Kehidupan sukar dijangka walau ia direncana, namun kita harus terus bangun dan mencuba, kerana CINTA dan KASIH Ilahi sentiasa ada, hidup bukanlah percuma..kadang ujian datang menerpa tanpa kita pinta,sekadar menguji jiwa..melihat diri dimanakah kita...RENUNGAN DIRI..
Mencari
Sabtu, 22 Mei 2010
Neraca Pergaulan
Barang siapa ingin mengetahui adakah dari sahabatnya ia beroleh penambahan iman, agama, dan amal; ataukah justru menderita kekurangan darinya, hendaknya merenungkan kembali keadaannya sebelum persahabatan dan pergaulannya dengan orang tersebut. Yakni, dalam hal keteguhan iman dan agamanya, demikian pula akhlak mulia yang disandangnya, niat-niat baik yang dipendamnya, serta semangatnya yang kuat untuk melakukan ketaatan dan kebajikan. Kemudian, memerhatikan keadaannya dalam semua itu setelah bergaul dan berteman. Jika ia mendapati bahwa sifat-sifat dan amal baik itu telah bertambah kuat dan kukuh, semangatnya untuk itu serta tekadnya untuk mempertahankannya pun makin bertambah, maka ia dapat merasa lega bahwa pergaulan dan persahabatannya itu telah mendatangkan manfaat baginya dalam agama dan jiwanya.
Di samping itu, jika ia meneruskan persahabatannya dan menjadikannya sebagai kebiasaan yang dipegangnya erat-erat, pasti akan membawanya pada manfaat yang lebih besar serta kebaikan yang lebih berlimpah, insya Allah.
Namun, jika ia memerhatikan keadaan dirinya setelah pergaulannya itu dan melihat bahwa perilaku dan semangat keagamaannya, seperti tersebut di atas, justru menjadi lebih lemah dan goyah, hal itu menunjukkan bahwa pergaulan dan persahabatannya itu telah mendatangkan mudarat yang senyata-nyatanya bagi agama dan jiwanya. Di samping itu,jika ia meneruskannya, niscaya hal itu akan menjerumuskannya ke dalam mudarat dan kejahatan yang lebih besar dan lebih banyak. (Semoga Allah Swt. melindungi kita darinya.)
Dengan cara itu pula, hendaknya ia memerhatikan kembali sifat-sifat buruk yang ada pada dirinya sendiri sebelum persahabatan tersebut dan sesudahnya.
Ketika Cinta Berbuah Surga
Di tanah Kurdistan, ada seorang raja yang adil dan shalih. Dia memiliki putra; seorang anak laki-laki yang tampan, cerdas, dan pemberani. Saat-saat yang paling menyenangkan bagi sang raja adalah, ketika dia mengajari anaknya itu membaca Al-Quran. Sang raj juga menceritakan kepadanya kisah-kisah kepahlawanan para panglima dan tentaranya di medan pertemppuran. Anak raja yang bernama Said itu, angat gembira mendengar penuturan kisah ayahnya. Si kecil Said akan merasa jengkel jika di tengah-tengah ayahnya bercerita, tiba-tiba ada orang yang memutuskannya.
Terkadang, ketika sedang asyik mendengar cerita ayahnya, tiba-tiba pengawal masuk dan memberitahukan bahwa ada tamu penting yang hars di temui oleh raja. Sang raja tahu apa yang di rasakan anaknya.
Maka, dia memberi nasehat kepada anaknya, “Said, anakku, sudah saatnya kau mencari teman sejati yang setia dalam suka dan duka. Seorang teman baik,yang akan membantumu untuk menjadi orang baik. Teman sejati yang bisa kau ajak bercinta untuk surga.
Said tersentak mendengar perkataan ayahnya.
‘Apa maksud ayah dengan teman yang bisa diajak bercinta untuk surga?” tanyanya dengan nada penasaran.
“Dia adalah teman sejati yang benar-benar mau berteman dengamu, bukan karena derajatmu, tetapi karena kemurnian cinta itu sebdiri, yang tercipta dari keikhlasan hati. Dia mencintaimu karena Allah. Dengan dasar itu, kau pun bisa mencinatainya dengan penuh keikhlasan; karena Allah. Kekuatan cinta kalian akan melhirkan kekuatan dasyat yang membawa manfaat dan kebaikan. Kekuatan cinta itu juga akan bersinar dan membawa kalian masuk surga.”
“Bagaimana cara mencari teman seperti itu, Ayah?”tanya Said.
