-setengah juga kudu siap dengan konsekuensinya. Siap ama segala tanggung jawab sebagai hamba Allah, siap melaksanakan kewajiban, siap dicibir jadi sok alim dll, dst. So, biarlah anjing menggonggong kafilah tetep berlalu! Just think about: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu.” (QS adz-Dzaariyaat [51]: 56)

Ketangguhan Muhammad, pemuda Palestina yang Ane ceritain tadi cukup menjadi contoh bukti ketakwaan seorang manusia kepada Allah. Jauh banget ama kita-kita yang kali aja pas UN ampe nekat berani beli soal dan lembar jawaban biar lulus, gengsi nutup aurat dengan sempurna biar nggak dituduh jadi teroris. Apalagi yang mikirnya fine-fine aja nggak ngerjain perintah Allah karena merasa masih muda, umur panjang, dan merasa belum saatnya buat jadi alim. Ckckck… Jauh banget dah. So, cepetan dah introspeksi diri. Siapa tahu besok ente dipanggil Allah, nah lho!

Bro en Sis, kalo sekarang kamu merasa kurang banget ngedapetin pembinaan keimanan, jangan gengsi dah! Panggil aja kru gaulislam ke sekolahmu (loh?). Iya, bisa kok. Kayak beberapa sekolah udah kerjasama dengan gaulislam. Atau kamu bisa dengerin siaran [klinik] gaulislam yang setiap pekan sekali ba’da shalat Shubuh (kalo di kota Bogor sih, pantengin aja di Radio KISI 93.4 FM).

Pren, kalo mo berubah memang perlu proses. Bisa cepet bisa lambat. Tergantung kamunya juga. Kalo udah berubah, dipertahankan perubahannya dan jangan lupa untuk tetep fastabiqul khairat alias berlomba-lomba dalam kebaikan Kadang ane bête juga nih, gara-gara isu teroris yang dituduhkan berasal dari Islam, orang-orang yang lagi proses berubah dan yang udah berubah jadi dipengaruhin macem-macem ama orang-orang di sekitarnya. Akhirnya mereka pun jadi mundur satu-persatu dan berguguran. Ane juga punya temen yang mempertahankan jilbab (baju jubah)nya untuk keluar rumah terus diplorotin ama nyokapnya gara-gara isu teroris ini. Bahkan ada yang ampe digebukin bokapnya gara-gara cuma mo ikut pengajian. Sebel banget dah! Tapi teteplah bertahan. Inilah ujian bagi orang-orang yang bertakwa. Doakan para ortu kita, keluarga juga guru-guru kita semoga mereka dibukakan hatinya oleh Allah agar nggak dibutakan oleh syaithan dan dimudahkan oleh Allah untuk memahamkan mereka akan syariat-Nya. Amin ya rabbal’alamin.

Buat pihak sekolah juga ortu, semoga sadar bahwa selama ini negara nggak menjaga dan melindungi akidah rakyatnya dengan menyeluruh. Kita semua kan pengen masuk surga. So, Ane menyarankan untuk benar-benar berdiskusi dengan orang-orang yang Aanda percaya untuk membina keimanan dan ketakwaan remaja agar pembinaan yang dijalankan nggak bertentangan dengan al-Quran dan as-Sunnah. Bebas dari paham kufur seperti sekularisme, pluralisme dan liberalisme. Ngobrol dulu, jangan maen percaya aja ama media massa, lagian tuh orang yang ditembak mati belum tentu teroris. Gimana bisa kita yakin mereka teroris, wong langsung ditembak mati. Harusnya tangkep dulu, adili, dan tanya kenapa berbuat begitu, dari mana sejantaranya, dan siapa dalangnya. Ssst.. jangan-jangan kalo digituin ketahuan deh dalang sesungguhnya, karena isu terorisme yang selama ini dihembuskan memang demi kepentingan negara penjajah, yakni Amerika. Weleh-weleh!

Yup, bertakwalah sampe akhir. Til the end of ur life! Allahu Akbar!

- Diantara Dua Pilihan -


Di Antara Dua Pilihan

Jika seseorang ditanya: mau masuk surga atau neraka; mau pahala atau siksa? Tentu semuanya mau masuk surga dan meraih pahala. Mungkin hanya orang bodoh yang ingin masuk neraka dan mendapatkan siksa.

Namun, sadarkah kita, keinginan masuk surga dan meraih pahala sering hanya dusta belaka? Bukankah sering keinginan itu hanya ada di lisan kita, tidak benar-benar berasal dari lubuk hati kita dan termanifestasikan dalam amal-amal kita? Buktinya, tak sedikit orang justru melakukan amal-amal yang menjauhkan diri mereka dari kemungkinan masuk surga dan meraih pahala. Mereka malah makin mendekatkan dirinya ke neraka dan 'memilih' siksa. Di mulut mereka sangat ingin masuk surga dan enggan masuk neraka. Namun kenyataannya, mereka enggan menunaikan shalat, tak mau melaksanakan kewajiban menuntut ilmu, tidak berbakti kepada orang tua, malas berdakwah, cuek terhadap kemungkaran, dll. Semua itu pasti akan menjaukan diri mereka dari surga dan malah bisa menjerumuskan mereka ke dalam neraka. Di lisan, mereka ingin pahala dan tak mau disiksa. Namun kenyataannya, mereka suka berbohong, berakhlak buruk, berlaku sombong dan merendahkan orang lain, memamerkan aurat, berzina, korupsi, memakan riba, mendzalimi orang lain, dll. Semua itu pasti mengundang siksa dan menjauhkan mereka dari pahala.

Maka dari itu, tentu benar sabda Baginda Nabi SAW, sebagaimana dituturkan Abu Hurairah ra., "Seluruh umatku akan masuk surga, kecuali yang enggan." Para Sahabat heran, bagaimana mungkin ada orang yang enggan masuk surga? Tentu tidak masuk akal! Karena itu, mereka kemudian bertanya, "Ya Rasulullah, siapakah yang enggan masuk surga?" Baginda menjawab, "Mereka yang menaatiku pasti bakal masuk surga. Sebaliknya, mereka yang tidak mau mengikutiku, itulah yang enggan masuk surga." (HR Bukhari dan Ahmad).

