Mencari

Minggu, 28 November 2010

:: Berdoa Kembali ::


"Duhai ALLAH aku mengharap rahmat dan karuniaMu maka jangan Engkau (serah) kan segala urusan kepadaku meski hanya sekejap matapun"...ALLAHumma amiiin... Dan janjiMu adalah benar, syurgaMu adalah benar, nerakaMu adalah benar, kitabMu adalah benar, RosulMu adalah benar, azabMu adalah benar.
Duhai ALLAH, kembalikan aku dalam keadaan khusnul khotimah, ampuni dosaku Al-Goffur... ampuni atas sedikitnya pengetahuanku, dan pengetahuan orang lain terhadap diriku... Duhai ALLAH, dekatlah aku padaMu dalam kuat dan lemahku, dalam luas dan sempitku, dalam tangis dan senyumku...banyakkkan aku dalam mengingatku... Rabb, jadikan aku, kedua orang tuaku dan keluargaqu adalah hamba2Mu yang tawaduq kepadaMu hingga kami pantas mendapatkan ridhaMu ya Rohiim.. pertemukan kami kembali di JannaHMu ya ALLAH... Rabb sungguh Engkaulah pelindung kami, berikan yang terbaik untuk wajah-wajah cintaku ya ALLAH, sayangi terlebih ibu dan Bapakku... Rabb, aku mencintai ayah dan bunda karenaMu,,, jagalah mereka duhai Al-Waduud dalam besar dan indahNya cintaqu...

:: Mengatasi Gundahnya Hati, Astagfirullahaladzim... ::


Handsome Yusuf r.a cried, Allah is enough for me!
Every night brings a new day, Allah alleviates all pain
Everything has its end, Allah is enough for me!
Everything has its end, Allah is enough for me!
(Syair Nasheed “Allah is enough for me” by Zain Bhikha)

Hati adalah kekuatan inti manusia. Dia adalah sekerat daging yang mampu mengalahkan kekuatan jasad seperti yang dikatakan Rasulullah Saw : “Ingatlah bahwa dalam jasad ada sekerat daging, jika ia baik, maka baiklah jasad seluruhnya; jika ia rusak, maka rusaklah jasad seluruhnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Imam Bukhari dan Muslim). Hadits ini menunjukkan betapa pentingnya posisi hati dalam tubuh manusia, tidak hanya sekedar daging tetapi juga penentu aqidah, penentu budi pekerti dan penentu keputusan terbesar seperti yang dijelaskan dalam sebuah hadits Arbain Nawawiyah bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda “Mintalah fatwamu kepada hatimu sendiri. Kebaikan adalah apa-apa yang menentramkan jiwa dan hati, sedangkan dosa adalah apa-apa yang mengusik jiwa dan meragukan hati, meskipun orang-orang memberi fatwa yang membenarkanmu.” (H.R Imam Ahmad bin Hambal dan Imam Ad-Darani).

Berdasarkan penjelasan hadits kedua diatas maka tak dapat dipungkiri lagi bahwa hati ibarat petunjuk kebaikan selama hati kita masih suci dan bersih dan juga bisa jadi sebagai petunjuk kejahatan ketika hati kita sudah ternoda dengan dosa dan maksiat. Sebab hati pun memiliki beberapa penggolongan yaitu hati yang bersih atau suci, hati yang sakit dan hati yang jahat dan hanya hati yang bersih yang mampu memberikan petunjuk yang benar. Secara sunnatullah sifat hati selalu berbolak-balik yang mana sesuai sifat dasar manusia yang sering khilaf. Akibatnya hati kadang-kadang menjadi tenang, nyaman, yakin, percaya akan Allah, dan stabil tapi kadang-kadang pula dia menjadi terbalik; menjadi liar, gelisah, gundah, resah, tidak nyaman dan tidak stabil. Inilah kombinasi hati manusia.

Kegundahan hati yang disebabkan oleh problematika hidup yang penuh dengan konflik, persoalan dan tantangan bisa menyebabkan hati kehilangan cahaya-Nya dan nurani kebaikan sehingga perlu segera ditemukan terapinya. Olehnya Allah yang Maha Ar-Rahman dan Ar-Rahim telah memberikan solusi-solusi kegundahan hati dengan obat mujarab yaitu Al-Quran Karim. Salah satu firman-Nya “Inilah adalah Al-Quran yang Kami turunkan kepadamu (Muhammad) agar engkau dapat mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya terang benderang dengan seizin Allah menuju jalan Allah yang Maha Perkasa dan Maha Terpuji.” (Q.S Ibrahim: 1). Banyak ayat-ayat Al-Quran yang dapat dijadikan terapi kegundahan hati, sebagai obat pelipur jiwa dan penenang kalbu, berikut beberapa petikannya :

KENAPA AKU DIUJI?

Surat Al-Ankabut: 2-3

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan (saja) hanya dengan mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?Dan sesungguhnya, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia pasti mengetahui orang-orang yang dusta.”

KENAPA AKU TIDAK MENDAPATKAN APA YANG AKUIDAM-IDAMKAN?

Surah Al-Baqarah ayat 216

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”

KENAPA UJIAN SEBERAT INI?

Surah Al-Baqarah ayat 286

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”

BAGAIMANA MENYIKAPI RASA FRUSTASI?

Surah Al-Imran ayat 139

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”

SUNGGUH, AKU TAK DAPAT BERTAHAN LAGI…!!!!!

Surah Yusuf ayat 12
“Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan orang-orang yang kafir.”