Sang raja menjawab, “kamu harus menguji orang yang hendak kau jadikan teman. Ada sebuah cara menarik untuk menguji mereka. Undanglah siapapun yang kau anggap cocok, untuk menjadi temanmusaat makan pagi di sini, di rumah kita. Jika sudah sampai di sini, ulurlah dan perlamalah waktu penyajian waktu penyajian makanan. Biarkan mereka semakin lapar. Lihatlah apa yang kemudian mereka perbuat. Saat itu, rebuslah tiga butir telur. Jika dia tetapa bersabar, hidangkanlah tiga butir telur itu kepadanya. Lihatlah, apa yan mereka perbuat! Itu cara yang paling mudah bagimu. Syukur, jika kau bisa mengetahui perilakunya lebih dari itu.”
Said sangat gembira mendengar nasehat ayahnya. Dia pun mempraktekkan cara mencari teman sejati yang cukup aneh itu. Mula-mula, dia mengundang anak-anak para pembesar kerajaan satu persatu. Sebagian besar dari mereka marah-marah karena hidangannya tidak keluar-keluar. Bahkan, ada yang pulang tanpa pamit dengan hati kesal, ada yang memukul-mukul meja, ada yang melontarkan kata-kata tidak terpuji; memaki-maki kerena terlalu lama menunggu hidangan.
Di antara teman anak raja itu, ada seorang yang bernama Adil. Dia anak seorang menteri. Said melihat, sepertinya dia ingin mengujinya. Diundanglah Adil untuk makan pagi. Adil memang lebih sabar dibandingkan anak-anak yang sebelumnya. Dia menunggu keluarnya hidangan dengan setia. Setelah di rasa cukup, Said mengeluarkan sebuah piring berisi tiga telur rebus.
Melihat itu, Adil berkata keras, “Hanya ini sarapan? Ini tidakcukup mengisi perutku!”
Adil tidak mau menyentuh telur itu. Dia pergi begitu saja meninggalkan Said sendirian. Said diam. Dia tidak peril meminta maaf kepada Adil karena meremehkan makanan yang dia rebus dengan kedua tangannya. Dia mengerti bahwa Adil tidak lapang dada dan tidak cocok untuk menjadi teman sejatinya.
Hari berikutnya, dia mengundang anak seorang saudagar kaya. Tentu saja, anak saudagar itu sangat senang mendapat undangan makan pagi dari anak raja. Malam harinya, sengaja dia tidak makan dan melaparkan perutnya agar paginya bisa makan sebanyak mungkin. Dia membayangkan, makanan anak raja pasti enak dan lezat.
Pagi-pagi sekali, anak saudagar itu telah datang menemui Said. Seperti anak-anak sebelumnya, dia harus menunggu waktu yang lama sampai makanan keluar. Akhirnya, Said membawa piring dengan tiga telur rebus di atasnya.
“Ini makanannya, saya ke dalam dulu mengambil air minu,” kata Said seraya meletakkan piring itu di atas meja.
Lalu, Said masuk ke dalam. Tanpa menunggu lama lagi, anak saudagar itu langsung melahap satu persatu telur itu. Tidak lama kemudian, Said keluar membawa dua gelas air putih. Dia melihat ke meja ternyata tiga telur itu telah lenyap. Dia kaget.
“Mana telurnya?” tanya Said pada anak saudagar.
“Telah aku makan.”
“Semuanya?”
“Ya, habis aku lapar sekali.”
Melihat hal itu Said langsung tahu bahwa anak saudagar itu juga tidak bisa di jadikan teman setia.dia tidak setia. Tidak bisa merasakan suka dan duka bersama. Sesungguhnya, Said juga belum makan apa-apa.
Said merasa jengkel kepada anak-anak di sekitar istana. Mereka semua mementingkan diri sendiri. Tidak setia kawan. Mereka tidak pantas diajadikan teman sejatinya. Akhirnya, dia meminta izin kepada ayahnya untuk pergi mencari teman sejati.
Akhirnya, Said berpikir untuk mencari teman di luar istana. Kemudian, mulailah Said berpetualang melawati hutan, lading, sawah, dan kampung-kampung untuk mencari seorang teman yang baik.
Sampai akhirnya, di suatu hari yang cerah, dia bertemu dengan anak seorang pencari kayu yang berpakaian sederhana. Anak itu sedang mamanggul kayu bakar. Said mengikutinya diam-diam sampai anak-anak itu tiba di gubuknya. Rumah dan pakaian anak itu menunjukkan bahwa dia sangat miskin. Namun, wajah dan sinar matanya memancarkan tanda kecerdasan dan kebaikan hati. Said memperhatikannya dari balik rumpun pepohonan.