Pertanyaannya: Lebih banyak mana, yang mengikuti Rasulullah SAW atau yang menyimpang bahkan meninggalkan jalan beliau? Tentu lebih banyak yang terakhir. Artinya, sadar atau tidak, kebanyakan manusia ternyata 'memilih' neraka ketimbang surga.

*****

Jika seseorang ditanya: pilih mana, melakukan amar makruf nahi mungkar atau mendapatkan azab Allah SWT? Tentu semua orang akan memilih yang pertama, tak akan ada yang memilih yang kedua. Mungkin hanya orang yang kurang akal alias tak waras yang memilih yang kedua dan enggan memilih yang pertama. Namun, lagi-lagi, sadarkah kita, pilihan itu pun sering bohong belaka? Bukankah sering pilihan itu pun hanya ada di bibir kita, tidak benar-benar berasal dari kalbu kita, juga tidak benar-benar mewujud dalam amal-amal kita? Buktinya, banyak di antara kita yang enggan melakukan amar makruf nahi mungkar; bahkan tak sedikit yang malah menjadi pelaku kemungkaran itu sendiri dan tidak banyak melakukan kemakrufan. Jika itu yang dilakukan, sadar atau tidak, mereka sesungguhnya sudah menjatuhkan pilihan pada yang kedua: azab! Sebab, Baginda Rasulullah SAW sebagaimana dituturkan Hudzaifah bin al-Yaman, tegas menyatakan, "Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian melakukan amar makruf nahi mungkar atau (memilih agar) Allah SWT menimpakan azab atas kalian, lalu kalian berdoa kepada-Nya, sementara Dia tidak mengabulkan doa kalian." (HR Bukhari dan Ahmad).

Secara tersirat, pilihan untuk memilih antara amar makruf nahi mungkar dan azab Allah SWT juga disampaikan oleh Allah dalam hadis qudsi-Nya, saat Baginda Rasulullah SAW berkhutbah, "Hai manusia, sesungguhnya Allah SWT telah berfirman: Suruhlah manusia berbuat baik dan cegahlah mereka dari berbuat mungkar sebelum datang masanya kepada kalian ketika kalian berdoa kepada-Ku, tetapi Aku tidak mengabulkan doa kalian; kalian meminta kepada-Ku, tetapi Aku tidak memberi kalian; dan kalian memohon pertolongan kepada-Ku, tetapi aku tidak menolong kalian." (HR Ibn Majah dan Ibn Hibban, dalam kitab At-Targhîb).

Dalam kitab tafsir Durr al-Mantsur, Imam as-Suyuthi menukil sebuah hadits senada dari penuturan Hudzaifah ra., bahwa Nabi SAW juga bersabda seraya bersumpah, "Tetaplah kalian menyuruh manusia berbuat baik dan mencegah mereka dari berbuat mungkar. Jika tidak, Allah pasti akan menurunkan azab yang pedih kepada kalian dan doa kalian tidak akan Dia kabulkan." (HR at-Tirmidzi).

Banyak hadits yang serupa, yang intinya 'memaksa' kita untuk memilih: amar makruf nahi mungkar atau azab Allah SWT. Dalam hal ini, tidak ada pilihan ketiga, 'jalan tengah', ataupun sikap 'netral' alias tidak memilih.

Pertanyaannya: manakah saat ini yang lebih banyak dipilih manusia, amar makruf nahi mungkar ataukah azab Allah SWT? Kenyataannya, diakui atau tidak, kebanyakan manusia meninggalkan amar makruf nahi mungkar, bahkan menjadi pelaku kemungkaran itu sendiri dan tidak banyak berbuat kemakrufan. Artinya, kebanyakan mereka ternyata 'memilih' azab! Na'ûdzu billâh min dzâlik!.

Raih Amal Shalih, sebarkan informasi ini !

Silahkan beri komentar !

Minggu, 28 November 2010

:: Berdoa Kembali ::


"Duhai ALLAH aku mengharap rahmat dan karuniaMu maka jangan Engkau (serah) kan segala urusan kepadaku meski hanya sekejap matapun"...ALLAHumma amiiin... Dan janjiMu adalah benar, syurgaMu adalah benar, nerakaMu adalah benar, kitabMu adalah benar, RosulMu adalah benar, azabMu adalah benar.
Duhai ALLAH, kembalikan aku dalam keadaan khusnul khotimah, ampuni dosaku Al-Goffur... ampuni atas sedikitnya pengetahuanku, dan pengetahuan orang lain terhadap diriku... Duhai ALLAH, dekatlah aku padaMu dalam kuat dan lemahku, dalam luas dan sempitku, dalam tangis dan senyumku...banyakkkan aku dalam mengingatku... Rabb, jadikan aku, kedua orang tuaku dan keluargaqu adalah hamba2Mu yang tawaduq kepadaMu hingga kami pantas mendapatkan ridhaMu ya Rohiim.. pertemukan kami kembali di JannaHMu ya ALLAH... Rabb sungguh Engkaulah pelindung kami, berikan yang terbaik untuk wajah-wajah cintaku ya ALLAH, sayangi terlebih ibu dan Bapakku... Rabb, aku mencintai ayah dan bunda karenaMu,,, jagalah mereka duhai Al-Waduud dalam besar dan indahNya cintaqu...

:: Mengatasi Gundahnya Hati, Astagfirullahaladzim... ::


Handsome Yusuf r.a cried, Allah is enough for me!
Every night brings a new day, Allah alleviates all pain
Everything has its end, Allah is enough for me!
Everything has its end, Allah is enough for me!
(Syair Nasheed “Allah is enough for me” by Zain Bhikha)

Hati adalah kekuatan inti manusia. Dia adalah sekerat daging yang mampu mengalahkan kekuatan jasad seperti yang dikatakan Rasulullah Saw : “Ingatlah bahwa dalam jasad ada sekerat daging, jika ia baik, maka baiklah jasad seluruhnya; jika ia rusak, maka rusaklah jasad seluruhnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Imam Bukhari dan Muslim). Hadits ini menunjukkan betapa pentingnya posisi hati dalam tubuh manusia, tidak hanya sekedar daging tetapi juga penentu aqidah, penentu budi pekerti dan penentu keputusan terbesar seperti yang dijelaskan dalam sebuah hadits Arbain Nawawiyah bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda “Mintalah fatwamu kepada hatimu sendiri. Kebaikan adalah apa-apa yang menentramkan jiwa dan hati, sedangkan dosa adalah apa-apa yang mengusik jiwa dan meragukan hati, meskipun orang-orang memberi fatwa yang membenarkanmu.” (H.R Imam Ahmad bin Hambal dan Imam Ad-Darani).