BAGAIMANA AKU HARUS MENGHADAPI PERSOALAN HIDUP ?

Surah Al-Imran ayat 200
“Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.”

APA SOLUSINYA?

Surah Al-Baqarah ayat 45-46
”Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan (shalat) itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, (yaitu) mereka yang yakin, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.”

SIAPA YANG MENOLONG DAN MELINDUNGIKU?

Surah Ali Imran: 173
“Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.”

KEPADA SIAPA AKU BERHARAP?

Surah At-Taubah ayat 129
“Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Ilah selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy (singgasana) yang agung.”

APA BALASAN ATAU HIKMAH DARI SEMUA INI?

Surah At-Taubah ayat 111
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.”

semua orang yang beriman berharap menjadi golongan orang-orang yang dicintai oleh Allah SWT. Dan Allah mengabarkan kepada hamba-Nya bahwa golongan yang mendapatkan kecintaan-Nya adalah orang-orang yang sabar terhadap ujian dan cobaan dari-Nya. Sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya.

..Cita cita sederhanaku..


"Ketika cita-cita sesederhana menjadi seorang ibu rumah tangga biasa menjadi begitu langka dan sulit sekali terlaksana.. Ketika begitu sedikit dari mereka yang bercita-cita jadi ibu rumah tangga seutuhnya.. Maka dengan seizin-Mu Yaa Rabb.. Perkenankanlah saya menjadi bagian dari yang sedikit itu.. Amiin."

Ketika menulis catatan ini saya adalah seorang remaja yang berada dalam masa peralihannya menjadi seorang wanita dewasa, sedang menuntaskan tugas akhirnya di sebuah perguruan tinggi swasta kelas karyawan dan tinggal selangkah lagi menjadi sarjana.

Seorang wanita yang berada pada masa gemilangnya dalam meniti karir, bekerja di tempat yang baik dengan penghasilan yang sangat baik, anak perempuan yang membanggakan, kakak yang walaupun tidak terang-terangan dinantikan tetapi selalu dirindukan dan menjadi panutan, sahabat yang hangat, teman yang menyenangkan, rekan kerja yang walaupun sering datang terlambat, tetapi selalu dimaafkan karena rajin membawa makanan..

Entah semua itu benar adanya atau tidak. Yang jelas saya selalu percaya pada insting dan bagaimana cara hati membawa saya untuk merasa.
Sepintas, semua yang saya miliki, kehidupan saya yang nyaris begitu sempurna, adalah apa yang sebagian perempuan zaman sekarang impikan. Karir, pendidikan, keluarga, teman. Saya amat sangat bersyukur dengan keadaan saya. Semua yang Allah titipkan pada saya sekarang adalah apa yang dahulu pernah saya cita-citakan.

Alhamdulillah.. Allah memberikan kesempatan untuk merasakan dan membimbing bagaimana harus menyikapi begitu banyak cita-cita yang terlaksana menjadi nyata ini dengan baik dan bijaksana. Saya jadi teringat kutipan dari seorang ustazah, "Muslimah yang berjuang dalam kebaikan adalah mereka yang selalu to be continued.. berkelanjutan dan terus menerus..."
Kemudian saya dihadapkan pada sebuah pertanyaan sederhana, “Apa cita-cita saya berikutnya?"
Di sinilah, di usia saya yang masih belum genap dua puluh dua tahun, saya merasa jadi lebih tua karena sepertiga partisi dari otak saya didominasi sesuatu yang sedang saya pertimbangkan untuk menjadi cita-cita saya di masa yang akan datang. Menjadi seorang ibu rumah tangga saja. Sederhana.
Sepertinya mudah, tetapi entah dari sudut pandang mana saya menilainya, sekedar membayangkannya saja sulit sekali rasanya. Padahal pada hakikatnya, rumah tangga adalah ladang pahala yang sangat luas bagi seorang wanita.

Semuanya tidak lagi membanggakan ketika memiliki cita-cita menjadi ibu rumah tangga biasa dan seutuhnya mengabdikan diri kepada keluarga saja. Saya butuh waktu yang cukup lama untuk menimbang, malah bimbang, bahkan gamang.

Pelan-pelan mimpi itu bergumul dalam pikiran saya. Menyediakan bekal untuk suami tercinta, memberikan rumah yang bersih dan nyaman sepulangnya, pakaian yang bersih, wangi, dan tersetrika rapi. Betapa membahagiakannya bila saya bisa mengerjakannya sendiri, tanpa bergantung pada si "Mbak" (pembantu-red). Sungguh saya tidak bisa membayangkan bagaimana saya akan cemburu jika suami lebih menyukai dan menikmati masakan si "Mbak".
Kemudian ... menjaga calon buah hati kami, membekalinya dengan gizi dan pendidikan yang baik bahkan jauh sebelum kelahirannya, mengenalkannya pada rangkaian hijaiyah, membacakannya cerita, mengobrol dengannya, ikut membangunkannya di waktu subuh. Saya tidak ingin kehilangan moment-moment penting dalam sembilan bulan itu.
Tidak ingin menyia-nyiakan dan membiarkannya berlalu begitu saja karena kesibukan saya bekerja. Saya tidak ingin hanya disibukkan mempersiapkan popok, baju, dan alas tidurnya. Saya ingin sibuk mempersiapkan kesiapannya menjadi seorang manusia.