Selesai shalat, Said datang dan menyapa, “Kawan, kenalkan namaku Said. Kalau boleh tahu, namamu siapa? Kau tadi shalat apa?”
“Namaku Abdullah. Tadi itu shalat dhuha.”
Lalu, Said meminta anak itu agar bersedia bermain, dan menjadi temannya.
Namun, Abdullah menjawab, “Ku kira kita tidak cocok menjadi teman. Kau anak seorang kaya, malah mungkin bangsawan. Sedangkan aku, anak miskin. Anak seorang pencari kayu bakar.
Said menyahut, “Tidak baik kau mengatakan begitu. Mengapa kau membeda-bedakan orang? Kita semua adalah hamba Allah. Semuanya sama, hanya taqwa yang membuat orang mulia disisi Allah. Apa aku kelihatan seperti orang yang jahat sehingga kau tidak mau berteman denganku? Mengapa tidak kita coba beberapa waktu dulu? Kau nanti bisa menilai, apakah kau cocok atau tidak menjadi temanku,”
“Baiklah kalau begitu, kita berteman. Akan tetapi, dengan syarat, hak dan kewajiban kita sama, sebagai teman yang seiya-sekata.”
Said menyepakati syarat yang di ajukan oleh anak pencari kayu itu. Sejak hari itu, mereka bermain bersama; pergi kehutan bersama, memancing bersama. Anak tukang kayu itu mengajarinya berenang di sungai, menggunakan panah, dan memanjat pohon di hutan. Said sangat gembira sekali berteman dengan anak cerdas dengan anak yang cerdas, rendah hati, lapang dada, dan setia. Akhirnya, dia kembali keistana dengan hati gembira.
Hari berikutnya, anak raja itu berjumpa lagi dengan teman barunya. Anak pencari kayu itu langsung mengajaknya makan di gubuknya. Dalam hati, Said merasa kalah, sebab sebelum dia mengundang makan, dia telah diundang makan.
Di dalam gubuk itu, mereka makan seadanya. Sepotong roti, garam dan air putih. Namun, Said makan dengan sangat lahap. Ingin sekali dia minta tambah kalau tidak mengingat, siapa tahu anak pencari kayu itu sedang mengujinya. Oleh karena itu, Said merasa cukup dengan apa yang di berikan padanya.
Selesai makan, Said mngucapkan hamdalah dan tersenyum. Setelah itu, mereka kembali bermain. Said banyak menemukan hal-hal baru di hutan, yang tidak dia dapatkan di dalam istana. Oleh temannya itu, dia diajari untuk mengenalidan membedakan jenis dedauunan dan buah-buahan di hutan; antara daun dan buah yang bisa di makan, yang bisa dijadikan obat, serta yang beracun.
“Dengan mengenal jenis buah dan dedaunan di hutan secara baik, kita tidak akan repot jika suatu kali tersesat. Persediaan makanan ada di sekitar kita. Inilah keagungan Allah!” kata anak pencari kayu.
Seketika itu, Said tahu bahwa ilmu tidak hanya dia dapat dari madrasah seperti yang ada di ibukota kerajaan. Ilmu ada dimana-mana. Bahkan, di hutan sekalipun. Hari itu, Said banyak mendapatkanpengalaman berharga.
Ketika matahari sudah condong ke barat, Said berpamitan kepada sahabatnya itu untuk pulang. Tidak lupa, Said mngundangnya malan di rumahnya besok pagi. Lalu, dia memberikan secarik kertas pada temannya itu.
“Pergilah ke ibukota, berikan kertas ini kepada tentara yang keu temui disana, dia akan mengantarkanmmu ke rumahku,” kata Said sambil tersenyum.
“Insya Allah aku akan datang,’ jawab anak pencari kayu itu.
Pagi harinya, anak pencari kayu itu sampai juga ke istana. Dia sama sekali tidak menyangka kalau Said adalah anak raja. Mulanya, dia ragu masuk ke istana. Akan tetapi, jika mengingat kebaikan dan kerendahan hati Said selama ini, dia berani masuk juga.
Said menyambutnya dengan hangat dan senyum gembira. Seperti anak-anak sebelumnya yang telah hadir di ruang makan itu, Said pun mengyji temannya ini. Dia membiarkannya menunggu lamasekali. Namun, anak pencari kayu bakar itu sudah terbiasa lapar. Bahkan, dia pernah tidak makan selama tiga hari. Atau, terkadang makan daun-daun mentah saja. Selama menuggu, dia tidak memikirkan makanan sama sekali. Dia hanya berpikir, seandainya semua anak bengsawan bisa sebaik anak raja ini,tentu dunia akan tentram.