Berdasarkan penjelasan hadits kedua diatas maka tak dapat dipungkiri lagi bahwa hati ibarat petunjuk kebaikan selama hati kita masih suci dan bersih dan juga bisa jadi sebagai petunjuk kejahatan ketika hati kita sudah ternoda dengan dosa dan maksiat. Sebab hati pun memiliki beberapa penggolongan yaitu hati yang bersih atau suci, hati yang sakit dan hati yang jahat dan hanya hati yang bersih yang mampu memberikan petunjuk yang benar. Secara sunnatullah sifat hati selalu berbolak-balik yang mana sesuai sifat dasar manusia yang sering khilaf. Akibatnya hati kadang-kadang menjadi tenang, nyaman, yakin, percaya akan Allah, dan stabil tapi kadang-kadang pula dia menjadi terbalik; menjadi liar, gelisah, gundah, resah, tidak nyaman dan tidak stabil. Inilah kombinasi hati manusia.

Kegundahan hati yang disebabkan oleh problematika hidup yang penuh dengan konflik, persoalan dan tantangan bisa menyebabkan hati kehilangan cahaya-Nya dan nurani kebaikan sehingga perlu segera ditemukan terapinya. Olehnya Allah yang Maha Ar-Rahman dan Ar-Rahim telah memberikan solusi-solusi kegundahan hati dengan obat mujarab yaitu Al-Quran Karim. Salah satu firman-Nya “Inilah adalah Al-Quran yang Kami turunkan kepadamu (Muhammad) agar engkau dapat mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya terang benderang dengan seizin Allah menuju jalan Allah yang Maha Perkasa dan Maha Terpuji.” (Q.S Ibrahim: 1). Banyak ayat-ayat Al-Quran yang dapat dijadikan terapi kegundahan hati, sebagai obat pelipur jiwa dan penenang kalbu, berikut beberapa petikannya :

KENAPA AKU DIUJI?

Surat Al-Ankabut: 2-3

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan (saja) hanya dengan mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?Dan sesungguhnya, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia pasti mengetahui orang-orang yang dusta.”

KENAPA AKU TIDAK MENDAPATKAN APA YANG AKUIDAM-IDAMKAN?

Surah Al-Baqarah ayat 216

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”

KENAPA UJIAN SEBERAT INI?

Surah Al-Baqarah ayat 286

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”

BAGAIMANA MENYIKAPI RASA FRUSTASI?

Surah Al-Imran ayat 139

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”

SUNGGUH, AKU TAK DAPAT BERTAHAN LAGI…!!!!!

Surah Yusuf ayat 12
“Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan orang-orang yang kafir.”

BAGAIMANA AKU HARUS MENGHADAPI PERSOALAN HIDUP ?

Surah Al-Imran ayat 200
“Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.”

APA SOLUSINYA?

Surah Al-Baqarah ayat 45-46
”Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan (shalat) itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, (yaitu) mereka yang yakin, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.”

SIAPA YANG MENOLONG DAN MELINDUNGIKU?

Surah Ali Imran: 173
“Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.”

KEPADA SIAPA AKU BERHARAP?

Surah At-Taubah ayat 129
“Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Ilah selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy (singgasana) yang agung.”

APA BALASAN ATAU HIKMAH DARI SEMUA INI?

Surah At-Taubah ayat 111
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.”

semua orang yang beriman berharap menjadi golongan orang-orang yang dicintai oleh Allah SWT. Dan Allah mengabarkan kepada hamba-Nya bahwa golongan yang mendapatkan kecintaan-Nya adalah orang-orang yang sabar terhadap ujian dan cobaan dari-Nya. Sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya.

..Cita cita sederhanaku..


"Ketika cita-cita sesederhana menjadi seorang ibu rumah tangga biasa menjadi begitu langka dan sulit sekali terlaksana.. Ketika begitu sedikit dari mereka yang bercita-cita jadi ibu rumah tangga seutuhnya.. Maka dengan seizin-Mu Yaa Rabb.. Perkenankanlah saya menjadi bagian dari yang sedikit itu.. Amiin."

Ketika menulis catatan ini saya adalah seorang remaja yang berada dalam masa peralihannya menjadi seorang wanita dewasa, sedang menuntaskan tugas akhirnya di sebuah perguruan tinggi swasta kelas karyawan dan tinggal selangkah lagi menjadi sarjana.

Seorang wanita yang berada pada masa gemilangnya dalam meniti karir, bekerja di tempat yang baik dengan penghasilan yang sangat baik, anak perempuan yang membanggakan, kakak yang walaupun tidak terang-terangan dinantikan tetapi selalu dirindukan dan menjadi panutan, sahabat yang hangat, teman yang menyenangkan, rekan kerja yang walaupun sering datang terlambat, tetapi selalu dimaafkan karena rajin membawa makanan..

Entah semua itu benar adanya atau tidak. Yang jelas saya selalu percaya pada insting dan bagaimana cara hati membawa saya untuk merasa.
Sepintas, semua yang saya miliki, kehidupan saya yang nyaris begitu sempurna, adalah apa yang sebagian perempuan zaman sekarang impikan. Karir, pendidikan, keluarga, teman. Saya amat sangat bersyukur dengan keadaan saya. Semua yang Allah titipkan pada saya sekarang adalah apa yang dahulu pernah saya cita-citakan.