Dan ketika Allah mengizinkan ia lahir ke dunia, betapa tidak inginnya cuti tiga bulan yang diberikan perusahaan kepada saya membatasi kebahagiaan saya. Saya tidak ingin rutinitas menyusuinya, memandikan, mengganti popoknya, berlangsung rutin hanya dalam tiga bulan saja. Saya tidak ingin kehilangan 8 jam dalam sehari dengan tidak melihat ia tumbuh besar dan pintar. Saya tidak ingin kehilangan menyaksikan langkah pertamanya.

Namun dengan intensitas yang sama, kekhawatiran yang lain juga hadir menyertainya. Bagaimana jika kelak saya berjodoh dengan seseorang yang biasa saja? Bukan mereka yang berpenghasilan “wah” tiap bulannya? Biaya perlengkapan anak, susu, dan pendidikan zaman sekarang kan mahal?
Lantas bagaimana dengan kehidupan sosial yang saya tinggal di luar sana? Lantas bagaimana jika (Naudzubillahi Min Dzaalika) suami yang saya tercinta berpulang ke rahmatullah di waktu yang tidak saya duga sebelumnya, sedangkan saya harus menggantikannya sebagai kepala keluarga?
No Execuse!! Allah telah menentukan dan mengatur jodoh, rezeki, dan maut bagi tiap-tiap kita. Banyak cara untuk mengupayakan rezeki yang disebar-Nya di seluruh muka bumi ini. Niat yang baik akan beriring dengan hasil yang baik, Insya Allah.

Rumah adalah sekolah dan madrasah paling murah bagi anak-anak kita, dan baik tidaknya kualitas pendidikan yang mereka terima itu bergantung pada kita, orang tua mereka. Maka bersemangatlah, Allah menghadirkan masalah berpasangan dengan solusinya. Pasti.

"Semoga Allah memberikan kemantapan hati jika cita-cita itu bukan sesuatu yang salah, menjadikannya tidak sebatas pada keinginan, tetapi juga kebutuhan. Semoga Allah memperkenankan cita-cita sederhana saya menjadi nyata, meridainya dan menjadikannya jalan terbaik yang dipilihkan-Nya untuk saya, memberi kemudahan bagi kami untuk melalui aral-melintangnya. Percaya bahwa Allah akan menjaga dan memelihara apa yang menjadi kepunyaan-Nya. Percaya bahwa berkarya menjemput rezeki-Nya bisa dimana saja. Percaya bahwa tidak ada sandaran hidup yang lebih baik selain Allah."

Ketika cita-cita sederhana ini menjadi tidak sederhana, maka pada pintuMu ya Rabbi kami mengetuk. Jagalah izzah kami sebagai muslimah, sebaik-baik muslimah. Yang akan menjadi penyejuk pandangan belahan hati kami. Mampu menjadi wanita yang kuat dibalik dia lelaki hebat yang Engkau pilihkan sebagai imam kami dan untuk mereka buah cinta kami yang kau titipkan sebagai cahaya hidup dan mati kami.

ALLAHumma amiin.....

- Semua Karena Cinta -


Ya Rabb..
Hamba-Mu yang melarikan diri telah kembali ke pintu-Mu..
Hamba-Mu yang telah berbuat maksiat telah kembali kepada perbaikan..
Hamba-Mu yang telah berdosa telah datang kepada-Mu dengan memohon maaf..
Maafkanlah aku dengan segala Kemurahan-Mu..
Terimalah permohonanku dengan keutamaan-Mu dan pandanglah aku dengan RahmatMu..

Ya Rabb..

Ampunilah dosa-dosaku yang telah lampau dan peliharalah sisa-sisa umurku..
Sesungguhnya kebaikan ada dalam kekuasaan-Mu dan engkau maha Pengasih dan Penyayang terhadap kami..

Di jalan ini, kita mencari ridha Allah swt, kita melangkah untuk meraih surga Allah swt, surga yang luasnya melebihi keluasan langit dan bumi..

Kita ingin meminang surga yang menjadi puncak dari rangkaian mimpi-mimpi kita, di mana kita ingin memperoleh ridha-Nya, cinta-Nya, yang menyebabkan kemenangan dunia dan akhirat..

Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran (QS. Al’Ashr:1-3)

Entah sudah seberapa jauh atau tambah menjauh diri ini dari-Mu Ya Rabb..

Ketika diri ini merasakan yang namanya 'cinta' sebuah kata yang sangat sederhana, namun dapat memberikan dampak yang sangat luar biasa bagi proses perjalanan hidup ini..

Berawal dari Cinta, diri ini menjauh dari-Mu, berawal dari pemaknaan cinta, kemaksitan itu bermula..

Sungguh sebuah kata sederhana yang telah membawa dampak yang sangat tidak sederhana bagi diri ini..
Atas nama cinta kita dapat merubah suatu hal yang “diharamkan”, menjadi suatu hal yang “dihalalkan” menurut kita,..atas nama cinta diri ini memaklumi setiap hal yang dilakukan, bahwa ini merupakan suatu proses guna mendapatkan cinta yang sejati buat diri ini..

Ketika diri ini berbicara atas nama cinta, ketika ruhani ini ringkih karena cinta..


Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak[186] dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (QS. Ali ‘Imran:14)

Apakah kau masih ingin berbicara atas nama cinta, ketika Allah swt telah mengingatkan kita, melalui Surat Cinta-Nya, yang dijadikan pedoman hidup bagi kita dalam menjalani kehidupan di dunia ini..