Selama ini, dia mendengar bahwa anak-anak pembesar kerajaan,senang hura-hura. Namun, dia menemukan seorang anak raja yang santun dan shalih.
Akhirnya, tiga butir telur masak pun di hidangkan. Said mempersilakan temannya untuk memulai makan. Anak pencari kayu itu mengambil satu. Lalu, dia mengusap kulitnya pelan-pelan. Sementara itu, Said mengusap dengan cepat dan menyantapnya. Kemudian, dengan sengaja Said mengambiltelur yang ketiga. Dia mengupasnya dengan cepat, dan melahapnya. Temannya selesai mengupas telur. Said ingin melihat apa yang akan di lakukan temannya dengansebutir telur itu, apakah akan dimakannya sendiri atau…?
Anak miskin itu mengambil pisau yang ada didekat situ. Lalu, dia membelah telur itu menjadi dua; yang satu dia pegang, dan yang satunya lagi, dia berikan kepada Said. Tidak ayal lagi, Said menangis terharu.
Lalu, Said pun memeluk anak pencari kayu bakar itu erat-erat seraya berkata, “Engkau teman sejatiku! Engaku teman sejatiku! Engkau teman masuk surga.”
Sejak itu, keduanya berteman dan bersahabat dengan sangat akrab. Persahabatan mereka melebihi saudara kandung. Mereka saling mencintai dan saling menghormati karena Allah SWT.
Karena kekuatan cinta itu, mereka bahkan sempat bertahun-tahun mengembara bersama untuk belajar dan berguru kepada para ulama yang tersebar di Turki, Syiria, Iark, Mesir, dan yaman.
Setelah berganti bulan dan tahun, akhirnya keduanya tumbuh dewasa. Raja yang adil; Atah Said, meninggal dunia. Akhirnya Said diangkat menjadi raj untuk menggantikan ayahnya. Mentri yang pertama kali dia pilih adalah Abdullah, anak pencari kayuitu. Abdullah pun benar-benar menjadi teman seperjuangan dan penasehat raja yang tiada duanya.
Meskipun telah m,enjadi raja dan menteri, keduanya masih sering melakukan shalat tahajud dan membaca Al-Quran bersama. Kecerdasan dan kematangan jiwa keduanya mampu membawa kerajaan itu maju, makmur, dan jaya; baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur.
Pahala Takut Kepada Allah
Dalam sebuah kisah Hadist Qudsi, ada riwayat yang mengenai balasan yang di berikan Allah kepada orang yang takut kepada-Nya.
Rasulullah SAW bersabda, “Ada seorang lelaki yang tidak pernah berbuat kebajikan sama sekali. Lelaki itu berwasiat kepada keluarganya, “Jika aku mati, maka bakarlah aku hingga lumat menjadi abu. Kemudian, taburkan sebagian abu itu di daratan, dan sebagian lagi di laut. Demi Allah, jika Allah masih menghisabku, pasti Dia akan mengazabku dengan azab yang tidak pernah ditimpakan kepada seorang pun di alam semesta!”
Tetkala lelaki itu meninggal, keluarganya melaksanakan apa yang telah di wasiatkan kepada mereka. Lalu, Allah memerintahkan daratan untuk mengumpulkan abu yang disebar didaratan itu dan memerintahkan lautan untyuk mengumpulkan abu yang disebar di lautan itu.
Kemudian, Allah SWT bertanya kepada lelaki itu ( setelah dihidupkan kembali ), ‘Mengapa kau lakukan ini?’
Lelaki itu menjawab, ‘Karena aku takut kepada-Mu Tuhanku, dan Engkau lebih tahu itu.’
Allah SWT lalu mengampuninya.”
Kisah dalam hadist ini begitu menggelitik dan penuh hikmah. Seseorang yang selalu berbuat maksiat dan tidak pernah beramal shalih sedikit pun, masih memiliki rasa takut kepada Allah SWT. Keagungan Allah ada di depan matanya, sehingga dia takut akan hisab dan azab Allah atas perbuatannya di dunia.
Ketakutannya itu membuatnya berwasiat bodoh. Setelah mati, dai ingin mayatnya dibakar dan abunya disebar di daratan dan lautan. Dengan begitu, dia berharap tidak akan bisa dihisap oleh Allah SWT. Dia ingin selamat dari azab Allah SWT. Dia yakin Allah itu ada. Dia pun yakin, hisab Allah itu ada dan hisab itu menunggu setelah kematiannya. Dia ingin menyelamatkan dirinya dengan cara menyebar lumatan tubuhnya di darat dan lautan.