Alhamdulillah.. Allah memberikan kesempatan untuk merasakan dan membimbing bagaimana harus menyikapi begitu banyak cita-cita yang terlaksana menjadi nyata ini dengan baik dan bijaksana. Saya jadi teringat kutipan dari seorang ustazah, "Muslimah yang berjuang dalam kebaikan adalah mereka yang selalu to be continued.. berkelanjutan dan terus menerus..."
Kemudian saya dihadapkan pada sebuah pertanyaan sederhana, “Apa cita-cita saya berikutnya?"
Di sinilah, di usia saya yang masih belum genap dua puluh dua tahun, saya merasa jadi lebih tua karena sepertiga partisi dari otak saya didominasi sesuatu yang sedang saya pertimbangkan untuk menjadi cita-cita saya di masa yang akan datang. Menjadi seorang ibu rumah tangga saja. Sederhana.
Sepertinya mudah, tetapi entah dari sudut pandang mana saya menilainya, sekedar membayangkannya saja sulit sekali rasanya. Padahal pada hakikatnya, rumah tangga adalah ladang pahala yang sangat luas bagi seorang wanita.

Semuanya tidak lagi membanggakan ketika memiliki cita-cita menjadi ibu rumah tangga biasa dan seutuhnya mengabdikan diri kepada keluarga saja. Saya butuh waktu yang cukup lama untuk menimbang, malah bimbang, bahkan gamang.

Pelan-pelan mimpi itu bergumul dalam pikiran saya. Menyediakan bekal untuk suami tercinta, memberikan rumah yang bersih dan nyaman sepulangnya, pakaian yang bersih, wangi, dan tersetrika rapi. Betapa membahagiakannya bila saya bisa mengerjakannya sendiri, tanpa bergantung pada si "Mbak" (pembantu-red). Sungguh saya tidak bisa membayangkan bagaimana saya akan cemburu jika suami lebih menyukai dan menikmati masakan si "Mbak".
Kemudian ... menjaga calon buah hati kami, membekalinya dengan gizi dan pendidikan yang baik bahkan jauh sebelum kelahirannya, mengenalkannya pada rangkaian hijaiyah, membacakannya cerita, mengobrol dengannya, ikut membangunkannya di waktu subuh. Saya tidak ingin kehilangan moment-moment penting dalam sembilan bulan itu.
Tidak ingin menyia-nyiakan dan membiarkannya berlalu begitu saja karena kesibukan saya bekerja. Saya tidak ingin hanya disibukkan mempersiapkan popok, baju, dan alas tidurnya. Saya ingin sibuk mempersiapkan kesiapannya menjadi seorang manusia.

Dan ketika Allah mengizinkan ia lahir ke dunia, betapa tidak inginnya cuti tiga bulan yang diberikan perusahaan kepada saya membatasi kebahagiaan saya. Saya tidak ingin rutinitas menyusuinya, memandikan, mengganti popoknya, berlangsung rutin hanya dalam tiga bulan saja. Saya tidak ingin kehilangan 8 jam dalam sehari dengan tidak melihat ia tumbuh besar dan pintar. Saya tidak ingin kehilangan menyaksikan langkah pertamanya.

Namun dengan intensitas yang sama, kekhawatiran yang lain juga hadir menyertainya. Bagaimana jika kelak saya berjodoh dengan seseorang yang biasa saja? Bukan mereka yang berpenghasilan “wah” tiap bulannya? Biaya perlengkapan anak, susu, dan pendidikan zaman sekarang kan mahal?
Lantas bagaimana dengan kehidupan sosial yang saya tinggal di luar sana? Lantas bagaimana jika (Naudzubillahi Min Dzaalika) suami yang saya tercinta berpulang ke rahmatullah di waktu yang tidak saya duga sebelumnya, sedangkan saya harus menggantikannya sebagai kepala keluarga?
No Execuse!! Allah telah menentukan dan mengatur jodoh, rezeki, dan maut bagi tiap-tiap kita. Banyak cara untuk mengupayakan rezeki yang disebar-Nya di seluruh muka bumi ini. Niat yang baik akan beriring dengan hasil yang baik, Insya Allah.

Rumah adalah sekolah dan madrasah paling murah bagi anak-anak kita, dan baik tidaknya kualitas pendidikan yang mereka terima itu bergantung pada kita, orang tua mereka. Maka bersemangatlah, Allah menghadirkan masalah berpasangan dengan solusinya. Pasti.

"Semoga Allah memberikan kemantapan hati jika cita-cita itu bukan sesuatu yang salah, menjadikannya tidak sebatas pada keinginan, tetapi juga kebutuhan. Semoga Allah memperkenankan cita-cita sederhana saya menjadi nyata, meridainya dan menjadikannya jalan terbaik yang dipilihkan-Nya untuk saya, memberi kemudahan bagi kami untuk melalui aral-melintangnya. Percaya bahwa Allah akan menjaga dan memelihara apa yang menjadi kepunyaan-Nya. Percaya bahwa berkarya menjemput rezeki-Nya bisa dimana saja. Percaya bahwa tidak ada sandaran hidup yang lebih baik selain Allah."

Ketika cita-cita sederhana ini menjadi tidak sederhana, maka pada pintuMu ya Rabbi kami mengetuk. Jagalah izzah kami sebagai muslimah, sebaik-baik muslimah. Yang akan menjadi penyejuk pandangan belahan hati kami. Mampu menjadi wanita yang kuat dibalik dia lelaki hebat yang Engkau pilihkan sebagai imam kami dan untuk mereka buah cinta kami yang kau titipkan sebagai cahaya hidup dan mati kami.

ALLAHumma amiin.....

- Semua Karena Cinta -


Ya Rabb..
Hamba-Mu yang melarikan diri telah kembali ke pintu-Mu..
Hamba-Mu yang telah berbuat maksiat telah kembali kepada perbaikan..
Hamba-Mu yang telah berdosa telah datang kepada-Mu dengan memohon maaf..
Maafkanlah aku dengan segala Kemurahan-Mu..
Terimalah permohonanku dengan keutamaan-Mu dan pandanglah aku dengan RahmatMu..

Ya Rabb..

Ampunilah dosa-dosaku yang telah lampau dan peliharalah sisa-sisa umurku..
Sesungguhnya kebaikan ada dalam kekuasaan-Mu dan engkau maha Pengasih dan Penyayang terhadap kami..