Penafsiran Cinta yang telah membuat diri ini menjauh dari-Mu Ya Rabb, Cinta yang telah membuat diri ini bermaksiat pada-Mu, Cinta yang telah membuat diri ini berdosa pada-Mu, entah sudah berapa banyak kesalahan dan kekhilafan yang telah dilakukan diri ini, hanya karena cinta..


Bahagia diri ini ketika memiliki cinta yang telah dipuja, dicari, dan bahkan dikejar, kemana pun cinta itu pergi dan berada, indah terasa ketika cinta masuk dan memenuhi relung hati kita, hingga hati pun tak dapat lagi membedakan mana yang ”haram” untuk diri ini, dan mana yang “halal” untuk diri ini dan karena cinta kita lupa pada-Nya..


Sesungguhnya Kebahagiaan itu adalah Anda hidup untuk fikrah kebenaran yang lahir dari aqidah yang sangat agung dengan kesadaran yang lurus, dari mana aku datang, ke mana aku akan pergi, untuk apa aku diciptakan dan apakah aku akan kembali. Aqidah akan menyebar ke dalam jiwa yang yakin, ia akan mengajarkan pemikiran yang lurus, menciptakan akhlaq yang terpuji dan ia mendatangkan manhaj yang benar. Kematangan aqidah bagi orang-orang yang bahagia merupakan asas dan sendi. Barang siapa yang hidup dengan memikul aqidah dan mengumandangkan sebutannya, Maka dialah orang yang berbahagia ” (DR. Yusuf Qardhawi)

Apakah kau masih akan terus, dan terus mengejar cinta, berbicara atas nama cinta, bahkan melupakan-Nya karena cinta?

Apakah tidak cukup, kesalahan, kekhilafan, kemaksiatan, dan kemudharatan yang kau timbulkan, karena cinta?

Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, (QS. Al Hujuraat:7)

Cahaya Hari Ini.......


Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. [QS. Al-Ahzab (33) : 33 ]


Selasa, 09 November 2010

Ya Ukhty, IKHWAN JUGA MANUSIA !!

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Disa’at seorang ikhwan baik-baik “menawarkan diri” kepada seorang akhwat untuk menikahinya, itu bukanlah hal mudah baginya. Ikhwan juga manusia!

Tentu si ikhwan sudah berfikir dan memperhitungkan sebaik-baiknya apa dampak positif dan negatifnya, bagaimana besarnya maslahat dan mudhorotnya. Apakah Alloh ‘Azza wa Jalla meridhoi langkah-langkahnya atau justru Alloh ‘Azza wa Jalla murka dengan langkah yang dia ambil.

Sepatutnya ia harus berfikir terlebih dahulu, bagaimana ia harus bersikap jika proposalnya di tolak dan bagaimana ia harus bersikap bila proposalnya di terima. Begitulah seharusnya seorang calon Imam mengambil langkah.

Bila ikhtiar dan doa telah dilakukan, maka sepatutnyalah ia menyandarkan diri kepada Alloh Ta’ala, dan menyerahkan segala urusannya kepada-Nya semata.

Sebagaimana disepakati oleh al-Bukhari muslim telah diriwayatkan, dimana Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam bersabda:

Sungguh menakjubkan keadaan orang mukmin itu. Alloh tidak menetapkan suatu keputusan baginya melainkan keputusan itu adalah baik baginya. Jika ditimpa kesusahan, maka ia akan bersabar, dan yang demikian itu lebih baik baginya. Jika mendapatkan kesenangan, maka dia akan bersyukur, maka yang demikian itu adalah baik baginya. Dan hal tersebut tidak akan menjadi milik seorang pun kecuali orang mukmin.” (HR. Muslim no.2999. Dari Shuhain rodhiyalloohu’anhu)

Seorang ikhwan baik-baik akan menawarkan dirinya secara baik-baik pula. Tidak akan melakukan hal-hal yang sekiranya dapat melukai hati seorang akhwat dan mendatangkan murka Alloh Subhanahu wa Ta’ala.

Bukan dengan cara-cara yang tercela dan dilarang oleh syaria’t islam yang mulia. Karena ikhwan baik-baik tahu bagaimana harus memperlakukan seorang akhwat.

Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam bersabda:

Barangsiapa yang beriman kepada Alloh dan hari Akhir, janganlah ia menyakiti tetangganya. Berwasiatlah kepada wanita yang baik. Sebab, mereka diciptakan dari tulang rusuk dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atasnya. Jika engkau meluruskannya, engkau akan mematahkannya. Dan jika engkau membiarkannya, ia akan bengkok. Oleh karena itu, berwasiatlah kepada wanita dengan baik.” (Hadist shohih : Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no.5185-5186) dan Muslim (no.1468 (62)), dari Abu Hurairoh rodhiyalloohu’anhu)

Dalam riwayat Tirmidzi, Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam bersabda:

Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya. Dan orang yang paling baik diantara kalian adalah orang yang paling baik terhadap kaum wanitanya (istri, saudara wanita atau anak-anak wanita

Dan ikhwan yang baik-baik akan sangat berHATI-HATI dalam membawa HATI serta memikat HATI, karena ketakutannya dengan murka Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Dan Alloh Ta’ala memuji orang-orang yang takut didalam Kitab-Nya dan menyanjung mereka.