Namun, Allah Mahakuasa untuk tetap menghisapnya. Tidak ada yang luput dari hisap-Nya. Pada akhirnya, Allah mengampuni lelaki itu brekat rasa takutnya pada keagungan Allah SWT.
Hikmah yang dapat diambil dari kisah tadi adalah, sekecil apapun keimanan dalam dada seseorang ( yaitu keyakinan akan adanya Allah, hisab, dan keadilah Allah ) dapat mendatangkan ampunan dan rahmat Allah SWT. Bagaimana jika rasa takut kepada Allah itu dihadirkan setiap saat dengan disertai amal shalih? Tentu, pahala yang disediakan Allah, akan lebih besar dan agung.
Di dalam Al-Quran, Allah SWT telah berfirman dengan membarikan kabar gembira, “Dan ada pun orang-orang yang takut kepada keagungan Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnyasurgalah tempat tinggal(nya).” ( QS An-Naazi’aat [79]: 40-41 ).
Takut kepada Allah merupakan kewajiban. Dalilnya adalah al-Qur’an dan as-Sunnah. Adapun dalil al-Qur’an adalah firman Allah:
Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman. (Qs. Ali-‘Imran [3]: 175).
Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. (Qs. Al-Maa’idah [5]: 44).
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, … (Qs. al-Anfaal [8]: 2).
Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat keras. (Qs. al-Haj [22]: 1-2).
Adapun kewajiban memiliki rasa takut berdasarkan as-Sunnah dapat dilihat dari apa-apa yang disebutkan secara langsung (manthuq) atau berdasarkan mafhum dari hadits-hadits berikut:
• Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata, aku mendengar Rasulullah Saw bersabda:
Ada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah di bawah naungan-Nya, pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu Pemimpin yang adil; Pemuda yang senantiasa beribadah kepada Allah semasa hidupnya; Orang yang hatinya senantiasa terpaut dengan masjid; Dua orang yang saling mencintai kerena Allah, keduanya berkumpul dan berpisah kerena Allah; Seorang lelaki yang diajak oleh seorang perempuan yang cantik dan berkedudukan untuk berzina tetapi dia berkata, “Aku takut kepada Allah!”; Orang yang memberi sedekah tetapi dia merahsiakannya seolah-olah tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya; dan seseorang yang mengingat Allah di waktu sunyi sehingga bercucuran air matanya.
• Dari ‘Adiy bin Hatim r.a., ia berkata; Rasulullah Saw bersabda:
Tidak ada seorang pun di antara kalian kecuali akan diajak bicara oleh Allah tanpa penerjemah. Kemudian ia menengok ke kanan, maka ia tidak melihat kecuali apa yang pernah dilakukannya (di dunia). Ia pun menengok ke kiri, maka ia tidak melihat kecuali apa yang pernah dilakukannya (di dunia). Lalu ia melihat ke depan maka ia tidak melihat kecuali Neraka ada di depan wajahnya. Karena itu jagalah diri kalian dari Neraka meski dengan sebutir kurma. [Mutafaq ‘alaih].
• Dari Abu Hurairah r.a., sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda:
Jika seorang mukmin mengetahui siksaan yang ada di sisi Allah, niscaya tidak ada seorang pun yang tidak mengharapkan surga-Nya. Jika orang kafir mengetahui rahmat yang ada di sisi Allah, niscaya tidak ada seorang pun yang putus asa dari rahmat-Nya. [HR. Muslim].
• Dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw, tentang perkara yang diriwayatkan beliau dari Tuhannya. Allah berfirman:
Demi kemulian-Ku, Aku tidak akan menghimpun dua rasa takut dan dua rasa aman pada diri seorang hamba. Jika ia takut kepada-Ku di dunia, maka Aku akan bemberikannya rasa aman di Hari Kiamat. Jika ia merasa aman dari-Ku di dunia, maka Aku akan memberikan rasa takut kepadanya di Hari Kiamat. [HR. Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya].
• Dari Ibnu Abas, semoga Allah meridhai keduanya, ia berkata; ketika Allah menurunkan ayat ini kepada Nabi-Nya:
Wahai orang-orang yang beriman jagalah diri dan keluarga kalian dari Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan bebatuan. (Qs. at-Tahrim [66]: 6); Pada suatu hari Rasulullah saw. membacakan ayat ini kepada para sahabat, tiba-tiba ada seorang pemuda yang terjungkal pingsan. Kemudian Nabi Saw meletakkan tangan beliau di atas hatinya, dan ternyata masih berdetak jantungnya. Kemudian Nabi Saw bersabda, “Wahai anak muda ucapkanlah: ‘Tidak ada Tuhan selain Allah’”, maka pemuda itu pun mengucapkannya. Kemudian beliau memberikan kabar gembira kepadanya dengan surga. Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah!, apakah pemuda itu termasuk golongan kita?” Rasulullah bersabda; apakah kalian tidak mendengar firman Allah:
Yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (akan menghadap) ke hadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku. [HR. Hakim, ia menshahihkannya dan disepakati oleh Adz-Dzahabi].