Di jalan ini, kita mencari ridha Allah swt, kita melangkah untuk meraih surga Allah swt, surga yang luasnya melebihi keluasan langit dan bumi..

Kita ingin meminang surga yang menjadi puncak dari rangkaian mimpi-mimpi kita, di mana kita ingin memperoleh ridha-Nya, cinta-Nya, yang menyebabkan kemenangan dunia dan akhirat..

Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran (QS. Al’Ashr:1-3)

Entah sudah seberapa jauh atau tambah menjauh diri ini dari-Mu Ya Rabb..

Ketika diri ini merasakan yang namanya 'cinta' sebuah kata yang sangat sederhana, namun dapat memberikan dampak yang sangat luar biasa bagi proses perjalanan hidup ini..

Berawal dari Cinta, diri ini menjauh dari-Mu, berawal dari pemaknaan cinta, kemaksitan itu bermula..

Sungguh sebuah kata sederhana yang telah membawa dampak yang sangat tidak sederhana bagi diri ini..
Atas nama cinta kita dapat merubah suatu hal yang “diharamkan”, menjadi suatu hal yang “dihalalkan” menurut kita,..atas nama cinta diri ini memaklumi setiap hal yang dilakukan, bahwa ini merupakan suatu proses guna mendapatkan cinta yang sejati buat diri ini..

Ketika diri ini berbicara atas nama cinta, ketika ruhani ini ringkih karena cinta..


Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak[186] dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (QS. Ali ‘Imran:14)

Apakah kau masih ingin berbicara atas nama cinta, ketika Allah swt telah mengingatkan kita, melalui Surat Cinta-Nya, yang dijadikan pedoman hidup bagi kita dalam menjalani kehidupan di dunia ini..

Penafsiran Cinta yang telah membuat diri ini menjauh dari-Mu Ya Rabb, Cinta yang telah membuat diri ini bermaksiat pada-Mu, Cinta yang telah membuat diri ini berdosa pada-Mu, entah sudah berapa banyak kesalahan dan kekhilafan yang telah dilakukan diri ini, hanya karena cinta..


Bahagia diri ini ketika memiliki cinta yang telah dipuja, dicari, dan bahkan dikejar, kemana pun cinta itu pergi dan berada, indah terasa ketika cinta masuk dan memenuhi relung hati kita, hingga hati pun tak dapat lagi membedakan mana yang ”haram” untuk diri ini, dan mana yang “halal” untuk diri ini dan karena cinta kita lupa pada-Nya..


Sesungguhnya Kebahagiaan itu adalah Anda hidup untuk fikrah kebenaran yang lahir dari aqidah yang sangat agung dengan kesadaran yang lurus, dari mana aku datang, ke mana aku akan pergi, untuk apa aku diciptakan dan apakah aku akan kembali. Aqidah akan menyebar ke dalam jiwa yang yakin, ia akan mengajarkan pemikiran yang lurus, menciptakan akhlaq yang terpuji dan ia mendatangkan manhaj yang benar. Kematangan aqidah bagi orang-orang yang bahagia merupakan asas dan sendi. Barang siapa yang hidup dengan memikul aqidah dan mengumandangkan sebutannya, Maka dialah orang yang berbahagia ” (DR. Yusuf Qardhawi)

Apakah kau masih akan terus, dan terus mengejar cinta, berbicara atas nama cinta, bahkan melupakan-Nya karena cinta?

Apakah tidak cukup, kesalahan, kekhilafan, kemaksiatan, dan kemudharatan yang kau timbulkan, karena cinta?

Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, (QS. Al Hujuraat:7)

Cahaya Hari Ini.......


Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. [QS. Al-Ahzab (33) : 33 ]


Selasa, 09 November 2010

Ya Ukhty, IKHWAN JUGA MANUSIA !!

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Disa’at seorang ikhwan baik-baik “menawarkan diri” kepada seorang akhwat untuk menikahinya, itu bukanlah hal mudah baginya. Ikhwan juga manusia!

Tentu si ikhwan sudah berfikir dan memperhitungkan sebaik-baiknya apa dampak positif dan negatifnya, bagaimana besarnya maslahat dan mudhorotnya. Apakah Alloh ‘Azza wa Jalla meridhoi langkah-langkahnya atau justru Alloh ‘Azza wa Jalla murka dengan langkah yang dia ambil.

Sepatutnya ia harus berfikir terlebih dahulu, bagaimana ia harus bersikap jika proposalnya di tolak dan bagaimana ia harus bersikap bila proposalnya di terima. Begitulah seharusnya seorang calon Imam mengambil langkah.

Bila ikhtiar dan doa telah dilakukan, maka sepatutnyalah ia menyandarkan diri kepada Alloh Ta’ala, dan menyerahkan segala urusannya kepada-Nya semata.

Sebagaimana disepakati oleh al-Bukhari muslim telah diriwayatkan, dimana Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam bersabda:

Sungguh menakjubkan keadaan orang mukmin itu. Alloh tidak menetapkan suatu keputusan baginya melainkan keputusan itu adalah baik baginya. Jika ditimpa kesusahan, maka ia akan bersabar, dan yang demikian itu lebih baik baginya. Jika mendapatkan kesenangan, maka dia akan bersyukur, maka yang demikian itu adalah baik baginya. Dan hal tersebut tidak akan menjadi milik seorang pun kecuali orang mukmin.” (HR. Muslim no.2999. Dari Shuhain rodhiyalloohu’anhu)

Seorang ikhwan baik-baik akan menawarkan dirinya secara baik-baik pula. Tidak akan melakukan hal-hal yang sekiranya dapat melukai hati seorang akhwat dan mendatangkan murka Alloh Subhanahu wa Ta’ala.

Bukan dengan cara-cara yang tercela dan dilarang oleh syaria’t islam yang mulia. Karena ikhwan baik-baik tahu bagaimana harus memperlakukan seorang akhwat.

Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam bersabda:

Barangsiapa yang beriman kepada Alloh dan hari Akhir, janganlah ia menyakiti tetangganya. Berwasiatlah kepada wanita yang baik. Sebab, mereka diciptakan dari tulang rusuk dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atasnya. Jika engkau meluruskannya, engkau akan mematahkannya. Dan jika engkau membiarkannya, ia akan bengkok. Oleh karena itu, berwasiatlah kepada wanita dengan baik.” (Hadist shohih : Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no.5185-5186) dan Muslim (no.1468 (62)), dari Abu Hurairoh rodhiyalloohu’anhu)

Dalam riwayat Tirmidzi, Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam bersabda:

Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya. Dan orang yang paling baik diantara kalian adalah orang yang paling baik terhadap kaum wanitanya (istri, saudara wanita atau anak-anak wanita

Dan ikhwan yang baik-baik akan sangat berHATI-HATI dalam membawa HATI serta memikat HATI, karena ketakutannya dengan murka Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Dan Alloh Ta’ala memuji orang-orang yang takut didalam Kitab-Nya dan menyanjung mereka.

Sesungguhnya orang-orang yg BERHATI-HATI karena takut akan (adzab) Robb mereka, dan orang2 yang beriman terhadap ayat-ayat Robb mereka, dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Robb mereka (sesuatu apapun), dan orang-orang yg memberikan apa yg telah mereka berikan, dengan HATI YANG TAKUT, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Robb mereka, mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” (QS. Al-Mukminun : 57-61)

Sesungguhnya ikhwan baik-baik yang menjaga Alloh dalam setiap hembusan nafasnya, akan memiliki tiga pilar sentral, yaitu Mahabbah (Cinta), Khauf (Takut) dan Roja’ (Harap) didalam hatinya.

Sebagaimana firman-Nya:

Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Alloh” (QS. Al-Baqoroh : 165)

Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan HARAP dan CEMAS. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya’ : 90)

Mereka tidak mengedepankan hawa nafsu dan syetan. Mereka memiliki visi dan misi untuk selalu memperoleh ridho Alloh Ta’ala, dengan mencari kebenaran yang tak henti-hentinya dan senantiasa ada taubat disetiap hembusan nafasnya.

Ya ukhty, KETAHUILAH DAN INGATLAH!!!

Bahwa mereka tidak akan pernah mencapai tingkat kesempurnaan, karena mereka juga manusia, sama hal-nya seperti antunna. Tak akan ada yang mampu menyerupai ummul mukminin Khodijah binti Khuwailid.

Sebagaimana Rosulullooh Sholalloohu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

Sebaik-baik wanita ialah Maryam binti Imron. Sebaik-baik wanita ialah Khodijah binti Khuwailid. (HR Muslim dari Ali bin Abu Thalib radiyallahu ‘anhu).

Tapi yang harus diperhatikan adalah “adakah didalam dirinya semangat untuk bertaubat dan memperbaiki diri dengan cara yang benar?”

Karena begitu banyak orang lain menginginkan kebenaran, tapi caranya salah! Sebagaimana Ibnu Mas’ud berkata: “Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan tapi tidak benar caranya!”Sesungguhnya Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam bersabda: ‘Nanti akan ada kaum yang membaca al-Qur’an tidak melewati tenggorokan mereka!”
Untuk mengetahui hal ini, maka dapat dibuktikan dengan “pola berfikirnya”, apakah dia tunduk kepada Kitabulloh, Sunnah Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam & Sunnah Khulafaur Rasyidin atau justru tunduk kepada HAWA NAFSUnya dan syetan???

Jika akal tunduk kepada hawa nafsu & syetan, bukan termaksudkan nafsu syahwat saja, namun bagaimana dia mengedepankan hawa nafsunya dalam mencari kebenaran.

Disinilah letak awal “siapa dia”.

Begitu banyak ikhwan lulusan pesantren-pesantren, tapi begitu banyak pula yang hasilnya bermain dengan hawa nafsu dan mengikuti perkembangan zaman.

Sehingga, terjadilah penolakan-penolakan terhadap sebagian firman-firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan sabda-sabda Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam karena dianggapnya tidak sesuai dengan zaman saat ini. Na’udzu billah min zalik.

Mereka lupa atau pura-pura lupa… bahwa ISLAM SUDAH SEMPURNA dan Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam telah bersabda:

Sungguh, aku tinggalkan kalian diatas ISLAM yang putih bersih, malamnya seperti siangnya. Tidaklah berpaling dari ISLAM yang putih bersih ini sepeninggalku, melainkan akan BINASA.” (HR. Ibnu Abi’Ashim & Ibnu Majah)

Begitukah taubat dan memperbaiki diri yang benar???
Menurut penulis, hidup bersama orang seperti itu adalah hal yang paling menakutkan.

Sebaliknya, walaupun kenyataannya lebih banyak laki-laki yang gila dunia dan lupa Sang Khalik (penyakit wahn, cinta dunia dan takut mati). Tapi diantara mereka, ada laki-laki biasa.

Dia tidak pernah mengikuti pesantren atau sekolah Islam lainnya, tapi memiliki keinginan untuk senantiasa bertaubat dan memperbaiki diri dengan menundukkan akal-nya kepada Kitabulloh, Sunnah Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam & Sunnah Khulafaur Rasyidin.

Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam bersabda:

Sungguh ada beberapa kaum bila mereka banyak berbuat kesalahan-kesalahan, maka mereka bercita-cita menjadi orang-orang yang Alloh ‘Azza wa Jalla akan mengganti kesalahan-kesalahan mereka dengan kebajikan” (Hadist hasan riwayat al-Hakim (IV/252), dari Shahabat Abu Hurairoh)

Maka menurut antunna, mana yang lebih baik diantara mereka yang telah disebutkan diatas?

Jawabnya adalah berdasarkan sabda Rosulullooh Shollalloohu ‘alaihi wa Sallam:

Setiap anak Adam banyak berbuat salah dan sebaik-baik orang yang banyak berbuat kesalahan adalah yang banyak bertaubat” (HR. Ahmad,at-Tirmidzi, Ibnu Majah & al-Hakim)

Mengapa dengan taubat?

Karena TAUBAT adalah langkah pasti untuk menuju istiqomah dan menyongsong HIDAYAH ALLOH Ta’ala, menjauhkan diri dari ketergelinciran dan kenistaan.