Sesungguhnya orang-orang yg BERHATI-HATI karena takut akan (adzab) Robb mereka, dan orang2 yang beriman terhadap ayat-ayat Robb mereka, dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Robb mereka (sesuatu apapun), dan orang-orang yg memberikan apa yg telah mereka berikan, dengan HATI YANG TAKUT, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Robb mereka, mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” (QS. Al-Mukminun : 57-61)

Sesungguhnya ikhwan baik-baik yang menjaga Alloh dalam setiap hembusan nafasnya, akan memiliki tiga pilar sentral, yaitu Mahabbah (Cinta), Khauf (Takut) dan Roja’ (Harap) didalam hatinya.

Sebagaimana firman-Nya:

Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Alloh” (QS. Al-Baqoroh : 165)

Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan HARAP dan CEMAS. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya’ : 90)

Mereka tidak mengedepankan hawa nafsu dan syetan. Mereka memiliki visi dan misi untuk selalu memperoleh ridho Alloh Ta’ala, dengan mencari kebenaran yang tak henti-hentinya dan senantiasa ada taubat disetiap hembusan nafasnya.

Ya ukhty, KETAHUILAH DAN INGATLAH!!!

Bahwa mereka tidak akan pernah mencapai tingkat kesempurnaan, karena mereka juga manusia, sama hal-nya seperti antunna. Tak akan ada yang mampu menyerupai ummul mukminin Khodijah binti Khuwailid.

Sebagaimana Rosulullooh Sholalloohu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

Sebaik-baik wanita ialah Maryam binti Imron. Sebaik-baik wanita ialah Khodijah binti Khuwailid. (HR Muslim dari Ali bin Abu Thalib radiyallahu ‘anhu).

Tapi yang harus diperhatikan adalah “adakah didalam dirinya semangat untuk bertaubat dan memperbaiki diri dengan cara yang benar?”

Karena begitu banyak orang lain menginginkan kebenaran, tapi caranya salah! Sebagaimana Ibnu Mas’ud berkata: “Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan tapi tidak benar caranya!”Sesungguhnya Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam bersabda: ‘Nanti akan ada kaum yang membaca al-Qur’an tidak melewati tenggorokan mereka!”
Untuk mengetahui hal ini, maka dapat dibuktikan dengan “pola berfikirnya”, apakah dia tunduk kepada Kitabulloh, Sunnah Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam & Sunnah Khulafaur Rasyidin atau justru tunduk kepada HAWA NAFSUnya dan syetan???

Jika akal tunduk kepada hawa nafsu & syetan, bukan termaksudkan nafsu syahwat saja, namun bagaimana dia mengedepankan hawa nafsunya dalam mencari kebenaran.

Disinilah letak awal “siapa dia”.

Begitu banyak ikhwan lulusan pesantren-pesantren, tapi begitu banyak pula yang hasilnya bermain dengan hawa nafsu dan mengikuti perkembangan zaman.

Sehingga, terjadilah penolakan-penolakan terhadap sebagian firman-firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan sabda-sabda Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam karena dianggapnya tidak sesuai dengan zaman saat ini. Na’udzu billah min zalik.

Mereka lupa atau pura-pura lupa… bahwa ISLAM SUDAH SEMPURNA dan Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam telah bersabda:

Sungguh, aku tinggalkan kalian diatas ISLAM yang putih bersih, malamnya seperti siangnya. Tidaklah berpaling dari ISLAM yang putih bersih ini sepeninggalku, melainkan akan BINASA.” (HR. Ibnu Abi’Ashim & Ibnu Majah)

Begitukah taubat dan memperbaiki diri yang benar???
Menurut penulis, hidup bersama orang seperti itu adalah hal yang paling menakutkan.

Sebaliknya, walaupun kenyataannya lebih banyak laki-laki yang gila dunia dan lupa Sang Khalik (penyakit wahn, cinta dunia dan takut mati). Tapi diantara mereka, ada laki-laki biasa.

Dia tidak pernah mengikuti pesantren atau sekolah Islam lainnya, tapi memiliki keinginan untuk senantiasa bertaubat dan memperbaiki diri dengan menundukkan akal-nya kepada Kitabulloh, Sunnah Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam & Sunnah Khulafaur Rasyidin.

Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam bersabda:

Sungguh ada beberapa kaum bila mereka banyak berbuat kesalahan-kesalahan, maka mereka bercita-cita menjadi orang-orang yang Alloh ‘Azza wa Jalla akan mengganti kesalahan-kesalahan mereka dengan kebajikan” (Hadist hasan riwayat al-Hakim (IV/252), dari Shahabat Abu Hurairoh)

Maka menurut antunna, mana yang lebih baik diantara mereka yang telah disebutkan diatas?

Jawabnya adalah berdasarkan sabda Rosulullooh Shollalloohu ‘alaihi wa Sallam:

Setiap anak Adam banyak berbuat salah dan sebaik-baik orang yang banyak berbuat kesalahan adalah yang banyak bertaubat” (HR. Ahmad,at-Tirmidzi, Ibnu Majah & al-Hakim)

Mengapa dengan taubat?

Karena TAUBAT adalah langkah pasti untuk menuju istiqomah dan menyongsong HIDAYAH ALLOH Ta’ala, menjauhkan diri dari ketergelinciran dan kenistaan.

Ia adalah pintu kehormatan yang dibuka bagi para pendosa untuk kembali tanpa DITUNDA-TUNDA.