• Dari ‘Aisyah r.a., ia berkata; Wahai Rasulullah Saw!, Allah pernah berfirman Allah:
Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka (Qs. al-Mukmin [23]: 60); adalah ditujukan kepada orang yang berzina dan minum khamr. Dalam riwayat Ibnu Sabiq dikatakan, “Apakah ditujukan pada orang yang berzina, mencuri, dan minum khamr, tapi meski begitu dia takut kepada Allah?” Rasulullah Saw bersabda, “Bukan”. Dalam riwayat Waki dikatakan, “Bukan, Wahai Putri Abu Bakar Ash-Shiddiq, tapi ia adalah orang yang menunaikan shaum, shalat, dan sedekah; dan ia merasa khawatir ibadahnya tersebut tidak diterima.” [HR. Al-Baihaki dalam Asy-Sya’by, Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, ia menshahihkannya dan disetujui oleh Adz-Dzahabi].
• Dari Tsauban r.a., dari Nabi Saw, beliau bersabda:
Aku akan memberitahukan beberapa kaum dari umatku. Di hari kiamat mereka datang dengan membawa kebaikan seperti gunung Tihamah yang putih. Tapi Allah menjadikannya bagaikan debu yang bertebarkan. Tsauban berkata, “Wahai Rasulullah, sebutkanlah sifat mereka dan jelaskanlah keadaan mereka agar kami kami tidak termasuk bagian dari mereka sementara kami tidak mengetahuinya.” Rasulullah Saw bersabda, “Ingatlah!, mereka adalah bagian dari saudara kalian dan dari ras kalian. Mereka suka bangun malam sebagaimana kalian, tapi mereka adalah kaum yang jika tidak dilihat oleh siapa pun ketika menghadapi perkara yang diharamkan Allah, maka mereka melanggaranya.” [HR. Ibnu Majah. Al-Kinani penulis buku Mishbah Al-Zujajah berkata, Isnad hadits ini shahih, para perawinya terpercaya].
• Abdullah bin Mas’ud menceritakan kepada kami dua hadits, salah satunya berasal dari Nabi Saw dan satu lagi dari dirinya sendiri ia berkata:
Sesungguhnya orang yang beriman akan melihat dosa-dosanya seolah-olah ada di atas gunung. Ia takut (dosa itu) jatuh menimpanya. Sedangkan orang yang jahat akan melihat dosa-dosanya seperti lalat yang menghampiri hidungnya, kemudia ia berkata mengenai dosanya, “Seperti inikah?” Abu Syihab berkata dengan tangannya –yang diletakkan– di atas hidungnya. [HR. Bukhari]
Jumat, 21 Mei 2010
Hidup Sukses dan Bahagia
Selama hidup ada 2 kata yang sangat penting dan menjadi fokus perhatian saya, yaitu hidup dan sukses.Pertanyaan-pertanyaan tentang hidup mulai memenuhi pikiran saya ketika saya mulai menanjak dewasa. Siapakah saya? Dari mana saya berasal? Untuk apa saya berada di sini? Apa makna dan tujuan hidup ini? Apa yang terjadi ketika saya meninggal? Adakah Tuhan, Sang Pencipta? Siapa dan di manakah Dia?
Pertanyaan-pertanyaan tentang sukses juga mengusik pikiran saya. Apakah sukses itu? Apakah sukses sebagai seorang manusia? Bagaimana saya mendefinisikan sukses hidupku? Apa yang paling penting untuk menjalani hidup sebagai seorang sukses?
Dua kata ini, saya yakin, juga pernah menghampiri pikiran Anda dan setiap manusia yang hidup di dunia ini. Dan selama hidup kita selalu dalam pergelutan untuk mencari dan memberi makna atas dua kata ini. Dan kita terus melakukannya hingga kita menutup mata untuk terakhir kalinya.