Ia adalah pintu kehormatan yang dibuka bagi para pendosa untuk kembali tanpa DITUNDA-TUNDA.

Sesungguhnya taubat disisi Alloh hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima ALLOH taubatnya, dan Alloh Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisa : 17)

Orang yang bertaubat kepada Alloh ialah orang yang kembali dari perbuatan maksiat menuju perbuatan TA’AT.
Imam Ibnu Qoyyim al-jauziyyah rohimahullooh mengatakan:

Taubat merupakan awal persinggahan, pertengahan dan akhir perjalanan hidup. Seorang hamba yang sedang mengadakan perjalanan menuju Alloh Ta’ala tidak boleh lepas dari taubat hingga ajal menjemputnya. Taubat merupakan awal langkah seorang hamba kepada Alloh dan kesudahannya. Dan kebutuhan seorang hamba terhadap taubat diakhir hayatnya teramat penting dan sangat mendesak. Sebagaimana juga taubat dibutuhkan di awal perjalanan hidup seorang hamba.” (Madaarijus Saalikiin (I/98).

Itulah titik awal yang harus diperhatikan untukmu duhai Ukhty. Karena Alloh Ta’ala sangat mencintai orang-orang yang bertaubat.

Sebagaimana firman-Nya:

Sesungguhnya Alloh menyukai orang-orang yang TAUBAT dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqoroh: 222)

Maka, selayaknyalah kita turut mencintai orang-orang yang senantiasa bertaubat dan memperbaiki diri. Bukan begitu?!? Dan tentu saja, untuk itu dibutuhkan ILMU.

Maka terus meneruslah berada di majelis ilmu untuk menuntut ILMU. Karena menuntut ilmu syar’i hukumnya WAJIB! Dan Taubat adalah kewajiban seumur hidup!

Ukhtyfillah yang dirahmati Alloh Subhanahu wa Ta’ala, jika engkau menginginkan ikhwan baik-baik untuk mengkhitbahmu, maka sebagaimana dirimu, si ikhwan pun dianjurkan untuk mencari akhwat baik-baik.

Yang harus menjadi instropeksi diri adalah “apakah diri ini sudah menjadi akhwat baik-baik?” Karenanya terus meneruslah kita bertaubat dan memperbaiki diri dengan ILMU, Alloh Ta’ala berfirman:

Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula). Sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula)…” (QS. An-Nuur :26)

Ya ukhty,langkah selanjutnya ketika laki-laki baik-baik datang untuk mengkhitbahmu, maka perhatikanlah sabda Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam berikut:

Jika datang kepada kalian seseorang yang kalian ridhoi agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia (dengan anak kalian). Jika tidak, maka akan terjadi fitnah dibumi dan kerusakan yang besar.”

Masalahnya sekarang adalah kebanyakan akhwat masih LEBIH mempermasalahkan HARTA dibandingkan dengan AGAMA. Pengaruh materialisme telah banyak menimpa para akhwat dan orang tuanya.

Tidak sedikit dari mereka, pada zaman sekarang ini, yang selalu menitikberatkan pada kriteria banyaknya harta, keseimbangan kedudukan, status sosial dan keturunan saja dalam memilih calon jodohnya.

Masalah kufu’ (sederajat, sepadan) hanya diukur berdasarkan materi dan harta saja. Sementara pertimbangan agama tidak mendapat perhatian yang serius.

Padahal, Islam sangat memperhatikan kafa-ah atau kesamaan, kesepadanan atau sederajat dalam hal pernikahan. Dengan adanya kesamaan antara kedua suami istri itu, maka usaha untuk mendirikan dan membina rumah tangga yang Islam, insya Alloh akan terwujud.

Tapi kafa-ah menurut Islam diukur dengan kualitas iman dan taqwa serta akhlak seseorang, bukan diukur dengan banyaknya harta, status social, keturunan, dan lain-lain.

Hendaklah seorang akhwat dan orang tuanya benar-benar waspada terhadap fitnah yang akan ditimbulkannya, karena diantara manusia ada yang terseret oleh kecintaannya yang berlebihan terhadap seorang akhwat sehingga ia berbuat durhaka kepada orang tua, memutuskan tali silaturahmi dan berbuat kerusakan dibumi, sehingga laknat Alloh menimpanya.

Dan yang paling banyak diantara manusia ada yang diseret oleh kecintaannya kepada seorang akhwat untuk mencari harta yang haram guna memenuhi kecintaannya dan memuaskan syahwatnya. Maka hendaklah seseorang berhati-hati terhadap fitnah wanita.

Tidak ada fitnah yang aku tinggalkan setelahku yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada fitnah wanita.” (Shahih, HR al-Bukhari (no.5096) dan Muslim (no.2740(97)), dr Shahabat Usamah bin Zaid rodhiyalloohu’anhu)

Sesungguhnya dunia ini manis dan indah. Dan sesungguhnya Alloh menguasakan kepada kalian untuk mengelola apa yang ada didalamnya, lalu Dia melihat bagaimana kalian berbuat. Oleh Karena itu, berhati-hatilah terhadap dunia dan wanita, karena fitnah yang pertama kali terjadi pada bani Israil adalah karena wanita” (Shahih, HR Muslim (no.2742 (99), dr Shahabat Abu Sa’id al-Khudri rodhiyalloohu’anhu)

Ya ukhty, sadarilah, bahwa kita adalah sumber fitnah yang paling utama. Sumber penyakit yang paling utama. Sadarilah, bahwa jika kita tidak mengekangnya, maka akan timbul kerusakan dimuka bumi ini…

Ukhty perhatikanlah sabda Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam berikut:

Sesungguhnya orang yang selalu melakukan kefasikan adalah penghuni Neraka.” Dikatakan, “Wahai Rosulullooh, siapakah yang selalu berbuat fasik itu?” Beliau menjawab,”Para wanita”. Seorang Shahabat bertanya,”Bukankah mereka itu ibu-ibu kita, saudara-saudari kita, dan isteri-isteri kita?” Beliau menjawab,”Benar. Akan tetapi apabila mereka diberi sesuatu, mereka bersyukur. Apabila mereka ditimpa ujian (musibah), mereka tidak sabar.” (Shahih, HR Ahmad (III/428,IV/604) dr Shahabat ‘Abdurrahman bin Syabl rodhiyalloohu’anhu.