Sesungguhnya taubat disisi Alloh hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima ALLOH taubatnya, dan Alloh Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisa : 17)

Orang yang bertaubat kepada Alloh ialah orang yang kembali dari perbuatan maksiat menuju perbuatan TA’AT.
Imam Ibnu Qoyyim al-jauziyyah rohimahullooh mengatakan:

Taubat merupakan awal persinggahan, pertengahan dan akhir perjalanan hidup. Seorang hamba yang sedang mengadakan perjalanan menuju Alloh Ta’ala tidak boleh lepas dari taubat hingga ajal menjemputnya. Taubat merupakan awal langkah seorang hamba kepada Alloh dan kesudahannya. Dan kebutuhan seorang hamba terhadap taubat diakhir hayatnya teramat penting dan sangat mendesak. Sebagaimana juga taubat dibutuhkan di awal perjalanan hidup seorang hamba.” (Madaarijus Saalikiin (I/98).

Itulah titik awal yang harus diperhatikan untukmu duhai Ukhty. Karena Alloh Ta’ala sangat mencintai orang-orang yang bertaubat.

Sebagaimana firman-Nya:

Sesungguhnya Alloh menyukai orang-orang yang TAUBAT dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqoroh: 222)

Maka, selayaknyalah kita turut mencintai orang-orang yang senantiasa bertaubat dan memperbaiki diri. Bukan begitu?!? Dan tentu saja, untuk itu dibutuhkan ILMU.

Maka terus meneruslah berada di majelis ilmu untuk menuntut ILMU. Karena menuntut ilmu syar’i hukumnya WAJIB! Dan Taubat adalah kewajiban seumur hidup!

Ukhtyfillah yang dirahmati Alloh Subhanahu wa Ta’ala, jika engkau menginginkan ikhwan baik-baik untuk mengkhitbahmu, maka sebagaimana dirimu, si ikhwan pun dianjurkan untuk mencari akhwat baik-baik.

Yang harus menjadi instropeksi diri adalah “apakah diri ini sudah menjadi akhwat baik-baik?” Karenanya terus meneruslah kita bertaubat dan memperbaiki diri dengan ILMU, Alloh Ta’ala berfirman:

Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula). Sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula)…” (QS. An-Nuur :26)

Ya ukhty,langkah selanjutnya ketika laki-laki baik-baik datang untuk mengkhitbahmu, maka perhatikanlah sabda Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam berikut:

Jika datang kepada kalian seseorang yang kalian ridhoi agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia (dengan anak kalian). Jika tidak, maka akan terjadi fitnah dibumi dan kerusakan yang besar.”

Masalahnya sekarang adalah kebanyakan akhwat masih LEBIH mempermasalahkan HARTA dibandingkan dengan AGAMA. Pengaruh materialisme telah banyak menimpa para akhwat dan orang tuanya.

Tidak sedikit dari mereka, pada zaman sekarang ini, yang selalu menitikberatkan pada kriteria banyaknya harta, keseimbangan kedudukan, status sosial dan keturunan saja dalam memilih calon jodohnya.

Masalah kufu’ (sederajat, sepadan) hanya diukur berdasarkan materi dan harta saja. Sementara pertimbangan agama tidak mendapat perhatian yang serius.

Padahal, Islam sangat memperhatikan kafa-ah atau kesamaan, kesepadanan atau sederajat dalam hal pernikahan. Dengan adanya kesamaan antara kedua suami istri itu, maka usaha untuk mendirikan dan membina rumah tangga yang Islam, insya Alloh akan terwujud.

Tapi kafa-ah menurut Islam diukur dengan kualitas iman dan taqwa serta akhlak seseorang, bukan diukur dengan banyaknya harta, status social, keturunan, dan lain-lain.

Hendaklah seorang akhwat dan orang tuanya benar-benar waspada terhadap fitnah yang akan ditimbulkannya, karena diantara manusia ada yang terseret oleh kecintaannya yang berlebihan terhadap seorang akhwat sehingga ia berbuat durhaka kepada orang tua, memutuskan tali silaturahmi dan berbuat kerusakan dibumi, sehingga laknat Alloh menimpanya.

Dan yang paling banyak diantara manusia ada yang diseret oleh kecintaannya kepada seorang akhwat untuk mencari harta yang haram guna memenuhi kecintaannya dan memuaskan syahwatnya. Maka hendaklah seseorang berhati-hati terhadap fitnah wanita.

Tidak ada fitnah yang aku tinggalkan setelahku yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada fitnah wanita.” (Shahih, HR al-Bukhari (no.5096) dan Muslim (no.2740(97)), dr Shahabat Usamah bin Zaid rodhiyalloohu’anhu)

Sesungguhnya dunia ini manis dan indah. Dan sesungguhnya Alloh menguasakan kepada kalian untuk mengelola apa yang ada didalamnya, lalu Dia melihat bagaimana kalian berbuat. Oleh Karena itu, berhati-hatilah terhadap dunia dan wanita, karena fitnah yang pertama kali terjadi pada bani Israil adalah karena wanita” (Shahih, HR Muslim (no.2742 (99), dr Shahabat Abu Sa’id al-Khudri rodhiyalloohu’anhu)

Ya ukhty, sadarilah, bahwa kita adalah sumber fitnah yang paling utama. Sumber penyakit yang paling utama. Sadarilah, bahwa jika kita tidak mengekangnya, maka akan timbul kerusakan dimuka bumi ini…

Ukhty perhatikanlah sabda Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam berikut:

Sesungguhnya orang yang selalu melakukan kefasikan adalah penghuni Neraka.” Dikatakan, “Wahai Rosulullooh, siapakah yang selalu berbuat fasik itu?” Beliau menjawab,”Para wanita”. Seorang Shahabat bertanya,”Bukankah mereka itu ibu-ibu kita, saudara-saudari kita, dan isteri-isteri kita?” Beliau menjawab,”Benar. Akan tetapi apabila mereka diberi sesuatu, mereka bersyukur. Apabila mereka ditimpa ujian (musibah), mereka tidak sabar.” (Shahih, HR Ahmad (III/428,IV/604) dr Shahabat ‘Abdurrahman bin Syabl rodhiyalloohu’anhu.