Anthony Robbins mengatakan questions are answers. Dalam setiap pertanyaan terkandung jawaban kalau kita sungguh-sungguh mencarinya. Keberanian mempertanyakan adalah kekuatan yang luar biasa, ketika kita siap menghadapi ketidakpastian dan kebingungan dalam pencarian tersebut. Konfusius mengatakan, kebingungan adalah awal dari pencerahan. Ketika kita siap untuk menapaki jalan yang berbeda, maka hidup kita akan berubah dan tidak sama lagi.
Menurut saya, pertanyaan atas hidup dan sukses merupakan pertanyaan yang perlu kita ajukan kepada diri dan mencari jawaban dalam perenungan sedini mungkin dalam hidup. Bukan ketika kita sudah tua dan menunggu hari-hari terakhir. Dan mengajarkan anak-anak muda untuk hal yang sama merupakan hadiah tak ternilai sebagai orang tua.
Sebenarnya ada benang merah untuk dua kata ini, yaitu satu kata: bahagia. Setiap manusia dalam hidupnya berusaha menjalani hidup yang sukses. Dan kehidupan yang sukses adalah kebahagiaan. Dalai Lama & Howard Cutler mengatakan dalam bukunya The Art of Happiness, tujuan hidup manusia adalah untuk meraih kebahagiaan. Dengan demikian, hidup yang sukses adalah menjalani hidup sehari-hari penuh dengan kebahagiaan.
Lalu bagaimana kita mencapai kebahagiaan? Semua dimulai dari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan atas hidup dan sukses. Ajaran-ajaran dan kitab-kitab suci agama memberikan tuntunan dalam pencarian ini. Buku-buku bagus juga merupakan sahabat terbaik dalam proses ini. Perenungan merupakan kondisi yang paling tepat. Dan kuncinya terletak pada cara kita menjalani jawaban tersebut. Pemegang kuncinya adalah kita masing-masing, dan orang yang berhak membuka pintu, memasuki, dan menjalani jalan baru itu juga tidak dan bukan lain adalah kita masing-masing.
Lalu di mana tempat dan sumber jawaban atas pertanyaan atas hidup, sukses dan kebahagiaan? Temukan jawabannya dalam cerita berikut.
Konon, setelah Sang Pencipta menciptakan alam semesta beserta seluruh isinya, hewan-hewan, tumbuh-tumbuhan, dan manusia, maka tinggal satu tugas terakhir, yaitu meletakkan rahasia hidup di tempat yang tepat. Manusia baru dapat menemukannya pada saat dia telah mencari-carinya dan siap untuk menerimanya. Maka Sang Pencipta memanggil para malaikat dan memberi tugas ini. Para malaikat pun mulai berembuk dan berdiskusi .
Salah satu malaikat memberikan usul, "Bagaimana kalau kita meletakkan rahasia itu di atas gunung paling tinggi? Manusia tidak akan menemukannya di sana."
Atas pertanyaan ini malaikat yang lain menjawab, "Kita telah menciptakan manusia dengan ambisi dan rasa ingin tahu yang tidak pernah terpuaskan, mereka pada akhirnya akan mendaki bahkan gunung yang paling tinggi sekalipun."
Lalu, yang lain memberi saran, "Bagaimana kalau rahasia itu disembunyikan di dasar samudera yang paling dalam?"
Terhadap saran ini, yang lain menjawab, "Kita telah menciptakan manusia dengan kemampuan imajinasi tanpa batas dan keinginan yang meluap-luap untuk menjelajahi dunianya, cepat atau lambat, manusia bahkan akan mencapai samudera yang paling dalam sekalipun."
Akhirnya malaikat yang paling tua muncul dengan satu solusi: "Mari kita sembunyikan rahasia hidup di tempat yang paling akhir dicari manusia, suatu tempat yang hanya akan dia datangi bila dia telah mencoba semua kemungkinan dan telah siap menerimanya." Lalu semua bertanya, "Di manakah tempatnya?"
Malaikat yang paling tua itu menjawab, "Kita akan menyimpannya jauh di dalam hati nurani setiap manusia."
Semua malaikat setuju, dan akhirnya diputuskan rahasia hidup disimpan di sana. Sejak itu dan sampai sekarang rahasia terbesar itu tersimpan di dalam hati manusia yang paling dalam, menunggu siapa pun yang telah siap untuk menerimanya.
Sudahkah kita mencari dan menemukannya? Mari kita lakukan sebelum semuanya terlambat.
Mencintai Sepenuh Hati
MyNiceProfile.com
Manusiawi sekali kalau kamu ingin dicintai.
Cinta memang indah, menggairahkan dan mempesona.Namun kamu tidak bisa meminta atau memaksa orang lain mencintaimu.
Satu-satunya cara yang bijak untuk dicintai adalah dengan melupakan keinginan dicintai dan mulai mencintai.