Ukhty, mari kita jaga diri ini dari siksa api neraka… Jagalah Alloh Subhanahu wa Ta’ala, niscaya Alloh Ta’ala akan menjagamu. Jagalah Alloh, maka engkau akan mendapati-Nya dihadapanmu…

Ya ukhty, Jika memang kau masih bersih kukuh juga dengan masalah harta, jika kau masih juga mempermasalahkan harta…. Maka simaklah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala berikut:

Sesungguhnya HARTA dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan disisi Alloh-lah pahala yang besar.” (QS. At-Thoghoobun : 15)

Dalam kitab Ibnu Katsir dijelaskan, bahwa sesungguhnya harta dan anak itu akan menjadi bahan UJIAN DAN COBAAN dari Alloh Ta’ala bagi makhluk-Nya agar Dia mengetahui siapakah hamba-hamba-Nya yang taat dan yang durhaka kepada-Nya. Dan disisi Alloh pada hari Kiamat kelak adalah PAHALA YANG BESAR.

Maka ukhty, berhati-hatilah dengan syirik yang tak nampak, yaitu dosa yang lebih sulit (sangat samar) untuk dikenali daripada jejak semut yang merayap diatas batu hitam ditengah kegelapan malam.

Syirik yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. Syirik seperti ini adalah seperti syirik dalam ucapan (selain perkara keyakinan). Salah satu contoh yang sering kita jumpai adalah MENGGANTUNGKAN NASIB KEPADA MAKHLUK YANG TIDAK DAPAT BERBUAT APA- APA.

Lidah ini begitu mudahnya bersandar pada makhluk yang tidak mampu berbuat sedikitpun. Terlalu menggantungkan nasib kepada makhluk-Nya dengan memperhitungkan kemampuan manusia (PEKERJAAN & HARTA).

Ada sebagian akhwat yang beranggapan bahwa ‘dia tidak dapat hidup dengan laki-laki yang penghasilannya jauh dibawah dia. Tak tahukah engkau ya ukhty, bahwa:

Rosulullooh Shollalloohu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

Sesungguhnya Alloh adalah Pencipta semua pekerja dan pekerjaannya.” (HR. al-Hakim I/31-32, dan Majma’ az-Zawa’id VII/197)

Demi Alloh, bukan kuasa kita untuk memberikan rizki kepada diri kita maupun keluarga kita. Bukan pula kuasa itu karena kemampuan suami.

Alloh Ta’ala-lah yang berkuasa. Bahkan hembusan nafas kita-pun dikuasainya oleh-Nya. Lantas mengapa kita masih menyandarkan diri kepada selain Alloh Ta’ala?

Dan Allah jadikan bagimu dari diri-dirimu sendiri berupa isteri, lalu Dia jadikan bagimu dari isteri-isterimu berupa anak-anak dan cucu, dan Dia memberimu rezeki yang baik-baik.” (QS. An-Nahl : 72)

Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian (belum menikah) diantara kamu, dan orang-orang yang layak menikah dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah maha luas (pemberian-Nya) lagi maha mengetahui.” (QS An-Nur: 32)

Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam bersabda:

Carilah oleh kalian rizki dalam pernikahan (dalam kehidupan berkeluarga).“ (HR Imam Dailami dalam musnad Al Firdaus)

Ya ukhty, selayaknya bagimu untuk mempermudah ikhwan yang akan mempersuntingmu!!! Sungguh mereka juga manusia yang dapat dengan mudahnya tergoda oleh syetan dan hawa nafsu yang disebabkan oleh FITNAH yang paling utama, yaitu WANITA.

Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Nabi Shollalloohu’alaihi wa Sallam bersabda:

Sesungguhnya diantara kebaikan wanita adalah mudah meminangnya, mudah maharnya, dan mudah rahimnya.” (Hasan, HR. Ahmad (VI/77,91), Ibnu Hibban (no.1256-Al-Mawaarid) dan al-Hakim (II/181))

Sebaik-baik pernikahan ialah yang paling mudah” (Shahih, HR. Abu Dawud (no 2117), Ibnu Hibban (no.1262-al-Mawaarid), dan ath-Thobrani dlm Mu’jamul Ausath (I/221,no 724), dr ‘Uqbah bin ‘Amir rodhiyalloohu’anhu)

…Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut. Jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Alloh menjadikan kebaikan yang banyak padanya” (QS. An-Nisaa’:19)

Ya ukhty, rubahlah dirimu, semoga Alloh menganugerahi seorang Imam yang sholeh. Amin

Selamat berjihad!!!

Ya Alloh, sesungguhnya aku telah menzholimi diriku sendiri dengan kezholiman yang banyak dan tidak ada yang dapat mengampuni dosa melainkan hanya Engkau. Karena itu, ampunilah aku, dengan ampunan yang datang dari sisi-Mu dan rahmatilah aku, sesungguhnya Engkau adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (HR. Al-Bukhari no.834 dan Muslim no.2705 (48).

Ya Alloh, jadikanlah aku merasa qona’ah (merasa cukup, puas, rela) terhadap apa yang telah Engkau rizkikan kepadaku, dan berikanlah berkah kepadaku didalamnya dan gantikanlah bagiku semua yang hilang dariku dengan yang lebih baik.” (HR. Al-Hakim I/510 dan dishahihkan serta disepakati oleh adz-Dzahabi, dari Ibnu ‘Abbas rodhiyalloohu’anhuma)

Ya Alloh, berikanlah ampunan kepadaku atas kesalahana-kesalahanku, kebodohanku serta sikap berlebihanku dalam urusanku, segala sesuatu yang Engkau lebih mengetahuinya daripada diriku. Ya Alloh, berikanlah ampunan kepadaku atas canda dan keseriusanku, kekeliruanku dan kesengajaanku, dan semuanya itu ada pada diriku.” (GR. Al-Bukhari no.6399/Fat-hul Baari XI/196, dari Abu Musa Al-Asy’ari rodhiyalloohu’anhu)