Ukhty, mari kita jaga diri ini dari siksa api neraka… Jagalah Alloh Subhanahu wa Ta’ala, niscaya Alloh Ta’ala akan menjagamu. Jagalah Alloh, maka engkau akan mendapati-Nya dihadapanmu…

Ya ukhty, Jika memang kau masih bersih kukuh juga dengan masalah harta, jika kau masih juga mempermasalahkan harta…. Maka simaklah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala berikut:

Sesungguhnya HARTA dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan disisi Alloh-lah pahala yang besar.” (QS. At-Thoghoobun : 15)

Dalam kitab Ibnu Katsir dijelaskan, bahwa sesungguhnya harta dan anak itu akan menjadi bahan UJIAN DAN COBAAN dari Alloh Ta’ala bagi makhluk-Nya agar Dia mengetahui siapakah hamba-hamba-Nya yang taat dan yang durhaka kepada-Nya. Dan disisi Alloh pada hari Kiamat kelak adalah PAHALA YANG BESAR.

Maka ukhty, berhati-hatilah dengan syirik yang tak nampak, yaitu dosa yang lebih sulit (sangat samar) untuk dikenali daripada jejak semut yang merayap diatas batu hitam ditengah kegelapan malam.

Syirik yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. Syirik seperti ini adalah seperti syirik dalam ucapan (selain perkara keyakinan). Salah satu contoh yang sering kita jumpai adalah MENGGANTUNGKAN NASIB KEPADA MAKHLUK YANG TIDAK DAPAT BERBUAT APA- APA.

Lidah ini begitu mudahnya bersandar pada makhluk yang tidak mampu berbuat sedikitpun. Terlalu menggantungkan nasib kepada makhluk-Nya dengan memperhitungkan kemampuan manusia (PEKERJAAN & HARTA).

Ada sebagian akhwat yang beranggapan bahwa ‘dia tidak dapat hidup dengan laki-laki yang penghasilannya jauh dibawah dia. Tak tahukah engkau ya ukhty, bahwa:

Rosulullooh Shollalloohu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

Sesungguhnya Alloh adalah Pencipta semua pekerja dan pekerjaannya.” (HR. al-Hakim I/31-32, dan Majma’ az-Zawa’id VII/197)

Demi Alloh, bukan kuasa kita untuk memberikan rizki kepada diri kita maupun keluarga kita. Bukan pula kuasa itu karena kemampuan suami.

Alloh Ta’ala-lah yang berkuasa. Bahkan hembusan nafas kita-pun dikuasainya oleh-Nya. Lantas mengapa kita masih menyandarkan diri kepada selain Alloh Ta’ala?

Dan Allah jadikan bagimu dari diri-dirimu sendiri berupa isteri, lalu Dia jadikan bagimu dari isteri-isterimu berupa anak-anak dan cucu, dan Dia memberimu rezeki yang baik-baik.” (QS. An-Nahl : 72)

Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian (belum menikah) diantara kamu, dan orang-orang yang layak menikah dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah maha luas (pemberian-Nya) lagi maha mengetahui.” (QS An-Nur: 32)

Rosulullooh Shollalloohu’alaihi wa Sallam bersabda:

Carilah oleh kalian rizki dalam pernikahan (dalam kehidupan berkeluarga).“ (HR Imam Dailami dalam musnad Al Firdaus)

Ya ukhty, selayaknya bagimu untuk mempermudah ikhwan yang akan mempersuntingmu!!! Sungguh mereka juga manusia yang dapat dengan mudahnya tergoda oleh syetan dan hawa nafsu yang disebabkan oleh FITNAH yang paling utama, yaitu WANITA.

Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Nabi Shollalloohu’alaihi wa Sallam bersabda:

Sesungguhnya diantara kebaikan wanita adalah mudah meminangnya, mudah maharnya, dan mudah rahimnya.” (Hasan, HR. Ahmad (VI/77,91), Ibnu Hibban (no.1256-Al-Mawaarid) dan al-Hakim (II/181))

Sebaik-baik pernikahan ialah yang paling mudah” (Shahih, HR. Abu Dawud (no 2117), Ibnu Hibban (no.1262-al-Mawaarid), dan ath-Thobrani dlm Mu’jamul Ausath (I/221,no 724), dr ‘Uqbah bin ‘Amir rodhiyalloohu’anhu)

…Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut. Jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Alloh menjadikan kebaikan yang banyak padanya” (QS. An-Nisaa’:19)

Ya ukhty, rubahlah dirimu, semoga Alloh menganugerahi seorang Imam yang sholeh. Amin

Selamat berjihad!!!

Ya Alloh, sesungguhnya aku telah menzholimi diriku sendiri dengan kezholiman yang banyak dan tidak ada yang dapat mengampuni dosa melainkan hanya Engkau. Karena itu, ampunilah aku, dengan ampunan yang datang dari sisi-Mu dan rahmatilah aku, sesungguhnya Engkau adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (HR. Al-Bukhari no.834 dan Muslim no.2705 (48).