1. Mencintai berarti merindukannya. Kerinduanmu menyiratkan betapa berartinya dia bagimu sehingga kepergiannya membuat kamu merasa kehilangan , betapa kamu ingin selalu bersamanya , dan betapa waktu terasa lama ketika dia tidak berada disisimu. Ungkapkanlah kerinduanmu ketika kalian tidak bertemu dalam waktu yang cukup lama atau terpisah dengan jarak yang cukup jauh. Jangan tahan rasa rindumu , dan jangan biarkan dia menanti ungkapan kerinduanmu.
2. Mencintai berarti memotivasinya. Doronglah kekasihmu untuk meraih cita-citanya , untuk bangkit dari kegagalan , untuk berani mengambil keputusan penting yang sudah ditundanya, dsb.
3. Mencintai berarti memaafkannya. Karena kekasihmu juga seorang manusia biasa yang bisa salah, maka pemberian maaf adalah salah satu bukti cintamu padanya. Belajarlah untuk mudah memaafkan kekasihmu setiap kali dia melakukan kesalahan-kesalahan kecil yang tidak prinsipil. Bahkan untuk kesalahannya yang cukup besar pun kamu perlu memaafkannya setelah persoalannya dibicarakan secara terbuka. menyimpan kesalahan akan merusak hubungan cinta yang sudah lama terjalin.
4. Mencintai berarti menyadarkannya. Meskipun cinta sejati menutupi banyak kesalahan , namun cinta juga mengoreksinya, memperingatkannya dan menegurnya bila dianggap perlu. Ketika kekasihmu melakukan hal-hal yang buruk , ketika dia hendak mengambil keputusan yang bodoh dan berbahaya , saat itulah kamu perlu menyadarkannya.
5. Mencintai berarti peka terhadap keinginan dan kebutuhannya. Kalau kekasihmu seorang yang terbuka , kamu akan lebih mudah memahaminya. Tapi kalau dia tertutup , sebaiknya sering-seringlah menanyakan kepadanya. Jangan sampai tanpa sadar kamu mengulang-ulang kebiasaan yang dibencinya, tapi jarang melakukan apa yang disukainya.
6. Mencintai berarti berterima kasih . Berterima kasih atas kerelaannya menjadi kekasihmu , atas kesetiaannya dan atas pengorbanannya . Terimalah dengan penuh penghargaan ungkapan kasih sayang yang ditunjukkannya dalam bentuk apapun . Jangan mematikan gairah cintanya dengan sikap dingin dan pasif. Ungkapkanlah rasa terima kasihmu dengan ucapan yang manis, senyuman atau pelukan.
7. mencintai berarti mempercayai dan memberinya kesempatan untuk membuktikan ketulusan dan kesetiaannya kepadamu. Jangan membebani dia dengan rasa cemburu dan rasa takut kehilangan dia. Jangan mengekangnya hanya karena kamu kurang mempercayainya.
8. Mencintai berarti selalu berusaha untuk membahagiakannya. Ketika kamu ikut andil dalam membuatnya bahagia , maka kebahagiaannya akan menjadi sebagian dari kebahagiaanmu . Jangan pelit untuk berkorban bagi orang yang kamu cintai.
9. Mencintai berarti memberinya kebebasan untuk mengungkapkan perasaan-perasaannya , termasuk keluhan ‘ kemarahan , harapan dan kekecewaannya. Jadilah pendengar yang baik agar kamu bisa lebih memahami isi hati dan masalah yang dihadapinya. Jangan biarkan dia memendam perasaannya karena merasa malu dan segan, jangan biarkan dia membungkam mulutnya karena merasa takut , dan jangan biarkan dia selalu mengalah karena ingin menghindari konflik dengan kamu.
10. Mencintai berarti menghargainya dan membuatnya merasa puas menjadi dirinya. Hargailah kekasihmu sebagai pribadi yang istimewa . Buatlah hatinya selalu berbunga-bunga dengan pujian dan kekagumanmu padanya. Jangan pernah merendahkan dan menghinanya.
Makna "ianara"
IANARA
Sebuah IANARA
terkungkum dalam keterpurukan
terkungkum dalam ketidaktahuan
Tapi...
IANARA
Mengisaratkankan kehidupan...
Kehidupan yang benar benar hidup...
Sebuah IANARA
terkungkum dalam keterpurukan
terkungkum dalam ketidaktahuan
Tapi...
IANARA
Mengisaratkankan kehidupan...
Kehidupan yang benar benar hidup...
Langganan:
Postingan (Atom)