Ya Alloh, jadikanlah aku merasa qona’ah (merasa cukup, puas, rela) terhadap apa yang telah Engkau rizkikan kepadaku, dan berikanlah berkah kepadaku didalamnya dan gantikanlah bagiku semua yang hilang dariku dengan yang lebih baik.” (HR. Al-Hakim I/510 dan dishahihkan serta disepakati oleh adz-Dzahabi, dari Ibnu ‘Abbas rodhiyalloohu’anhuma)

Ya Alloh, berikanlah ampunan kepadaku atas kesalahana-kesalahanku, kebodohanku serta sikap berlebihanku dalam urusanku, segala sesuatu yang Engkau lebih mengetahuinya daripada diriku. Ya Alloh, berikanlah ampunan kepadaku atas canda dan keseriusanku, kekeliruanku dan kesengajaanku, dan semuanya itu ada pada diriku.” (GR. Al-Bukhari no.6399/Fat-hul Baari XI/196, dari Abu Musa Al-Asy’ari rodhiyalloohu’anhu)

- Ketika Orang tuaku Rindukanku Menikah -

Bismillah.

Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh..


Mungkin dari beberapa sahabat pernah bermimpi akan menjemput seorang bidadari nan anggun dengan jilbab yang menutupi auratnya dan sahabat muslimah juga kerap kali berkhayal akan di jemput seorang pangerang berkuda putih bak cerita dongeng tentang kerajaan.

Tak apalah kita berkhayal mendapatkan seseorang yang sempurna. Namun siapakah jodohku ? dimanakah dia kini berada ? sedang apakah dia sekarang??

Entah siapa dia.dari mana dia,dimanakah dia,sedang apakah dia, namun kini ada yang sedang mengharapkan kedatangannya. Banyak muslimah yang termenung karna kerap kali di tanyakan,kapan menikah.

Kadangkala banyak yang memikirkan jodohnya karna umur yang makin menanjak. Atau bahkan ada orang tua yang memksakan anaknya karna takut anaknya tidak mendapatkan jodohnya.

Yang ingin saya bahas kali ini adalah ketika orang tua menginginkan kita untuk segera menikah. Padahal kita merasa kita belum siap dan belum mampu.

Tidak ada yang salah dengan permintaan orang tua dan kekhawatiran orang tua terhadap kita,tergantung kita menanamkan pemahaman apa yang di inginkan orang tua kepada diri kita.

Orang tua patut khawatir di tengah era globalisasi ini,yang kadang kala muslim muslimah lupa akan pentingnya mempunyai pasangan hidup yang halal. Terpesonanya seorang muslim pada budaya " pacaran " terkadang melupakan pentingnya menikah.

Ketika orang tua menginginkan kita bersegera menikah,pasti ada maksud yang baik yang terkandung di dalamnya. Tak mungkin seorang ayah yang selalu memperhatikan pertumbuhanmu,rela melihatmu terbuai pesona dunia dengan kemaksiatan. Tak mungkin seorang ibu yang mengandungmu,menyusuimu,rela melihatmu celaka termakan budaya yang melanggar sisi kehormatanmu dan agamamu.

Tak ada salahnya kita mencoba apa yang di sarankan orang tua kita agar kita segera menikah. Kalopun dengan berbagai alasan kita belum siap,coba perhatikan apa yang menurutmu belum siap.

Orang tua kita tak akan menyuruh kita segera menikah kalo mereka tidak melihat kemampuan kita,hanya saja kita selalu merasa diri kita sudah dewasa sampai kita tak mau di atur atau merasa ini bukan jamannya Siti Nurbaya

"Tiga golongan yang berhak ditolong oleh Allah : a. Orang yang berjihad / berperang di jalan Allah. b. Budak yang menebus dirinya dari tuannya. c. Pemuda / i yang menikah karena mau menjauhkan dirinya dari yang haram."(HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Hakim)

Orang tua kita sangat khawatir kita terjerumusdalam ke haraman,tapi kita dengan sikap sok dewasa kita,jarang sekali mengetahui keinginan orang tua di balik itu.

Kalo pun memang kita merasa belum mampu menikah sedangkan orang tua sudah melihat kita mampu lantas terus mendesak kita untuk segera menikah,tak ada jalan lain selain musyawarah.

Coba bicarakan apa alasan kita untuk menolak segera menikah,kalo hanya urusan dunia yang kita takutkan,maka sebaiknya kita turuti kemauan orang tua.

"Nikahilah olehmu kaum wanita itu, maka sesungguhnya mereka akan mendatangkan harta (rezeki) bagi kamu (HR. Hakim dan Abu Dawud).

Jadi orang tua kita pasti sudah memikirkan bahwa kita tak akan kekurangan rejeki sebagaimana sebagian dari kita terlanjur ketakutan ketika hendak menikah kalo-kalo kita tak mampu memberikan nafkah pada pasangan kita ( Istri )

Apa sebenarnya yang kita takutkan kalo badan ini masih sehat dan masih bisa berusaha untuk mencari nafkah. Allah Azza Wa Jalla tak akan menelantarkan orang-orang yang ingin mencari kebaikan untuk keluarganya dan tentu pantang putus asa.

Renungkanlah sahabat,bahwa orang tua kadang kala lebih tau apa yang kita butuhkan kan dari pada kita sendiri. Asalkan kita juga paham apa dan bagaimana tujuan orang tua kita menginginkan kita untuk melaksanakan apa yang mereka inginkan.

Wallahu'aalm bi Shawwab.